Banyak yang menolak Sitok Srengenge di Singapore Writers’ Festival
- keren989
- 0
Ini adalah ringkasan yang dibuat oleh AI, yang mungkin memiliki kesalahan. Untuk konteksnya, selalu rujuk artikel selengkapnya.
Ayu Utami mengatakan, Sitok berhak tampil sebagai penulis di Singapore Writers Festival
JAKARTA, Indonesia—Pencantuman nama penyair Sitok Srengenge dalam Singapore Writers’ Festival menuai kontroversi. Aktivis perempuan mengecam Sitok yang kini terlibat kasus dugaan pemerkosaan terhadap RW, mahasiswa Fakultas Ilmu Budaya Universitas Indonesia.
Penolakan ini diteriakkan di media sosial oleh aktivis perempuan Caroline Monteiro dan dosen sekaligus pendamping RW, Saras Dewi.
Tolong bantu menyebarkan berita tentang penulis yang dituduh melakukan pemerkosaan di Singapore Writers’ Festival https://t.co/OHzVFJGfrX @rahung
— Saya adalah Monteiro (@namasteolin) 4 Oktober 2015
Yang jelas pelakunya masih masuk dalam daftar nama penulis Indonesia yang direkomendasikan, bagaimana menurut Pak Kurator? #saynotorape
— Saya adalah Monteiro (@namasteolin) 4 Oktober 2015
Banyakkah penulis dan seniman yang menjadi pelaku kekerasan seksual, tidak jera dan banyak pula korbannya? Bisakah kita diam saja? #saynotorape
— Saya adalah Monteiro (@namasteolin) 5 Oktober 2015
kami bergabung dengan yang lain dalam solidaritas dalam mendukung SURAT TERBUKA yang ditujukan pada Festival Penulis Singapura (lanjutan) #SuratTerbuka
— BEM FIB UI (@BEMFIBUI) 4 Oktober 2015
Sebuah seruan publik @sgwritersfest http://t.co/17JHIstghN
— Sarasdewi (@sarasdewi) 4 Oktober 2015
Ikatan Alumni dan dosen Universitas Indonesia bahkan menulis surat terbuka untuk SWF untuk menghapus nama Sitok. Dalam surat itu, mereka menuliskan kekecewaannya atas pencantuman nama Sitok.
“Sejak tahun 2013, Sitok ditetapkan sebagai tersangka kasus dugaan pemerkosaan dan kekerasan seksual. Tiga remaja putri diperiksa dan dilaporkan ke polisi karena mengalami kekerasan. “Kasusnya saat ini masih dalam proses dan akan segera dibawa ke pengadilan,” tulis pernyataan bersama tersebut.
Surat itu juga mencantumkan nama 133 seniman dan aktivis, serta mahasiswa Fakultas Bahasa yang mendukung kasus tersebut untuk diselesaikan.
Sitok sebelumnya dilaporkan ke polisi pada November 2013 oleh seorang perempuan berinisial RW, berusia 22 tahun, karena dugaan pemerkosaan.
Penyair ini tak membantah tudingan tersebut. Sitok mengaku mengenal pelapor dan mengaku menjalin hubungan intim dengan RW atas dasar suka sama suka.
“Tapi tidak benar kalau saya berniat membiarkan, apalagi lari dari tanggung jawab,” dia berkata.
Nama Sitok ditarik
Setelah mendapat tekanan demi tekanan, nama Sitok akhirnya dicoret dari daftar pembicara di Singapore Writers’ Festival yang digelar 3 Oktober hingga 8 November.
“Setelah penelitian menyeluruh, diskusi dengan mitra program kami dan Sitok Srengege, SWF memutuskan untuk menarik namanya dari program tersebut,” cuit akun resminya. @sgwritersfest di Twitter.
Ayu Utami: Sitok berhak tampil di SWF
Sahabat Sitok, novelis Ayu Utami yang juga aktif bersama Sitok di komunitas Salihara mengaku tak heran dengan penolakan tersebut.
“Bagi saya, kalau itu protes dari kalangan feminis, saya bisa memahaminya. Jadi kalau feminis keberatan karena kasusnya belum selesai, karena Sitok dianggap pemerkosaan, saya bisa maklumi, katanya saat ditemui Rappler di Salihara, Minggu, 4 Oktober.
Ayu melanjutkan, dirinya akan mempertanyakan apakah surat penolakan tersebut berasal dari kelompok sastra.
“Kalau festivalnya soal HAM, nanti jadi problematis karena di dalamnya juga mencakup hak-hak perempuan,” ujarnya. Dalam kasus Sitok dan SWF, ia memposisikan dirinya sebagai penulis, karena festival tersebut bertemakan sastra, bukan hak asasi manusia.
Dia mengatakan, Sitok seharusnya berhak tampil di festival tersebut. “Iya kalau bicara perkembangan sastra, saya rasa Sitok benar. Tapi ya, terserah. “Saya juga memahami perjuangan (aktivis perempuan) harus menentukan pilihan,” ujarnya. —Rappler.com
BACA JUGA