• September 19, 2024

Air bersih untuk negara

Permasalahan air terus bertambah parah, tidak hanya karena kuantitas air bersih yang terus berkurang tetapi juga kualitasnya yang menurun sehingga menimbulkan penyakit. Bertepatan dengan Hari Air Sedunia, sudah saatnya kita menjadi bagian dari solusi.

Saya, dan juga sebagian dari Anda, selama ini cukup beruntung bisa menikmati air bersih yang selalu ada, berlimpah di sekitar kita. Harus cuci tangan, nyalakan kran saja, harus mandi, tersedia seember air (atau nyalakan shower jika tinggal di hostel yang lebih modern). Kalau perlu minum cukup ambil dari ketel, dispenser, atau kalau keluar rumah beli saja air minum kemasan.

Sesekali kita melihat pemberitaan mengenai kekeringan dan krisis air di wilayah lain di Indonesia di media massa. Namun bisa jadi karena kejadian tersebut terjadi di tempat yang tidak bisa kita lihat, maka tingkat kekhawatiran kita pun rendah. Persoalan air yang paling dekat dengan masyarakat menengah Jakarta mungkin adalah banjir dan dampaknya (baca: macet), keluhan yang memenuhi lini masa media sosial setiap kali hujan deras berhenti.

Jika Anda setuju dengan paragraf kedua, mari kita bersyukur terlebih dahulu karena menurut data PBB tahun 2013 kita termasuk 55% penduduk Indonesia yang mempunyai akses terhadap air bersih dan sanitasi yang layak.

Namun masih ada 45% warga negara kita atau setara dengan sekitar 113 juta masyarakat Indonesia yang tidak seberuntung kita. Mungkin ini saatnya kita keluar dari gelembung kenyamanan dan menyadari bahwa ada sederet permasalahan air yang dihadapi Indonesia.

Daftarkan masalah

Masalah pertama adalah kurangnya pasokan air. Pemicunya bermacam-macam, mulai dari musim kemarau panjang akibat perubahan iklim seperti yang sering terjadi di Nusa Tenggara Timur dan Sulawesi Tenggara, hingga ketimpangan akses terhadap air seperti yang terjadi di Yogyakarta.

Di kota tempat saya dibesarkan, warga mengalami kekurangan air akibat menjamurnya hotel-hotel yang menyedot air tanah. Di satu hotel saja, 36 sumur warga mengering, sedangkan hotel bisa menggunakan 380 liter air untuk merawat satu kamar.

Jakarta tampaknya dilanda ancaman terhadap pasokan air akibat kombinasi kerusakan infrastruktur air yang sudah tua, buruknya pengelolaan sumber daya dan pasokan air, serta perubahan iklim. Privatisasi, atau privatisasi air, dan ketidakmampuan perusahaan air minum daerah untuk memproduksi air bersih sesuai kebutuhan masyarakat menambah rumit ketentuan ini.

Kedua, kalaupun ada pasokan air, kualitasnya belum tentu mencukupi. Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) mencatat kualitas air di kota-kota besar di Indonesia terus menurun. Penyebabnya adalah penggunaan air secara berlebihan, serta limbah rumah tangga dan industri yang mencemari sumber air.

Masih berkaitan dengan air adalah persoalan sanitasi, yang erat kaitannya dengan kuantitas dan kualitas air. Satu dari 6 anak Indonesia kekurangan akses terhadap air minum yang aman, yang merupakan faktor utama penyebab diare dan kematian anak. Riset Kesehatan Dasar tahun 2007 melaporkan diare menjadi penyebab 31% kematian pada usia 1 bulan hingga satu tahun, dan 25 persen kematian pada anak usia 1-4 tahun.

Sedangkan air minum dalam kemasan (AMDK) yang seolah menawarkan solusi praktis bagi orang-orang seperti saya yang malas merebus air sendiri atau teman-teman yang paranoid terhadap kualitas air keran, justru menambah permasalahan. Faktanya, kita belum mengetahui apakah kualitas AMDK setinggi yang disebutkan. Belum lagi, proses pembuatan kemasan plastik dan pendistribusian air minum kemasan menghabiskan banyak energi dan menghasilkan sampah plastik yang mencemari lingkungan. Apalagi perusahaan besar AMDK milik asing semakin menguras devisa kita.

Terlepas dari itu semua, kita tahu bahwa banyak lembaga donor dan kegiatan tanggung jawab sosial perusahaan – yang dikenal dengan tanggung jawab sosial perusahaan atau CSR – yang telah turun tangan untuk mengatasi permasalahan air di Indonesia.

Pertanyaannya, apakah kegiatan mereka dilakukan dengan ikhlas dan sungguh-sungguh, hanya sekedar pencitraan atau sekedar agenda? Pertanyaan ini wajar muncul ketika perusahaan yang melakukan hal tersebut kerap dituduh terlibat masalah air. Bukan pula hanya orang-orang yang terobsesi dengan teori konspirasi yang mungkin curiga ada agenda tersembunyi di balik kegiatan tersebut.

Jadilah bagian dari solusi

Satu tahun mungkin tidak cukup untuk membuat daftar dan kemudian membahas seluruh permasalahan air yang kompleks dan saling terkait di Indonesia. Satu tahun lagi mungkin juga berarti lebih sedikit waktu untuk mencari tahu siapa pelakunya. Saat melakukan semua ini (jika Anda tertarik dan memiliki energi yang cukup), atau daripada hanya berputar-putar, saya yakin kita semua bisa berperan dan menjadi bagian dari solusi.

Jika peningkatan kuantitas dan kualitas air adalah panggilan dan bidang keahlian Anda, ada baiknya Anda bergabung dengan lembaga pemerintah atau lembaga swadaya masyarakat (LSM) yang bergerak di sektor tersebut. Jika karena berbagai alasan Anda tidak mempercayai lembaga pemerintah, namun tidak dapat beralih ke LSM yang bekerja di sektor air, masih ada banyak cara lain. Misalnya menjadi pendukung sebuah LSM dengan menyumbangkan uang, barang atau tenaga sebagai relawan.

Namun yang paling penting, dan semua orang bisa melakukannya, adalah – betapapun klisenya ungkapan ini – ubahlah perilaku dimulai dari diri Anda sendiri. Mengefisienkan penggunaan air, misalnya dengan mematikan keran saat menggosok gigi dan di sela-sela mencuci tangan, terutama saat kita menggosok sabun agar tangan tetap bersih; juga mengganti penyiraman tanaman dari selang air yang boros menjadi ceret penyiraman. Cegah pencemaran air dengan tidak membuang sampah dan limbah ke sumber air, tidak buang air besar di sumber air, dan membangun septic tank yang cukup jauh dari sumber air bersih.

Jaga lingkungan dan daya serap air tanah dengan menanam pohon dan membuat lubang biopori. Yang tak kalah penting adalah mengurangi konsumsi AMDK dengan cara merebus air minum sendiri atau memasang filter air di rumah – tidak harus mahal, ilmu membuat filter air murah tersebar luas di Internet.

Selamat Hari Air. Semoga kita menjadi bagian dari solusi, bukan masalah. — Rappler.com

Bunga Manggiasih menaruh perhatian pada kebijakan publik karena berinteraksi dengan pengambil kebijakan selama bekerja sebagai jurnalis. Setelah lulus dari program magister kebijakan publik Erasmus Mundus, ia bekerja sebagai juru tulis di sebuah lembaga nasional. Di waktu luangnya ia memberikan dukungan kepada blog bungamanggiasih.com dan akun Twitter @bungtje.

Result SGP