• November 25, 2024

4 terduga teroris Indonesia sedang diburu di Filipina

Empat terduga teroris asal Indonesia sedang diburu aparat penegak hukum setempat di Filipina. Sementara itu, Presiden Jokowi telah memperingatkan Polri dan TNI untuk mewaspadai adanya gerakan teroris.

JAKARTA, Indonesia – Empat terduga teroris asal Indonesia sedang diburu polisi dan militer Filipina. Mereka diduga bersembunyi bersama seorang ahli kimia Arab dan pembuat bom Filipina Basit Usman di provinsi Maguindanao.

“Kami tidak akan pernah berhenti mengejar orang asing ini, mereka bersama Basit Usman dan BIFF, karena menurut saya MILF tidak melindungi para teroris ini,” kata Komandan Infanteri Mayjen Edmundo Pangilinan baru-baru ini.

Keenam orang ini ditemukan dalam operasi gabungan antara Angkatan Darat, Angkatan Laut, dan Polisi Filipina saat menggerebek markas pemberontak di Filipina Selatan, namun mereka berhasil melarikan diri.

“Pasukan kami telah menemukan markas musuh,” kata juru bicara militer Filipina Kolonel Restituto Padilla seperti dikutip. Reuters dalam jumpa pers, Senin 2 Maret 2015. “Ada banyak bahan pembuatan bom. Pemberontak melarikan diri dalam kelompok kecil.”

Di pangkalan tersebut ditemukan beberapa bungkus bahan pembuat bom seperti amonium nitrat, mortar, kabel, dan bahan pembuatan buckshot.

“Kami menerima laporan bahwa lima militan asing ini, yang merupakan bagian dari Al-Qaeda, mengajari para pemberontak teknik pembuatan bom terbaru,” kata Padilla. “Mereka ada di BIFF.”

Identitas keempat WNI tersebut belum jelas.

BIFF adalah Pejuang Kemerdekaan Islam Bangsomoro, sebuah organisasi Islam garis keras yang berbasis di Mindanao. Kelompok ini merupakan pecahan dari Front Pembebasan Islam Moro (MILF) yang didirikan oleh Ameril Umbra Kato.

Komandan Divisi Infanteri Mayjen Edmundo Pangilinan mengatakan, WNI dan Arab serta Basit sedang diperiksa di empat kota yang menjadi basis BIFF, yakni Kompleks Shariff Aguak, Pagatin, Mamasapano, dan Lintaso. Keempat kota ini dikenal dengan nama Kotak SMPS.

Mangudadatu dan Pangilinan mengatakan, terduga teroris yang dikejar mengajarkan Islam radikal di sebuah madrasah kepada remaja berusia 10 hingga 15 tahun. BIFF mengubah mereka menjadi tentara muda.

Semakin banyak masyarakat Indonesia yang terlibat dalam gerakan radikal

Tak hanya di Filipina, pemerintah Indonesia mengantisipasi pergerakan teroris Indonesia di luar negeri.

Menteri Koordinator Politik, Hukum, dan Keamanan Tedjo Edhy Purdijatno mengatakan ada peningkatan jumlah masyarakat Indonesia yang bergabung dengan gerakan Islam radikal Negara Islam di Irak dan Suriah (ISIS).

“Iya (meningkat),” kata Tedjo. “Kemarin juga ada yang menggunakan cara baru, lewat touring, begitu sampai di negara tertentu, menghilang. Ini adalah salah satu metode. Namun kami berhati-hati dalam hal ini. Dan data itu ada di kepolisian dan BIN.”

Pada bulan September 2014, duta besar Irak untuk Indonesia, Abdullah Hasan Salih, mengatakan setidaknya 53 warga Indonesia telah bergabung dengan ISIS dan 3 orang mungkin tewas.

Pekan lalu, Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama Said Aqil Siroj mengatakan tak hanya puluhan, tapi ratusan WNI yang berangkat ke Irak dan Suriah.

“Ada 514 orang,” kata Said.

Tedjo mengaku sudah menerima data terkini dari Badan Intelijen Negara (BIN), namun enggan membeberkan jumlahnya.

“Oh, jumlahnya tidak begitu penting, tapi yang masuk kita hati-hati, kita takuti lewat imigrasi,” kata Tedjo. “Saya tidak bisa memberikan datanya. Yang pasti ada datanya.”

Tedjo mengaku akan meminta perusahaan wisata yang mengirim WNI bergabung dengan ISI untuk bertanggung jawab.

Presiden mengimbau Polri dan TNI melakukan tindakan pencegahan

Presiden Joko “Jokowi” Widodo mengingatkan Tentara Nasional Indonesia (TNI) dan Kepolisian Negara Republik Indonesia (Polri) untuk meningkatkan kewaspadaan guna mencegah aksi terorisme.

“Penekanannya pada isu terorisme, penekanannya pada pencegahan. Jangan sampai kejadian baru ini kita selesaikan, kata Jokowi dalam konferensi pers usai rapat pimpinan TNI dan Polri. Artinya, dari sudut pandang intelijen, dari sudut pandang pencarian, kita benar-benar perlu memiliki data di lapangan.

Jokowi mengatakan permasalahan terorisme bersifat global sehingga patut diantisipasi.

Sebagai tindak lanjutnya, Tedjo mengatakan akan berupaya mencegah masuknya anggota baru ke dalam kelompok radikal melalui pembinaan agama dan budaya. — Rappler.com

Pengeluaran Sydney