• October 9, 2024
Narapidana teroris yang memukul petugas terharu, massa pendukung berdemonstrasi

Narapidana teroris yang memukul petugas terharu, massa pendukung berdemonstrasi

Ini adalah ringkasan yang dibuat oleh AI, yang mungkin memiliki kesalahan. Untuk konteksnya, selalu rujuk artikel selengkapnya.

Menurut versi Kalapas, terpidana teroris itu ditegur petugas karena berduaan di kamar mandi bersama istrinya.

MALANG, Indonesia – Tak terima dengan pemindahan sembilan narapidana teroris yang terlibat konflik dengan petugas Lapas Lowokwaru, massa pendukungnya berdemonstrasi di depan Lapas pada Minggu, 9 Agustus 2015.

Menurut para pendukung ini, tiga petugas penjara memukuli 9 rekannya pada tanggal 8 Agustus. “Kami mohon akuntabilitasnya pembalasan dendam (berikan jawaban yang sesuai),” kata M Romli, salah satu pengunjuk rasa.

“Kalau terulang lagi, kami akan memburu mereka, mengerahkan massa yang lebih besar,” ujarnya.

Menyikapi hal tersebut, otoritas penjara enggan membuat keributan. Mereka pikir masalahnya sudah selesai. Mereka mengaku tidak mengetahui tiga petugas lapas yang diduga melakukan pemukulan terhadap napi teroris yang dimaksud.

“Yang terjadi justru sebaliknya, sipir kami ditendang. Ini dia tampak dan tidak ada pertemuan lanjutan,” kata Efendi Yulianto, kepala kegiatan kerja Lapas Kelas 1 Lowokwaru Malang.

Massa yang dipimpin Romli membubarkan diri dan meninggalkan halaman penjara.

Mengapa dipindahkan?

Menurut Kepala Lapas Lowokwaru Enny Purwaningsih, 9 narapidana teroris dipindahkan ke lima Lapas Jawa Timur pada Sabtu, 8 Agustus karena ditendang petugas.

“Salah satu penjaga kami ditendang, lalu mengingatkan kami bahwa jam besuk akan segera berakhir dan mengetuk kamar mandi sebanyak dua kali karena melihat dua orang masuk ke kamar mandi,” kata Enny.

Napi yang dimaksud adalah Wiliam Maksum, seorang napi teroris jaringan Abu Roban. Ia berada di kamar mandi bersama istrinya pada pukul 11.45, di tengah jam berkunjung. Peraturan penjara melarang lebih dari satu orang berada di satu kamar mandi pada waktu yang bersamaan.

“Saat kami mengetuk pintu dan diingatkan akan hal tersebut, penjaga kami ditendang oleh salah satu narapidana yang berada di ruang kunjungan. “Tahanan lainnya kemudian membuat keributan dengan meneriakkan kata-kata perlawanan,” ujarnya.

Alhasil, narapidana lain pun ikut terprovokasi. Mereka yang melihat kejadian tersebut langsung melemparkan batu bata ke arah narapidana tersebut.

“Mungkin mereka merasa tidak terima kalau penjaganya diperlakukan seperti itu,” kata Enny.

Sembilan narapidana teroris yang menyerang petugas lapas langsung ditahan di ruang isolasi. Mereka kemudian dipindahkan ke lima Lapas lain di Jawa Timur pada Sabtu malam, 8 Agustus.

Wiliam Maksum dan Agung Hamid dipindahkan ke Lapas Madiun, Budi Utomo dan Khoirul Ihwan dipindahkan ke Lapas Porong, Agung Fauzi dan Fadli Sadama dipindahkan ke Lapas Pamekasan, Budi Supriantoro dipindahkan ke Lapas Probolinggo, Lapas Wagiono dan Thamrin dipindahkan ke Lapas Lumajang.

“Tidak ada yang terluka dalam kerusuhan itu. Proses perpindahan berjalan lancar, terakhir kami sampai di Pamekasan pukul 04.00 pagi tadi, kata Enny. —Rappler.com

slot