• October 4, 2024
Pemerintah Kota Jakarta Selatan menyegel Masjid Ahmadiyah di Tebet

Pemerintah Kota Jakarta Selatan menyegel Masjid Ahmadiyah di Tebet

Ini adalah ringkasan yang dibuat oleh AI, yang mungkin memiliki kesalahan. Untuk konteksnya, selalu rujuk artikel selengkapnya.

Di bulan Ramadhan, mereka bahkan diusir dari tempat ibadahnya

JAKARTA, Indonesia—Pemerintah Kota Jakarta Selatan menyegel Masjid Ahmadiyah An-Nur di Bukit Duri, Jakarta Selatan, tak lama setelah penolakan Front Pembela Islam (FPI).

“Bangunan ini telah disegel sesuai Peraturan Daerah 7 Tahun 2007 tentang penyalahgunaan fungsi rumah tinggal,” kata Kepala Suku Dinas Tata Kota Jakarta Selatan, Syukria, Rabu, seperti dikutip dari Antara. media.

Bangunan Masjid An-Nur yang terletak di Jalan Bukit Duri Tanjakan ini merupakan rumah seorang pengikut Ahmadiyah bernama Diantoro. Sejak lama, rumah tersebut digunakan sebagai masjid oleh jamaah Ahmadiyah.

Namun pada 12 Juni, FPI bersama beberapa warga setempat melarang warga Ahmadiyah yang hendak salat Jumat di sana.

(BACA: FPI melarang Ahmadiyah melaksanakan salat Jumat di Tebet)

Belum jelas apakah perlawanan FPI dan sejumlah warga menjadi salah satu penyebab penutupan tersebut. Camat Tebet Mahludin mengaku sudah dua kali memperingatkannya agar tidak memanfaatkan rumah tersebut sebagai tempat ibadah. Surat peringatan dikirimkan pada 30 Juni dan 3 Juli.

Yendra, salah satu jemaah Ahmadiyah Bukit Duri mengaku belum mendapat penjelasan mengenai dasar hukum penutupan masjid mereka.

“Mereka perlu menjelaskan kegiatan kami mana yang dianggap melanggar aturan,” ujarnya media. “Mereka bertindak seperti ini karena mereka mendapat tekanan dari kelompok intoleran.”

Apakah itu mengganggu mereka?

Aziz Damani, Humas Ahmadiyah Bukit Duri, menjelaskan kepada Rappler, gedung tersebut telah digunakan selama 30 tahun terakhir dan mendapat sambutan cukup baik dari masyarakat.

Bahkan, masjid tersebut tidak ditutup jika warga ingin beribadah di dalamnya.

“Semua orang bisa salat di sini, jadi tidak ada bedanya dengan masjid lain. Kak boleh masuk, lihat saja kalau kita solat. “Misalnya ada perbedaan pengertian dan niat salat Jumat dari segi tafsir dan keyakinan, itu lain pembahasannya,” ujarnya.

Warga sekitar pun mengakui aktivitas Ahmadiyah di masjid tersebut tidak mengganggu. Mereka kerap membantu warga sekitar.

“Masyarakat akan larut, ajarannya meresahkannya. Tapi mereka ga mengajukan ajarannya. Kita ga Ya Cara kita berdoa berbeda-beda, bukan? ga Saya berdoa bersama,” kata seorang ibu di daerah tersebut kepada Rappler baru-baru ini.

“Kalau ada bakti sosial, kurbannya untuk mereka yang tertinggal. Kalau ada banjir, saya juga dengan senang hati membantu.”

Atma, warga lainnya, pun mengaku tak merasa terganggu dengan kehadiran masjid tersebut. Meski demikian, ia tak memungkiri perbedaan tafsir agama membuat dirinya dan warga lainnya resah.

“TIDAK mengganggu selama ini. Coba tanyakan pada Pak Ustad Syakir, ustad disini, karena kami kurang paham dengan agamanya. Mungkin karena ada perbedaan dalam ditolak. Kalau kita, nabi terakhir Muhammad, kalau bukan. “Perbedaan itulah yang membuat kita resah,” ujarnya.

“Mereka tidak melakukannya menyebarkannya Iya, tapi aku khawatir warga di sini akan terbawa suasana.” —Rappler.com

link demo slot