• October 7, 2024
Presiden SBY mendorong aparat keamanan bertindak tegas terhadap aksi teroris

Presiden SBY mendorong aparat keamanan bertindak tegas terhadap aksi teroris

Pemerintah akan lebih ketat dalam menyeleksi WNI yang hendak bepergian ke Timur Tengah

JAKARTA, Indonesia – Presiden Susilo Bambang Yudhoyono mengimbau masyarakat Indonesia tetap waspada terhadap tumbuhnya gerakan Islam radikal di Tanah Air, menyusul penangkapan 4 warga negara asing terkait jaringan terorisme pada Minggu (14/9).

SBY pun mengapresiasi kinerja kepolisian yang berhasil menangkap empat warga asing asal Turki yang diduga terlibat kelompok teroris pimpinan buronan Santoso di Poso, Sulawesi Tengah, pada Sabtu (13/9).

Saya ikuti ada tindakan kepolisian yang berhasil menghentikan gerakan-gerakan yang masih ingin melakukan aksi kekerasan, kata SBY dalam rapat terbatas kabinet yang digelar di Kantor Presiden, Jakarta.

Keempat warga negara Turki yang ditangkap tim Seksi 88 Khusus Anti Teror (Densus 88) Mabes Polri kini ditahan di Mako Brimob Kelapa Dua, Depok.

Ia menambahkan, masyarakat Indonesia tidak boleh terlena dengan rentetan peristiwa yang terjadi di luar negeri, khususnya di Timur Tengah, mengingat aksi kekerasan yang dilakukan kelompok radikal ISIS di Irak dan Suriah atau lebih dikenal dengan sebutan ISIS. Negara Islam. Irak dan Suriah (ISIS).

Artinya, kita tidak boleh berpuas diri, seolah-olah bahayanya ada di luar negeri, yaitu di Timur Tengah. “Tetapi jika kita tidak sadar dan tidak melakukan tindakan yang benar, maka tindakan kekerasan seperti itu juga bisa terjadi di negara kita,” tambah SBY.

Ia mengajak aparat pemerintah berpikir proaktif menjaga keselamatan warga dari ancaman kelompok radikal tersebut.

Hadir dalam pertemuan tersebut Wakil Presiden Boediono; Menteri Koordinator Politik, Hukum, dan Keamanan Djoko Suyanto; Menteri Koordinator Kesejahteraan Rakyat Agung Laksono; Purnomo Yusgiantoro, Menteri Pertahanan; Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin; Menteri Dalam Negeri Gamawan Fauzi; Menteri Sekretaris Negara Sudi Silalahi; dan Sekretaris Kabinet Dipo Alam.

“Mari kita serius melakukan sesuatu untuk memastikan negara kita dalam keadaan baik, dan masyarakat kita mendapat perlindungan atas keselamatan dan kedamaian hidup mereka,” lanjutnya.

Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan Djoko Suyanto, dalam siaran pers usai rapat kabinet, mengatakan, instruksi Presiden SBY adalah melarang WNI bepergian ke negara-negara di Timur Tengah. Salah satu caranya adalah dengan menerbitkan paspor dan visa yang lebih selektif dan memantau individu yang berangkat ke Timur Tengah.

Selain itu, Djoko juga mengatakan pemerintah akan memantau warga asing yang ada di Indonesia, khususnya yang berasal dari Timur Tengah. Pengawasan di daerah rawan konflik seperti Poso, Jawa Timur, Jawa Tengah, dan Ambon juga akan ditingkatkan.

Sementara itu, Kepala Badan Intelijen Negara (BIN) Marciano Norman membenarkan keempat warga negara Turki itu ditangkap karena memiliki kaitan dengan kelompok teroris di Poso pimpinan Santoso, meski tak merinci.

“Kalau tujuannya bergabung dengan kelompok Santoso, patut diduga mereka satu aliran,” jelas Marciano yang ditemui, Minggu, sebelum rapat terbatas kabinet di Kantor Presiden, Jakarta.

“Mereka adalah grup yang sulit. Terlebih lagi, kelompok kekerasan ini berasal dari Timur Tengah, yang tidak jauh dari tempat berkembangnya ISIS.”

Polisi, lanjutnya, masih terus melakukan penyelidikan mendalam terhadap tujuan empat warga negara asing tersebut di Indonesia.

Marciano juga menyambut baik gerakan penolakan kelompok radikal yang berkembang di masyarakat. Menurutnya, masyarakat kini sudah berani menolak kehadiran ideologi garis keras di lingkungannya.

“Resistensi yang perlu diapresiasi adalah penolakan masyarakat terhadap ISIS itu sendiri. “Hal ini tidak bisa diabaikan karena penolakan yang dilakukan seluruh masyarakat Indonesia di seluruh wilayah membatasi ruang geraknya,” tutupnya.

Polisi menjelaskan pada Minggu malam bahwa empat warga asing yang ditangkap bukan berasal dari Turki, melainkan menggunakan paspor Turki palsu.

“Mereka warga negara Turkestan,” kata Irjen Ronny Frengky Sompie, Kepala Humas Mabes Polri. seperti dikutip Tempo.co.

Dapat disimpulkan mereka menggunakan paspor Turki palsu, lanjut Ronny.

—Rappler.com