4 hal yang harus Anda waspadai sebelum menikah
- keren989
- 0
Apakah pasangan Anda suka hidup mewah di luar kemampuannya? Atau apakah dia kesulitan mengendalikan emosinya? Coba pikirkan lagi
Cinta saja tidak cukup untuk mempertahankan pernikahan. Masa pacaran sebelum menikah merupakan masa eksplorasi untuk memahami kepribadian masing-masing.
Meski setiap hubungan memiliki dinamika yang berbeda-beda, ada indikator tertentu yang bisa menjadi akar permasalahan atau toksisitas dalam pernikahan Anda di kemudian hari.
Jika Anda berencana untuk naik ke level berikutnya, waspadai hal-hal berikut pada pasangan Anda.
Hidup mewah di luar kemampuan Anda
“(Dulu) saya sempat kewalahan dengan (mantan) istri saya yang meminta saya membelikannya barang branded dengan harga selangit,” kata Doni (45), yang sudah bercerai dan menikah lagi.
“Bayangkan, uang THR dan bonus tahunan saya habis hanya untuk membeli tas. Saat saya marah, dia bilang saya tidak mengerti ‘berinvestasi’. Tapi masalahnya kita tidak punya dana darurat, kita masih punya hutang kartu kredit Bagaimanapun.”
Boleh saja memakai perhiasan, sepatu, tas, jam tangan, dan pakaian rancangan desainer, jika pemakainya mampu membelinya.
Namun jika ternyata dia tidak mempunyai kemampuan untuk membeli Barang mewahnamun memaksakan keinginan untuk membeli, itu tandanya dia tidak bertanggung jawab dalam menggunakan uang.
Jangan biarkan diri Anda sendiri mitra nanti menanggung akibatnya.
Kebiasaan bersalah
Perhatikan apakah pasangan Anda mempunyai kebiasaan meminjam uang kepada orang lain untuk memenuhi keinginannya.
Andre (30) mengungkapkan: “Mantan pacar saya dulu meminjam uang kepada saya dan teman-teman lain tetapi tidak pernah kembali. Yang bikin kesal, dia bilang butuh uang untuk keperluan pengobatan orang tuanya tapi ternyata dia pakai untuk memenuhi kebutuhan hidup gaya hidupdia.”
Kebiasaan berhutang bisa berakar ketidakmampuan mengelola uang dan mengendalikan keinginan. Jika pasangan Anda menunjukkan perilaku ini, itu lebih baik berbicara dengannya atau meminta bantuan pihak ketiga seperti perencana keuangan atau mentor yang bisa menemukan solusi.
Tidak bisa mengendalikan emosi
Berhati-hatilah terhadap seseorang yang tidak bisa mengendalikan diri saat merasa marah, sedih, takut, atau sering mengalami perubahan emosi yang drastis – mereka bisa terlihat sangat bahagia di satu menit, lalu sedih di menit berikutnya.
Misalnya, pasangan yang tidak bisa mengendalikan amarahnya cenderung melakukan kekerasan verbal atau fisik, bahkan kemudian melakukan kekerasan dalam rumah tangga (DVD).
“Aku kaget karena dia sering menabrak atau mengejar (di dalam mobil) saat kami bertengkar,” kata Mia tentang mantan pacarnya yang putus.
Menurutnya tanda-tanda perilaku menyinggung Lebih kuat lagi karena pria juga mudah cemburu dan sering meremehkan atau mengintimidasi wanita dengan kata-kata.
Selain perilaku menyinggungperubahan emosi yang ekstrim alias perubahan suasana hati bisa menjadi ciri gangguan bipolar – atau disebut juga manik-depresif.
“Gangguan suasana hati adalah suatu kondisi medis yang mempengaruhi suasana hati dan apa yang kita rasakan, dan semua gangguan ini berhubungan dengan perubahan kimia di otak,” kata Dr. Lahargo Kembaren, SpKJ, Kepala Unit Medis Fungsional Psikiatri RSJ Marzoeki Mahdi Bogor.
Psikiater yang aktif menulis blog ini mengatakan bahwa pada suatu saat kelainan ini dapat mengganggu fungsi sehari-hari sehingga perlu ditangani dengan pertolongan medis.
“Saat mengalami depresi (sedih), gejala yang paling serius adalah risiko melakukan perilaku bunuh diri. Sedangkan saat manic (bahagia), yang paling berat adalah perilaku berisiko yang dapat mengganggu pekerjaan, hubungan sosial, dan masyarakat, kata Lahargo.
Memiliki tujuan hidup yang berbeda
Saling memberi kompensasi adalah resep yang bertahan lama pernikahan. Pasangan yang tetap menikah biasanya mempunyai tujuan hidup yang sama, baik itu keinginan punya bisnis bersama-sama, dihabiskan hari tua di luar negeri dan sebagainya.
Ketika seorang pria atau wanita tidak bisa mengikuti perkembangan pasangannya, maka akan timbul kesenjangan komunikasi, kurang percaya diri bahkan rasa cemburu.
Sebagai ibu dari dua anak, Rani bisa digambarkan sebagai wanita mandiri dan cakap. Dia sedang mencari beasiswa luar negeri, bahkan menjadi pencari nafkah bagi keluarganya. Namun, suaminya tidak pernah mendukung tindakannya.
“(Sejak saya keluar) saya mendorongnya untuk melakukannya kuliah lagi, tapi dia tidak pernah mau. Menurutnya, hal tersebut hanya membuang-buang uang dan waktu. “Padahal saya ingin bisa maju bersama untuk masa depan yang lebih baik bersama,” keluhnya.
Setelah mengetahui suaminya selingkuh, wanita berusia 37 tahun itu akhirnya melakukannya memutuskan untuk bercerai dan membesarkan anak-anaknya sendiri. —Rappler.com
Tips di atas berasal dari Zaitun Langsungsebuah website yang membekali perempuan Indonesia dengan pengelolaan keuangan pribadi.
BACA JUGA: