Gaji pemain sepak bola kembali menunggak, PSSI bungkam
- keren989
- 0
Luka lama PSSI kembali terkuak. Manajemen yang buruk dalam manajemen klub membuat pemain menjadi korban. Klub telah menunggak gaji mereka selama berbulan-bulan. PSSI tidak memberikan tanggapan.
JAKARTA, Indonesia – Pemain sepak bola yang gajinya tidak dibayar klub bukan lagi fenomena yang mengejutkan. Wajar jika kompetisi belum dimulai, namun pihak klub sudah ingkar janji tidak membayar gaji tepat waktu.
Seiring berjalannya kompetisi, para pemain terus mengeluh karena belum dibayar selama dua hingga tiga bulan. Kapan kontesnya selesai? Berita tentang pemain yang tidak dibayar sedang beredar. Hampir bisa dipastikan ada klub yang tidak mampu membayar gaji pemainnya. Anehnya, fenomena kronis ini tidak pernah terselesaikan.
Kali ini, pemain lain akhirnya mengadu kepada pejabat pemerintah. Dia merupakan pemain asal Korea Selatan Shin Hyun Joon. Ia bermain bersama Deltras Sidoarjo, PSMS Medan, dan Perseman Manokwari, mulai musim 2011-2012 hingga pertengahan 2013.
Pada tahun 2013 ia mencoba menagih hutang gajinya dari klub-klub tersebut. Namun, Shin Hyun diabaikan. Shin Hyun pun meminta bantuan kepada Persatuan Sepak Bola Seluruh Indonesia (PSSI). Sayangnya, Federasi Sepak Bola Indonesia belum bisa memberikan solusi.
“Saya sudah meminta bantuan ke mana-mana. Saya menghubungi manajemen klub tetapi panggilan saya diblokir. Saya minta bantuan PSSI tapi malah disuruh ke PT Liga Indonesia. Saya pergi ke sana, mereka bilang saya diminta pergi ke klub. Bagaimana kebenarannya? “Semua orang tidak punya niat baik untuk menyelesaikannya,” kata Shin Hyun saat melapor ke Menteri Pemuda dan Olahraga (Menpora) Imam Nahrawi, Rabu, 24 Juni 2015.
Total tunggakannya pun tak main-main yakni Rp 750 juta. Rinciannya, Perseman menunggak gaji Rp 500 juta, PSMS Rp 150 juta, dan Delta Rp 100 juta. Tak hanya melapor ke Menpora, pemain berusia 31 tahun itu juga melapor ke Presiden Joko “Jokowi” Widodo dan Kapolri Jenderal Badrodin Haiti.
“Saya sudah lapor ke semua pihak. Saya siap jika saya harus pergi ke hukum. Saya juga melaporkannya ke Kedutaan Besar Korea Selatan di Indonesia. Mari kita tahu betapa buruknya manajemen sepak bola PSSI dan klub-klub di Indonesia, kata Shin Hyun.
Nahrawi pun menanggapinya. Ia mengaku heran tunggakan klub terhadap sang pemain bertahan begitu lama. Anehnya, lanjut Nahrawi, tidak ada respon positif dari pihak klub maupun PSSI untuk membantu menyelesaikan hal tersebut.
“Ini sangat menyedihkan. Klub tidak peduli dan menutup mata. Ini bukti manajemen sepakbola tidak profesional. “Harus diperbaiki,” kata Menteri Nahrawi.
Menpora siap membuka surat pengaduan bagi pemain yang gajinya ditunggak klub. Harapannya, para pelaku berani bersuara dan melaporkan permasalahan ini kepada pemerintah. “Ini yang nantinya akan menjadi permasalahan yang akan ditangani oleh Tim Transisi,” kata Nahrawi.
Pemain Persik pun menjadi korban tunggakan gaji
Laporan tunggakan gaji pemain tak hanya diterima Menteri Pemuda dan Olahraga saja. Jika Shin Hyun melapor ke Menpora, lain halnya di Asosiasi Pesepakbola Profesional Indonesia (APPI). Tak tanggung-tanggung, ada empat pemain Persik Kediri yang melapor pada Rabu 24 Juni 2015. Mereka mengeluhkan tunggakan gaji yang tak kunjung diselesaikan Persik.
Mereka datang ke APPI setelah manajemen klub tidak menemui mereka. Aksi unjuk rasa digelar di Kantor Wali Kota Kediri menemui staf ahli Wali Kota yang merupakan pengelola Persik Kediri.
Tapi itu bukanlah tanggung jawab yang menyertainya. Sebaliknya, para pemain malah diminta menggugat PT Liga Indonesia (PT LI). Pasalnya, subsidi Persik sebesar Rp 1,3 miliar belum dibayarkan PT LI. Akibatnya, pihak klub akhirnya kesulitan membayar gaji pemain.
“Kami datang untuk mewakili teman-teman kami. Kami berulang kali mengumpulkan sisa gaji 4 bulan dari PT LI sesuai dengan instruksi tim manajemen. Kami sudah berkali-kali ke PT Liga dan harus menunggu 3-4 jam untuk bertemu Joko Driyono, CEO PT LI. Tapi tidak ada hasilnya,” kata Ramadhan, salah satu pemain.
Alhasil, mereka akhirnya melaporkannya ke APPI. APPI pun menyarankan agar kasus ini dibawa ke jalur hukum karena tidak ada itikad baik baik dari pihak klub, PSSI maupun PT LI. Sekretaris APPI M Hardikan Aji mengatakan, pihaknya sedang mempelajari beberapa kontrak pemain.
“Kita lihat dulu. Kalau ada jalan ke Dewan Arbitrase Olahraga Indonesia (BAKI), kami akan ke sana. “Tapi kalau ada jalan ke pengadilan negeri, kami akan ke pengadilan negeri,” kata Hardikan.
Rappler.com mencoba menghubungi Azwan Karim, Sekretaris Jenderal PSSI. Namun, dia tidak menanggapi masalah tersebut. –Rappler.com