‘Selamat tinggal Khairunisa, kami ikhlas’
- keren989
- 0
CEO Tony Fernandes menemani jenazah Khairunnisa.
PALEMBANG, Indonesia – Suara anak kecil yang mengucapkan “Allahu Akbar” membuat bulu kuduk merinding. Suara mereka yang kecil dan melengking bercampur dengan teriakan takbir yang nyaring dari ratusan orang dewasa saat peti mati pramugari AirAsia Khairunisa Haidar Fauzi dibawa keluar rumah untuk dimasukkan kembali ke dalam ambulans. Mata sejumlah ibu memerah karena menangis. Yang lainnya “hancur” dan menangis.
Usai salat di rumahnya di Jl Pipa, Desa Pipa Reja, Kecamatan Kemuning, Palembang, jenazah Khairunisa langsung dibawa ke peristirahatan terakhir sekitar pukul 20.20 WIB. Wanita yang akrab disapa Anis atau Nisa itu dimakamkan di pemakaman keluarga di Bukit Kecil, Palembang. “Dimakamkan malam ini,” kata Heni, sepupu Nisa, pada Jumat, 2 Januari 2015.
Jenazah Nisa tiba di rumah orangtuanya sekitar pukul 19.45 WIB setelah diterbangkan dari Surabaya sekitar pukul 17.00 WIB. Keluarga, sahabat dan kerabat serta warga mulai dari anak kecil hingga nenek-nenek yang awalnya duduk heboh di ruang tamu dan taman depan langsung berdiri sambil mengucap “Subhanallah” menyambut “kedatangan” Nisa.
Suasana haru semakin terasa ketika sejumlah pria membawa peti mati berwarna coklat yang dibungkus plastik bening dan di atasnya dihiasi bunga, dibawa masuk ke dalam rumah dari mobil ambulans yang diparkir tepat di depan pintu rumah.
Di hadapan keluarga penunggu dan sejumlah pejabat Sumsel, kemasan plastik peti tersebut dibuka. Seorang laki-laki berkacamata berdiri di atas kotak sambil memegang bingkai besar bergambar wajah Nisa yang sedang tersenyum. Ibu, Ayah dan kedua kakak laki-laki Khairunisa datang mengejarnya. Ibu Nisa menyaksikan, Rohana terlihat semakin tegar dan berusaha tetap tersenyum melihat pelayat yang berusaha memeluknya dan menyampaikan belasungkawa.
CEO Air Asia Tony Fernandes dan kru
Rombongan dari Air Asia, tempat Nisa bekerja selama hampir dua tahun, menyusul kemudian. Sesuai janji melalui akun media sosial Twitter, Chief Executive Officer (CEO) Air Asia, Tony Fernandes, langsung membawa jenazah Nisa ke rumah duka. Mengenakan kemeja batik lengan panjang berwarna kuning, wajah Tony terlihat serius dan tegang. Direktur Utama PT Air Asia Indonesia Sunu Widiatmoko pun turut mendampinginya. Mereka berkumpul mengelilingi peti mati Nisa.
Sejumlah pramugari dan pramugari dari teman Nisa ikut serta dalam rombongan bosnya. Mereka yang mengenakan seragam khusus berwarna merah dan hitam anggota kru Air Asia berkumpul terpisah, tak jauh dari peti mati Nisa. Saat seorang pramugari tak kuasa menahan tangis dan terisak sambil memeluk temannya, satu demi satu mereka menangis dan saling berpelukan.
Mewakili Air Asia dan Tony Fernandes, Sunu menyampaikan belasungkawa sedalam-dalamnya kepada keluarga besar Khairunisa. Menurutnya, kehadiran mereka di sini merupakan bentuk ungkapan duka mereka yang turut kehilangan karyawan sebagai keluarga besar Air Asia.
“Kami memberikan penghormatan kepada Khairunisa, pihak keluarga, kami menyampaikan belasungkawa yang sedalam-dalamnya, dan kami berharap almarhum mendapatkan tempat terbaik di sisinya,” ujarnya.
“Meski sedih dan menyakitkan meninggalkan orang yang saya cintai, saya dan keluarga siap menerima nasib ini. Semoga almarhum dibawa ke tempat yang bermartabat di sisinya.”
Keluarga asli
Wakil Gubernur Sumsel Ishak Mekki yang mewakili Khairunisa menerima delegasi Air Asia yang langsung mengantarkan jenazah salah satu pegawainya. Ia mengucapkan terima kasih kepada petugas maskapai Air Asia yang bersedia mengambil dan menyerahkan jenazah almarhum langsung ke Palembang.
“Alhamdulillah Khairunisa cepat dibawa ke Palembang. Hal ini berkat kewaspadaan dan keseriusan tim pencarian evakuasi jenazah di Pangkalan Bun, Kalimantan. “Saya atas nama Pemerintah Sumsel mengucapkan terima kasih kepada jajaran pemerintah pusat, Surabaya, serta tim evakuasi sehingga jenazah dapat ditemukan di rumah Pak. Kediaman Haidar Fauzi sudah bisa diterima,” kata Ishak Mekki.
Tak hanya pejabat setempat yang berkunjung, ratusan pelayat pun turut berdoa bersama memenuhi rumah Nisa sejak sore hari. Puluhan karangan bunga berjajar di depan rumah. Antusiasme warga menyebabkan kemacetan di sekitar rumah duka.
Paman Nisa, Imran Hamid, bersyukur atas banyaknya doa masyarakat untuk keponakan tercintanya. Ia hanya bisa berdoa agar Nisa yang biasa disapa “Adek” di keluarga besarnya bisa berangkat dengan damai. Sebab, kata dia, bungsu dari tiga bersaudara ini meninggal dunia saat menjalankan tugasnya sebagai pramugari saat pesawat Air Asia QZ8510 jatuh.
“Adek disiksa,” katanya. “Meski sedih dan menyakitkan meninggalkan orang yang saya cintai, saya dan keluarga siap menerima nasib ini. “Semoga almarhumah diterima di tempat yang bermartabat di sisi-Nya,” imbuhnya.-Rappler.com