Hormatilah yang tidak berpuasa, toko tidak harus tutup
- keren989
- 0
Ini adalah ringkasan yang dibuat oleh AI, yang mungkin memiliki kesalahan. Untuk konteksnya, selalu rujuk artikel selengkapnya.
Menteri Agama Lukman Saifuddin mengajak umat Islam Indonesia untuk menghormati mereka yang tidak berpuasa di bulan Ramadhan, namun mendapat penolakan dari berbagai pihak.
JAKARTA, Indonesia – Beberapa hari menjelang puasa Ramadhan, Menteri Agama Lukman Saifuddin mengatakan, untuk menghormati WNI yang tidak berpuasa, warung makan tidak perlu tutup.
“Stavern tidak perlu dipaksa tutup. “Kita juga harus menghormati hak-hak mereka yang tidak wajib dan tidak berpuasa,” kata Lukman dalam serangkaian tweetnya baru-baru ini.
Toko tidak perlu terpaksa tutup. Kita juga harus menghormati hak orang yang tidak terikat dan tidak berpuasa.@agungprasetyo_u @sudjiwotedjo
— Lukman H. Saifuddin (@lukmansaifuddin) 5 Juni 2015
Lukman menanggapi pertanyaan yang diajukan pengguna media sosial sebelumnya.
Agung Prasetyo Utomo mengatakan, “Semua kios ditutup karena dikhawatirkan mengurangi kekhusyukan Ramadhan.”
@sudjiwotedjo @lukmansaifuddin Semua toko tutup.. karena khawatir akan mengurangi pelayanannya selama Ramadhan..
— Agung Prasetyo Utomo (@agungprasetyo_u) 5 Juni 2015
Umumnya di banyak kota di Indonesia saat bulan Ramadhan, warung makan tutup selama masa puasa, terutama pada siang hari. Sebab, selain menghormati orang yang berpuasa, juga tidak meminta orang yang berpuasa untuk berbuka.
Selain itu, toko makanan atau kafe di kota-kota besar yang terletak di pusat perbelanjaan ditutup dengan kain penutup jendelanya sehingga pengunjung yang berpuasa tidak tertarik untuk masuk.
(BACA: Jadi Menteri Agama, Bukan Menteri Agama Islam)
Pernyataan Lukman ‘menyesatkan’
Namun cuitan Lukman mendapat kecaman dari anggota Komisi VIII DPR RI Saleh Partaonan Daulay.
Politisi Partai Amanat Nasional (PAN) ini mengatakan DPR mendapat keluhan masyarakat akibat pernyataan Lukman.
Komisi VIII DPR RI meminta penjelasan Menteri Agama terkait pernyataannya di Twitter tentang kewajiban orang yang berpuasa untuk menghormati orang yang tidak berpuasa, serta tidak memaksa restoran buka selama bulan Ramadhan. tidak dekat,” kata Ketua Komisi Agama itu, Selasa 9 Juni, seperti dikutip Detik.com.
Menurut Saleh, sebaiknya Lukman tidak melontarkan pernyataan seperti itu, karena selain masih banyak persoalan agama yang perlu mendapat perhatian, juga agar tidak menimbulkan kontroversi di masyarakat.
(BACA: Mari Bicara Tentang Bulan Puasa, Bir dan Iman)
Pernyataan Lukman pun mendapat kritik tajam dari anggota Komisi VI DPR RI Kholilurrahman. Politisi Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) ini menilai pernyataan Lukman menyesatkan.
“Pernyataan Menteri Agama agar restoran boleh buka pada siang hari di bulan Ramadhan adalah menyesatkan. Meski hanya di Bali pada hari raya Nyepi, namun pelaksanaannya bisa efektif sehingga harus dihormati juga oleh masyarakat selain umat Hindu. Kenapa tidak bisa dilakukan di bulan Ramadhan,” kata Khalilurrahman seperti dikutip TeropongSenayan.com.
@lukmansaifuddin Jadi di hari raya Nyepi kenapa masyarakat Pecalang boleh menutup semua aktivitas masyarakat pak? Hal ini juga harus dilarang
— Sigit Nurseto Dewi (@de_sigitnurseto) 8 Juni 2015
@lukmansaifuddin Bukankah orang yang tidak berpuasa pun seharusnya tidak menghormati orang yang berpuasa? Ini juga toleransi menurut saya. Maaf jika salah.
— Ima.S.Daniati (@imonkdonkdonk) 5 Juni 2015
Reaksi Lukman
Merasa pernyataannya diputarbalikkan oleh sejumlah media sehingga tidak hanya diserang oleh politisi tetapi juga umat Islam dan pengguna media sosial, Lukman kembali menuliskan serangkaian tweet untuk memperjelas pernyataan aslinya.
Berikut penjelasan Lukman:
3/12. Tweet saya muncul menanggapi opini yang menginginkan warung tutup selama bulan puasa. #ubahtwit
— Lukman H. Saifuddin (@lukmansaifuddin) 8 Juni 2015
4/12. Ada 2 hal yang ingin saya sampaikan melalui tweet tersebut. Pertama; Tak perlu terpaksa menutup toko saat bulan puasa. #ubahtwit
— Lukman H. Saifuddin (@lukmansaifuddin) 8 Juni 2015
5/12. Jika ada yang dengan sukarela menutup tokonya, tentu kami menghormatinya. Namun seorang muslim yang baik tidak memaksa orang lain untuk menutup mata.. #ubahtwit
— Lukman H. Saifuddin (@lukmansaifuddin) 8 Juni 2015
6/12. ..rezekinya demi menghormati orang yang berpuasa. Saling menghormati adalah hal yang ideal. Tapi jangan memaksakan satu sama lain. #ubahtwit
— Lukman H. Saifuddin (@lukmansaifuddin) 8 Juni 2015
7/12. Kedua; kata ‘juga’ pada “kita juga harus menghormati” secara implisit mengandung arti: selain menghormati orang yang berpuasa, #ubahtwit
— Lukman H. Saifuddin (@lukmansaifuddin) 8 Juni 2015
8/12. Kita juga diharapkan menghormati hak mereka (untuk mendapatkan makanan/minuman) yang tidak wajib berpuasa karena mereka bukan umat Islam. #ubahtwit
— Lukman H. Saifuddin (@lukmansaifuddin) 8 Juni 2015
9/12. Hormati juga hak-hak umat Islam yang tidak berpuasa karena keadaan (musafir, sakit, haid, hamil, menyusui). #ubahtwit
— Lukman H. Saifuddin (@lukmansaifuddin) 8 Juni 2015