Pengalaman Wawan mendampingi Jokowi
- keren989
- 0
Wawan Darmawan mendapat pengalaman tak terlupakan. Pada Minggu, 5 Juli, General Manager PT Pertamina Geothermal Energy (PGE) ditugaskan memimpin Presiden Joko “Jokowi” Widodo saat melakukan kunjungan ke Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi (PLTP) Unit 5, di Kamojang.
Sebagian kawasan kompleks Pertamina pemilik proyek berada di Kabupaten Bandung dan sebagian lagi berada di Kabupaten Garut. “Kesan saya dia adalah sosok yang berpenampilan sederhana dengan penampilan kalem,” cerita Wawan kepada saya.
Pagi yang cerah itu, Jokowi tampak santai. Ia datang ke lokasi dengan menggunakan helikopter TNI dan mendarat di helipad lapangan sebelah area kantor PGE.
Turut hadir dalam rombongan Menteri Koordinator Kemaritiman Indroyono Soesilo, Menteri Perdagangan Rachmat Gobel, Sekretaris Presiden Darmansjah Djumala, dan staf khusus bidang komunikasi Teten Masduki.
Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Rini Mariani Soemarno tiba di lokasi satu setengah jam lebih awal dengan menggunakan mobil. Rini meninggalkan kediamannya di Jakarta setelah subuh. Perjalanan menuju lokasi memakan waktu sekitar 4-5 jam, tergantung kepadatan lalu lintas khususnya di kawasan Nagrek.
Rini langsung mendapat penjelasan detail sambil berjalan melewati panel informasi. Ia juga sempat mengecek kesiapan presentasi dan mendampingi pameran usaha kecil dan menengah dengan meninjau Pertamina.
Jokowi mengenakan kemeja putih. Sesampainya di lokasi, ia langsung menuju deretan panel informasi perkembangan PLTP Kamojang Unit 5.
Proyek steam feed dan PLTP berkapasitas 1 x 35 Mega Watt (MW) ini memiliki nilai investasi sebesar US$ 104,03 juta dolar dan mampu menyerap 1.200 tenaga kerja. Peresmian Unit 5 Kamojang menjadikan kapasitas PLTP di kawasan ini menjadi 235 MW.
Lebih mahal, tapi ramah lingkungan
Dwi Soetjipto, Direktur Utama Pertamina, melaporkan hal ini PLTP Kamojang dapat memenuhi kebutuhan listrik untuk setidaknya 470.000 kepala keluarga. Listrik disalurkan melalui transmisi dari pembangkit listrik di Jawa, Madura, dan Bali.
Implementasi proyek ini hampir dua bulan lebih cepat dari yang direncanakan dan operasi komersial dimulai pada tanggal 29 Juni 2015.
Wawan, lulusan teknik perminyakan Institut Teknologi Bandung, mengatakan pengeboran dimulai pada 2011. Pembangunan PLTP dilaksanakan pada 22 Agustus 2013. Jangka waktu kontrak adalah 23 bulan, mulai 22 Agustus 2013 hingga 21 Juli 2015.
Untuk wilayah Kamojang, listrik dari PLTP dijual dengan harga US$9,4 -9,7 sen per kilowatt (Kwh). Konsumennya adalah Perusahaan Listrik Negara (Persero). Sedikit lebih mahal dibandingkan harga listrik dari pembangkit listrik tenaga batu bara yang dipatok sekitar US$7-8 sen per Kwh.
“Meski lebih mahal, keunggulan PLTP adalah ramah lingkungan. “Kita harus serius dalam pengembangan energi terbarukan,” kata Jokowi dalam pidatonya pada peresmian Unit 5 Kamojang.
“Sebelumnya program ini bukan prioritas. Bahkan jika kita memiliki energi terbarukan panas bumi, biomassa, tenaga angin hingga tenaga surya. “Saya perintahkan Menko dan Menteri BUMN untuk menjadikan program energi terbarukan sebagai prioritas.”
Meski memegang beberapa halaman teks pidato, Jokowi tampak belum membaca seluruh isinya dan memilih komunikasi yang lebih santai.
Dwi Soetjipto mengatakan PT Pertamina akan terus menggenjot pertumbuhan kapasitas pembangkit listrik tenaga panas bumi hingga 1.026 MW pada tahun 2019 dengan investasi sekitar US$2,5 miliar untuk mendorong pemanfaatan panas bumi nasional yang saat ini masih berada di kisaran 5 persen dari total sumber daya. . dimiliki.
Selain diresmikan PLTP Kamojang Unit 5, juga diresmikan PLTP Ulubelu Unit 3 dan 4, PLTP Lahendong Unit 5 dan 6, PLTP Hulu Lais Unit 1, Kerinci Unit 1, dan Karaha Unit 1.
Apa saja kendala PLTP?
“Mengembangkan PLTP tidaklah mudah, padahal Indonesia memiliki potensi energi panas bumi sebesar 28.000 MW,” kata Dwi. Pembangunan PLTP adalah prioritas bagi Pertamina.
Kendala yang sebelumnya dihadapi adalah terkait tata guna lahan. Sumber energi panas bumi sebagian besar berada di kawasan hutan konservasi. Mendekati warga sekitar saat membangun jaringan pipa transmisi juga tidak mudah.
“Untungnya untuk wilayah Kamojang pelaksanaan proyek PLTP relatif lancar,” kata Dwi Soetjipto.
Di kawasan Kamojang, Pertamina juga melakukan kegiatan konservasi melalui rehabilitasi Elang Jawa yang kini menjadi satwa langka. PGE juga mendukung pengembangan desa wisata, mengingat di kawasan tersebut banyak terdapat sumber air panas.
Kepada Presiden Jokowi, Wawan menjelaskan proses produksi di PLTP Kamojang. “Penguat panas bumi “Ramah lingkungan karena prosesnya siklusnya tertutup,” kata Wawan yang sudah 22 tahun bekerja di PGE.
Uap dari sumur panas bumi memasuki turbin yang terhubung ke generator, yang memutarnya untuk menghasilkan listrik. Uap dari turbin masuk ke kondensor untuk dikondensasikan.
“Karena uap hasil kondensasi masih bersuhu hangat, maka uap tersebut kemudian dipompa ke menara pendingin. Kondensat dingin disuntikkan atau dikembalikan ke sumur injeksi. “Hampir tidak ada cairan yang terlepas ke lingkungan,” kata Wawan.
Saya dan sejumlah teman jurnalis mengikuti peninjauan Jokowi ke Unit 5 Kamojang. Jokowi tampak membenarkan beberapa hal yang sebelumnya dilihatnya di panel informasi.
Saya juga jelaskan kepada Presiden bahwa kualitas steam di Kamojang adalah yang terbaik di dunia karena 99,99 persennya adalah steam, kata Wawan.
Udara pegunungan yang sejuk. Penjelasan mengenai besarnya potensi energi terbarukan membuat Jokowi tampak puas dengan kunjungan kerjanya.
“Setiap saya berkunjung ke kawasan itu, salah satu keluhan yang muncul adalah listrik padam. Ada pula yang keluar rumah dua kali sehari. Matikan 2-3 jam. Masih ada lagi,” kata Jokowi.
“Oleh karena itu, pengembangan listrik 35.000 MW bukanlah proyek sepele. Aku terus memperhatikan, aku terus mengikuti. Saya bertanya di mana kemajuannya.”
Mendengar komitmen Presiden, semua orang berseri-seri, terutama Wawan. Alhamdulillah pekerjaan hari ini berjalan lancar, ujarnya. — Rappler.com
Uni Lubis adalah jurnalis senior yang berpengalaman di bidang media. Dia adalah Rekan Eisenhower. Tulisannya dapat dinikmati di www.unilubis.com.