• November 24, 2024
13 aktivis tahun 1998 masih hilang

13 aktivis tahun 1998 masih hilang

Ini adalah ringkasan yang dibuat oleh AI, yang mungkin memiliki kesalahan. Untuk konteksnya, selalu rujuk artikel selengkapnya.

Berdasarkan laporan Komisi Penyelidikan Pelanggaran HAM Berat Penghilangan Paksa, tim Mawar bentukan Kopassus paling bertanggung jawab atas peristiwa penculikan ini.

JAKARTA, Indonesia — Tujuh belas tahun lalu, tepatnya pada bulan Februari – April 1998, puluhan aktivis mahasiswa hilang satu per satu. Ada yang kembali, ada pula yang belum ditemukan atau hilang hingga saat ini.

Peristiwa hilangnya aktivis mahasiswa yang kemudian disebut dengan peristiwa penghilangan paksa dan penculikan terjadi pada masa Pemilihan Presiden Republik Indonesia periode 1998-2003.

Saat itu, ada dua agenda politik besar yang digelar di tanah air, yaitu Pemilihan Umum tahun 1997 dan Sidang Umum Majelis Parlemen (MPR) pada bulan Maret 1998. Siapa calon Presiden Republik Indonesia terkuat saat itu? waktu? Tentu saja Soeharto.

Untuk mengingat kembali nama-nama mereka dalam rangka memperingati Hari Orang Hilang Sedunia yang jatuh pada tanggal 30 Agustus, berikut nama-nama Rappler yang dihimpun dari data Komisi Orang Hilang dan Korban Kekerasan (KontraS):

9 korban penculikan yang berhasil kembali

  1. Kepada Rusdiyanto, hilang pada 13 Maret 1998. Dia dibawa paksa saat berada di Apartemen Klender, Jakarta Timur.
  2. Andi Arief, hilang pada 28 Maret 1998. Dia ditangkap secara paksa di Lampung.
  3. Desmond Junaedi Mahesa, hilang pada 3 Februari 1998. Terakhir kali ia terlihat di Salemba, Jakarta Pusat saat itu.
  4. Faisol Reza, hilang pada 12 Maret 1998. Ia dikejar dan ditangkap di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM), Jakarta Pusat.
  5. Haryanto Taslam, hilang pada 8 Maret 1998. Ia dikejar saat mengendarai mobil dan ditangkap di pintu gerbang Taman Mini Indonesia Indah.
  6. Mugiyanto, hilang pada 13 Maret 1998. Dia dibawa paksa dari Apartemen Klender, Jakarta Timur.
  7. Nezar Patria, hilang pada 13 Maret 1998. Dia dibawa paksa dari Apartemen Klender, Jakarta Timur.
  8. Pius Lustrilanang, hilang pada 4 Februari 1998. Terakhir terlihat di RSCM, Jakarta Pusat.
  9. Rahaja Waluya Jati, hilang pada 12 Maret 1998. Dia dikejar dan ditangkap di RSCM, Jakarta Pusat.

13 korban masih hilang

  1. Dedy Umar Hamdun, hilang pada 29 Mei 1997. Dia terakhir terlihat di Tebet, Jakarta Selatan.
  2. Herman Hendrawan, hilang pada 12 Maret 1998. Ia terakhir terlihat di gedung Yayasan Lembaga Bantuan Hukum Indonesia (YLBHI).
  3. Hendra Hambali, hilang pada 14 Mei 1998. Dia terakhir terlihat di Glodok Plaza, Jakarta Pusat.
  4. Ismail, menghilang pada 29 Mei 1997. Dia terakhir terlihat di Tebet, Jakarta Selatan.
  5. M. Yusuf, hilang pada tanggal 7 Mei 1997. Dia terakhir terlihat di Tebet, Jakarta Selatan.
  6. Nova Al Katiri, hilang pada 7 Mei 1997. Dia terakhir terlihat di Jakarta.
  7. Petrus Bima Anugrah, hilang pada 1 April 1998. Terakhir terlihat di Grogol, Jakarta Barat.
  8. Sony, menghilang pada 26 April 1997. Dia terakhir terlihat di Kelapa Gading, Jakarta Utara.
  9. Suyat, hilang pada 13 Februari 1998. Terakhir terlihat di Solo, Jawa Tengah.
  10. Ucok Munandar Siahaan, hilang pada 14 Mei 1998. Terakhir terlihat di Ciputat, Tangsel.
  11. Yani Afri, dia menghilang pada 26 April 1997. Dia terakhir terlihat di Kelapa Gading, Jakarta Utara.
  12. Yadin Muhidin, hilang pada 14 Mei 1998. Dia terakhir terlihat di Sunter Agung, Jakarta Utara.
  13. Wiji Thukul, menghilang pada akhir tahun 1998. Dia terakhir terlihat di Utan Kayu, Matraman, Jakarta Timur.

Dalam penculikan tersebut, Leonardus Nugroho alias Gilang, aktivis yang berprofesi sebagai pengamen dan kerap terlibat kegiatan bersama mahasiswa di Yogyakarta dan Solo, akhirnya ditemukan tewas di Magetan, Jawa Timur dengan luka tembak di sekujur tubuhnya.

Dari daftar di atas, ada satu lagi aktivis yang terdaftar di Komisi Nasional Hak Asasi Manusia (Komnas HAM) yang juga masih hilang, bernama Abdu Naser. Ia menghilang pada 14 Mei 1998 dan terakhir terlihat di Karawaci, Tangerang.

Siapa yang bertanggung jawab atas penculikan puluhan aktivis?

Berdasarkan laporan tim ad hoc Komisi Penyelidikan Pelanggaran HAM Berat Penghilangan Paksa (PPOSP) periode 1997-1998, tim Mawar paling bertanggung jawab atas penculikan puluhan aktivis tersebut.

Tim Mawar merupakan tim yang dibentuk di bawah Komando Pasukan Khusus (Kopassus) Grup IV berdasarkan perintah langsung dan tertulis dari Komandan Jenderal (Danjen) Kopassus Jenderal TNI Prabowo Subianto.

Perintah tersebut diberikan kepada Komandan Grup 42 Kopassus Kolonel Chairawan yang kemudian diteruskan kepada Komandan Batalyon 42 Mayor Bambang Kristiono.

Kebijakan dan praktik penghilangan paksa terus berlanjut di bawah kepemimpinan Mayjen TNI Muchdi Purwoprandjono dimana penculikan terus berlanjut.

Dalam laporan halaman 302 itu juga disebutkan, berdasarkan waktu terbentuknya tim Mawar, yakni Juli 1997, tidak menutup kemungkinan ada tim atau personel lain yang secara institusional dibentuk atau ditunjuk oleh Kopassus.

“Penahanan terjadi baik sebelum terbentuknya tim Mawar maupun pada masa dua kepemimpinan Mayjen. TNI Prabowo kepada Mayjen. TNI Muchdi Pr. “Hal ini menunjukkan bahwa tindakan penghilangan paksa atau penculikan merupakan tindakan yang dilakukan berdasarkan kebijakan institusional yang menjadi tanggung jawab Danjen Kopassus,” demikian isi laporan tersebut. —Rappler.com

BACA JUGA:

link slot demo