• October 5, 2024
6 anak pengungsi Rohingya hamil

6 anak pengungsi Rohingya hamil

Trauma mungkin akan terus berlanjut di Aceh jika pemerintah tidak menyediakan fasilitas yang memadai bagi pengungsi perempuan

JAKARTA, Indonesia—Menurut Komisi Nasional Anti Kekerasan Terhadap Perempuan (Komnas Perempuan), 6 perempuan pengungsi Rohingya asal Myanmar hamil di usia muda, antara 13 – 15 tahun.

“Kehamilan mereka ada yang sudah mencapai 7 bulan,” kata Ketua Komisi Nasional Kekerasan terhadap Perempuan Azriana Rambe kepada Rappler, Minggu, 28 Juni.

Saat Komnas Perempuan mengunjungi pengungsian di Aceh, mereka menemukan 5 anak hamil di Kuala Cangkoi dan satu anak hamil di Bayeun, Aceh Timur.

Dari enam anak hamil, satu pengungsi berhasil diwawancarai pada 5 Juni dengan bantuan penerjemah dari pejabat Komite Tinggi Dunia untuk Pengungsi (UNHCR).

Saat diwawancarai, Azriana mengatakan, gadis tersebut mengaku kakinya sakit dan tidak bisa berjalan. Dia menggunakan kursi roda.

“Mungkin karena dia harus melipat kakinya di perahu,” ujarnya. Padahal saat itu dia sedang hamil.

Laporan Komnas Perempuan selengkapnya dapat dibaca di Di Sini.

Hamil di usia muda, menikah atau diperkosa?

Berdasarkan penelusuran Komnas, anak-anak pengungsi ini hamil karena orangtuanya bercerai. Alasannya untuk menghindari pemerkosaan yang sering terjadi di wilayah konflik.

Pengakuan ini dibenarkan oleh laporan UNHCR tentang Azriana. Organisasi Pengungsi Dunia membenarkan bahwa pengungsi perempuan di Myanmar diduga mengalami pelecehan seksual, bahkan hingga hamil.

“Karena tentara atau polisi kadang bisa datang dan membawa mereka ke sana. “Karena ada daerah konflik,” ujarnya.

Azriana mengaku tak heran dengan fenomena tersebut, sebab pola dugaan pelecehan seksual juga terjadi pada masa konflik di Aceh.

“Kalau di Aceh, daripada cewek pacaran dengan tentara atau polisi, orang tuanya menikahkan saja (bukan tentara), sehingga tidak menjadi beban orang tua,” ujarnya.

Sementara itu, dari pantauan Rappler di lapangan saat berkunjung ke Kuala Langsa dan Cangkoi, sebagian pengungsi masih berusia sangat muda, namun sudah menggendong anak.

Salah satunya adalah Somida Hatul dari Myanmar. Usianya baru 15 tahun, namun sudah menggendong Muhammad Mahi yang baru berusia 4 bulan.

Ada lagi pengungsi Rohingya asal Myanmar bernama Rukiyah Hatul. Usianya masih 20 tahun, tapi juga punya anak. Keduanya bertemu Rappler di kamp pengungsi Kuala Langsa.

Sedangkan Halimatus Sadiyah yang ditemui Rappler di Kuala Cangkoi juga baru berusia 20 tahun namun sudah memiliki anak berusia 3-4 tahun.

Trauma mungkin akan terus berlanjut di Aceh

Berdasarkan temuan Komnas Perempuan, Azriana mendesak pemerintah segera berkomunikasi dengan pemerintah Myanmar melalui Kementerian Luar Negeri, karena diperkirakan masih banyak gadis Rohingya di Myanmar yang mengalami kekerasan seksual dan menjadi korban praktik pernikahan dini.

“Pemerintah harus lebih agresif dalam memberikan tekanan kepada pemerintah Myanmar,” kata Azriana. “Kami juga mengimbau pemerintah melalui Kementerian Sosial untuk memberikan fasilitas terapi sosial psikologis kepada mereka.”

Menurutnya, trauma di pengungsian bisa terus berlanjut jika pemerintah tidak peka terhadap pengungsi perempuan tersebut.

“Misalnya menyediakan toilet yang aman dan nyaman bagi mereka,” ujarnya. “Mereka sangat rentan terhadap pelecehan seksual.”

Saat ini, toilet perempuan di pengungsian Langsa masih hanya ditutupi kain.

Perlindungan terhadap anak perempuan di kamp pengungsian tetap harus diberikan. Sampai kapan? Hingga mereka mendapatkan kejelasan statusnya dan dapat menetap di tempat yang lebih layak dan aman.—Rappler.com