• October 6, 2024

5 Tempat Wisata Sejarah di Kuta

KUTA, Indonesia – Kuta masih menjadi magnet utama wisatawan di Bali. Saat ini, ketika musim liburan telah tiba, pantai menghadap laut di sebelah barat Pulau Bali ini dipenuhi ribuan pengunjung, terutama wisatawan domestik.

Faktanya, Kuta tidak hanya memiliki pantai yang indah dengan pemandangan matahari terbenamnya saja. Sejak zaman penjajahan Belanda, kampung ini dikenal sebagai tempat bertemu dan berinteraksinya warga internasional. Berbagai suku, agama, dan bangsa telah berbaur di Kuta sejak dahulu kala kuno.

Oleh karena itu, jalur Kuta merupakan jalur keberagaman.

Jadi, untuk menikmati perjalanan ke Kuta, bisa juga menikmati jejak sejarah keberagaman yang ada di Kuta dari dulu hingga sekarang.

Berikut lima tempat bersejarah yang bisa jadi pilihan jika Anda berwisata ke Kuta.

Melewati perahu

Menurut buku sejarah resmi Pemerintah Desa Kuta, Kuta mulai terkenal pada tahun 1336 M ketika Gajah Mada dan pasukannya dari Majapahit mendarat di bagian selatan pantai ini. Daerah ini kemudian dikenal dengan nama Tuban, diambil dari nama salah satu kota kecil di pesisir Jawa Timur.

Karena tempatnya yang bagus untuk pendaratan kapal, perlahan kawasan ini menjadi pelabuhan kecil. Warga menyebut kawasan di Banjar Segara Kuta ini dengan nama Pasih Perahu yang artinya pantai perahu.

Lokasi Pasih Perahu ini berangkat dari pertigaan antara Jalan Kartika Plaza dan Jalan Wana Segara, Kuta.

Bukti fisik bahwa tempat ini pernah menjadi pelabuhan terlihat dari bangunan Pura Pesanggrahan yang ada di tempat ini. Di depan candi terdapat miniatur perahu yang dibangun pada tahun 2002. Perahu semen ini merupakan bentuk penghormatan penduduk terhadap leluhur yang mendarat di sana.

Di tengah perahu ini terdapat sumber air.

Sayangnya, tempat ini belum banyak memiliki informasi mengenai bagaimana cara menjadi objek wisata. Padahal jika dikemas dengan baik, tempat ini cukup menarik sebagai tempat wisata sejarah, khususnya yang berkaitan dengan Kuta.

Vihara Dharmayana

Bagian lain untuk mengenal sejarah Kuta adalah Vihara Dharmayana. Didirikan sekitar tahun 1876 M, Vihara Dharmayana merupakan salah satu bangunan tertua di Kuta. Ia menjadi saksi bisu sejarah perjalanan Kuta dari masa Bali masih berupa kerajaan hingga saat ini.

Meski sudah berusia ratusan tahun, namun vihara ini masih sangat terawat. Bangunan ini masih dilengkapi perabotan dan digunakan sampai sekarang.

Vihara ini terletak di sudut antara Jalan Blambangan dan Jalan Padri Kuta, di kawasan Banjar Temacun, Kuta. Dengan warna merah cerah khas Tionghoa, vihara ini terlihat jelas di sisi kanan jalan. Ornamen-ornamen seperti lampion gantung, karakter Mandarin pada dinding, atau patung naga pada pilar-pilar candi merupakan ikon khas bangunan tradisional Tiongkok.

Vihara Dharmayana merupakan tempat warga keturunan Tionghoa melaksanakan salat sehari-hari. Namun vihara ini terbuka bagi siapa saja yang ingin berkunjung, tidak hanya bagi yang ingin berdoa. Oleh karena itu, wisatawan juga bisa mengunjungi vihara ini. Bahkan Dalai Lama mengunjungi biara ini pada tahun 1982.

Ibu Mads Lange

Dalam beberapa buku tentang Kuta disebutkan bahwa pada masa penjajahan Belanda, Kuta merupakan salah satu pusat perdagangan di Bali. Saat itu, seorang warga Denmark bernama Mads Johansen Lange menjadi Syahbandar Kuta.

Di tangan Pak Lange, begitu beliau biasa disapa, Kuta menjadi semakin maju dan terkenal. Berbicara tentang Kuta juga tidak lepas dari posisi Pak Lange meski sedikit berbau kolonial.

Makam Mads Lange berada di bagian timur Kuta, bersebelahan dengan Tukad Mati, sekitar 100 meter dari jalan Bypass Ngurah Rai Kuta. Adanya jalan Tuan Lange ini menunjukkan betapa pentingnya posisi Lange hingga namanya diabadikan menjadi nama jalan tersebut.

Saat ini tidak banyak yang bisa dilihat di makam Mads Lange. Hanya ada tugu setinggi sekitar 3 meter yang terdapat tulisan Suci untuk mengenang Mads Johansen Lange. Tugu ini agak terpisah dengan makam-makam lain yang ada di kompleks pemakaman Tionghoa.

Menurut sejarah, Mads Lange menikah dengan wanita keturunan Tionghoa. Itu sebabnya dia dimakamkan di pemakaman Tionghoa ini. Tanpa penjaga dan informasi tertulis mengenai tempat tersebut, makam Mads Lange tidak bisa bercerita banyak tentang sejarah Kuta.

Toko Boneka

Warung Poppies adalah salah satu yang pertama dibuka di Kuta.  Foto dari situs web

Beberapa orang tua di Kuta menyebut Warung Poppies sebagai salah satu tempat bersejarah di desa ini. Alasannya sederhana, warung ini termasuk yang pertama buka di Kuta. Hingga saat ini ia menjadi referensi restoran terbaik di Kuta.

Warung Poppies berada di Alley Poppies. Gang ini dikenal sebagai pusat kaum hippies yang datang ke Kuta, Bali sejak tahun 1960an. Hingga saat ini kepopuleran Gang Poppies di Kuta masih belum tergantikan.

Menurut sejarah di website, Warung Poppies didirikan oleh dua orang wisatawan asal Amerika, George dan Bob. Mereka mendirikan Warung Poppies bersama gadis Bali Zenik Sukenny yang sebelumnya mengelola warungnya sendiri, Warung Jenik. Toko tersebut kemudian diadaptasi menjadi tempat tinggal.

Hingga saat ini Warung Poppies masih menjadi tempat makan yang digemari wisatawan mancanegara maupun domestik. Menu yang disajikan tidak hanya menu nasional namun juga menu western. Suasana tokonya seperti di rumah sendiri nyaman sebagai tempat makan.

Monumen Bom Bali

Dua peristiwa bom di Kuta pada tahun 2002 dan 2005 merupakan bagian dari sejarah kelam Kuta dan Bali.  Foto oleh Anton Muhajir/Rappler

Dua peristiwa bom di Kuta pada tahun 2002 dan 2005 merupakan bagian dari sejarah kelam Kuta dan Bali. Bom pertama pada 12 Oktober 2002 menjadi salah satu bagian paling menyedihkan dari perjalanan Bali, khususnya Kuta.

Lagipula, bagi sebagian besar masyarakat Bali, pengeboman Kuta tahun 2002 sebenarnya merupakan upaya untuk memperkuat solidaritas antar agama, antar etnis, atau internasional. Upaya ini tidak mudah, namun tetap dilakukan.

Salah satu cara untuk mengenang para korban tersebut adalah dengan Monumen Bom Bali di Jalan Legian, Kuta. Monumen ini berada di seberang tempat yang dibom 13 tahun lalu. Ia menjadi salah satu landmark Kuta. Tak sedikit wisatawan yang berkunjung dan berfoto di sana.

Terdapat 202 nama korban meninggal dunia akibat pengeboman tersebut. Disana kita bisa melihat nama-nama warga berbagai negara sambil berdoa agar kebiadaban seperti ini tidak terjadi lagi di Bali. —Rappler.com

game slot pragmatic maxwin