Pro dan Kontra Kunjungan DPR ke New York
- keren989
- 0
Apakah Anda pendukung atau penentang kunjungan Setya Novanto dan Fadli Zon ke New York?
JAKARTA, Indonesia – Kontroversi kunjungan kerja pimpinan Dewan Rakyat Indonesia (DPR RI) ke New York, Amerika Serikat terus berlanjut. Hal ini disebabkan setelah mereka tampil di kampanye calon presiden dari Partai Republik Donald Trump.
Ketua DPR Setya Novanto dan wakilnya Fadli Zon bahkan terancam dipecat, atau diberi sanksi oleh Dewan Kehormatan DPR RI (MKD).
Namun tak sedikit juga yang mendukung keduanya. Pasalnya, keduanya dinilai menjalankan “misi parlemen”.
Siapa yang kritis dan mendukung kunjungan ke New York? Berikut ringkasannya.
Apa yang mendukung:
Anggota DPR yang turut berkunjung
Tantowi Yahya, anggota DPR dari Komisi I yang berkunjung ke New York, mengatakan dalam wawancara dengan Rappler: “Ketua DPR memanfaatkan pertemuan itu untuk membahas investasi besar (Donald Trump) yang dilakukan di Indonesia, untuk mengapresiasi dalam bentuk properti, hotel dan Taman Hiburan,” ujar Tantowi.
“Ketua DPR berharap Trump Corp lebih banyak berinvestasi di negara kita. Apa yang dilakukan Ketua DPR tersebut merupakan wujud implementasi diplomasi parlemen diplomasi multi jalur apa yang sedang kita jalankan sekarang.”
Partai Gerindra
Fraksi Partai Gerindra membela Wakil Ketua DPR Fadli Zon yang hadir dalam acara kampanye Trump. Menurut Ketua Fraksi Gerindra Ahmad Muzani, kehadiran politisi Partai Gerindra memiliki tujuan baik, yakni mengembangkan investasi yang ada di Indonesia.
“Dari apa yang saya lihat, pertemuan itu karena Donald Trump akan berinvestasi,” ujar Muzani.
Biasanya dalam kunjungan kerja DPR bertemu dengan berbagai perusahaan yang terkait dengan kepentingan komisi kami, kata Muzani.
Fahri Hamzah
Wakil Ketua DPR lainnya, Fahri Hamzah, juga membela Setya dan Fadli yang bertemu Trump. Dia mengatakan keduanya datang ke konferensi pers Trump secara tidak sengaja.
“Ini bukan kampanye. Anda harus tahu ini bukan kampanye. “Jadi jangan difitnah, kasihan,” kata Fahri dari Fraksi Partai Keadilan Sejahtera (PKS).
Fahri pun menilai pertemuan tersebut tidak ada yang istimewa.
“Wajar jika pejabat bertemu dengan pengusaha. Faktanya, adalah munafik jika pergi keluar dan tidak bertemu dengan seorang pengusaha. Biasanya kami juga bertemu dengan pengusaha. Pak Novanto juga seorang pengusaha. Jangan lupakan itu” dia berkata.
KNPI
Komite Nasional Pemuda Indonesia (KNPI) menilai melalui ketua umum, pertemuan Setya dan Fadli justru akan membawa dampak baik bagi Indonesia.
“Kunjungan ini tentunya untuk mengajak Trump berinvestasi di Indonesia. Apalagi dia punya beberapa proyek di Jawa Barat dan Bali, kata Ketua Umum KNPI Fahd Arafiq.
Siapa yang mengkritik:
Imam besar New York
Imam Besar Islamic Center New York Shamsi Ali menilai tidak etis Wakil Ketua DPR Fadli Zon bertemu Donald Trump.
“Pertama, sangat tidak etis karena posisinya sebagai Ketua DPR. Ketua DPR mewakili negara. Dan tidak etis jika negara mendukungnya,” kata Shamsi dalam postingannya Facebooknya.
Fadli Zon kemudian mengancam akan melayangkan somasi jika Syamsi tidak mengoreksi pernyataannya yang mengkritik pertemuan Fadli dengan Donald Trump.
Fadli berkata: “Tidak ada dukungan atau semacamnya. Apakah kita benar-benar mempunyai suara atau pengaruh untuk mendukung calon presiden AS?”
Koalisi Besar Indonesia (KIH)
Partai yang tergabung dalam Koalisi Indonesia Raya (KIH) di DPR pun melaporkan dugaan pelanggaran etik yang dilakukan Setya dan Fadli saat menghadiri konferensi pers Trump. KIH yang mendukung Presiden Joko Widodo pada Pemilu 2014 meminta kedua pimpinan DPR tersebut tidak aktif selama dugaan pelanggaran diproses di MKD.
Anggota Fraksi PDI-P Charles Honoris mengatakan fraksi pelapor yang tergabung dalam koalisi besar Indonesia (PDI-P, PKB, Hanura, Nasdem, dan PPP Romahurmuziy) akan mengambil sikap jika pimpinan DPR aktif bertahan.
Dalam rapat paripurna, fraksi-fraksi tersebut misalnya bisa memilih memboikot.
Koalisi masyarakat sipil dalam petisi perubahan.org
Setidaknya ada 7 petisi mengenai masalah ini Ubah.org hingga hari ini, Rabu, 9 September. Petisi publik tersebut menuntut kedua tokoh politik tersebut meminta maaf, mengundurkan diri, berbicara terus terang tentang motivasi mereka, atau dicopot dari jabatannya. —Rappler.com
BACA JUGA