• October 7, 2024
Tiga pria bersenjata tewas dalam baku tembak di Aceh

Tiga pria bersenjata tewas dalam baku tembak di Aceh

Ini adalah ringkasan yang dibuat oleh AI, yang mungkin memiliki kesalahan. Untuk konteksnya, selalu rujuk artikel selengkapnya.

Meskipun ada perjanjian damai yang dibuat pada tahun 2005 antara pemerintah Indonesia dan GAM, kelompok bersenjata belum hilang dari Aceh.

BANDA ACEH, Indonesia – Tiga pria bersenjata tewas di tempat dalam baku tembak dengan pasukan gabungan TNI dan Polri di Desa Gintong, Kabupaten Pidie, Aceh, Kamis pagi, 21 Mei 2015.

Ketiga pria tersebut merupakan bagian dari kelompok bersenjata yang sebagian besar melarikan diri saat baku tembak.

“Petugas TNI dan Polri masih sibuk melakukan penggeledahan di sekitar lokasi baku tembak karena diduga rekan-rekannya melarikan diri,” kata Kapolsek Pidie, Kombes Muhajir.

Dari korban tewas, aparat keamanan menyita senjata otomatis laras panjang AK-56 yang dapat dilipat dan lebih dari 100 butir amunisi AK dan peluru GLM. Jenazah ketiganya – Ibrahim Yusuf, Subki, dan Mae Pong – dievakuasi ke Rumah Sakit Umum Tgk Chik di Tiro di Sigli, ibu kota Kabupaten Pidie.

Orang-orang melaporkan kelompok bersenjata

Kehadiran kelompok bersenjata yang diperkirakan berjumlah 15 orang ini pertama kali diberitakan masyarakat. Pasukan gabungan kemudian menuju lokasi untuk menghadang kelompok bersenjata tersebut.

“Sesampainya di kawasan rawa simpang Desa Gintung, aparat gabungan melakukan pengendapan di lokasi,” jelas sumber intelijen yang enggan disebutkan namanya.

Pada Kamis dini hari, sekelompok 15 pria bersenjata menyeberang jalan yang dikepung. Tiga pria di depan menggunakan senter untuk menerangi jalan hingga berujung baku tembak dengan pasukan TNI dan Polri selama hampir satu jam.

Dua jenazah pertama ditemukan dini hari tadi, sedangkan jenazah lainnya ditemukan pada Kamis pagi.

Kelompok bersenjata yang tidak pernah hilang

Hingga saat ini, belum diperoleh informasi detail mengenai motif di balik kemunculan kelompok bersenjata tersebut.

Meskipun ada perjanjian damai yang dibuat pada tahun 2005 antara pemerintah Indonesia dan GAM, kelompok bersenjata belum hilang dari Aceh. Selama ini beberapa kasus kriminal bersenjata kerap terjadi di wilayah timur dan utara Aceh, namun belum pernah terjadi di Kabupaten Pidie.

Ansyaad Mbai, pengamat teror, mengatakan meski GAM sudah tiada, masih ada kelompok bersenjata yang beroperasi.

“Mereka bergerak secara individu atau kelompok kecil,” kata Ansyaad seperti dikutip CNN IndonesiaSelasa 24 Maret.— Rappler.com

slot gacor hari ini