• November 23, 2024

Penderitaan petani dan nelayan dibahas pada KTT COP 20 tentang perubahan iklim

Ini adalah ringkasan yang dibuat oleh AI, yang mungkin memiliki kesalahan. Untuk konteksnya, selalu rujuk artikel selengkapnya.

Perubahan iklim selalu berdampak buruk pada kelompok yang paling rentan dan berada di garda depan penyediaan pangan: petani dan nelayan. Usulan apa yang muncul pada COP 20 di Lima?

Setiap kali Conference of Parties (COP) diselenggarakan, penderitaan petani selalu menjadi topik penting. Perwakilan organisasi petani dari berbagai negara selalu diundang. Mereka mengirimkan delegasi dan pelobi untuk meyakinkan para pengambil keputusan di negara-negara anggota pada pertemuan perubahan iklim agar lebih peduli. Petani dan nelayan, serta masyarakat adat (penduduk asli) adalah kelompok yang paling terkena dampak perubahan iklim.

Dana Internasional untuk Pembangunan Pertanian (IFAD) melaporkan bahwa petani kecil di negara-negara berkembang lebih dari sekedar korban perubahan iklim. Mereka juga memainkan peran penting dalam solusi terhadap pemanasan global. Laporan berjudul Keuntungan petani kecil membahas bagaimana investasi dalam akses terhadap informasi mengenai perubahan cuaca, transfer teknologi dan kesiapsiagaan bencana membantu petani kecil menyiapkan persediaan makanan untuk keluarga mereka. Proses pertanian berkelanjutan juga mengurangi potensi keluaran karbon.

“Sekitar 500 juta petani kecil di seluruh dunia memainkan peran penting dalam menjamin pasokan pangan bagi 4/5 penduduk di negara-negara berkembang. Kami menyadari pentingnya peran perempuan dan laki-laki di daerah pedesaan dalam menjalankan bisnis terkait perubahan iklim. Mereka berada di garis depan,” kata Presiden IFAD Kanayo F. Nwanze di sela-sela acara COP 20 yang digelar pekan ini di Pentagonita, Lima, Peru.

Nwanze menambahkan, petani kecil yang merasakan langsung dampak perubahan cuaca ekstrem tidak berperan dalam proses pengambilan keputusan pada pertemuan global dan regional terkait perubahan iklim. Laporan IFAD juga mencakup pendanaan perubahan iklim (pendanaan iklim) untuk petani. Dana ini merupakan kumpulan para pemain utama di industri pertanian, serta negara-negara maju, yang bertujuan untuk membantu adaptasi dan mitigasi bagi petani kecil.

Dana Perubahan Iklim, yang disebut Adaptasi untuk Program Pertanian Petani Kecil (ASAP) yang dikelola oleh IFAD dimulai pada tahun 2012. Program ini merupakan program adaptasi perubahan iklim terbesar di dunia, yang mengelola dana yang dikomitmenkan oleh sembilan donor bilateral senilai US$350 juta.

Melalui program ini, IFAD dapat membantu meningkatkan ketahanan terhadap perubahan iklim bagi sekitar delapan juta petani di seluruh dunia, termasuk penggunaan proses pertanian cerdas, yaitu menggunakan teknologi yang dapat membantu petani dalam menentukan kapan menanam, apa yang akan ditanam, dan praktik berkelanjutan lainnya dalam jangka waktu yang lama. lahan seluas satu juta hektar di beberapa negara berkembang.

Di Indonesia, seperti dijelaskan Direktur Jenderal Badan Meteorologi dan Geofisika dr. Andi E. Sakya, pemerintah sedang menjalankan program sekolah lapangan tentang perubahan iklim bagi petani. Program ini disebut Sekolah Bidang Iklim. Ditjen BMVG juga telah menyiapkan One Fisherman Village One Display untuk mempersiapkan nelayan menghadapi perubahan iklim.

Pentingnya informasi perubahan iklim bagi petani dan nelayan juga digarisbawahi oleh Cassandra de Young, perencana perikanan di Organisasi Pangan Dunia (FAO). Cassandra memberikan presentasi bertajuk Perikanan dan Ketahanan Panganmengenai dampak perubahan iklim akibat badai El Nino yang melanda negara-negara di kawasan Asia Timur.

Menurut Cassandra, penting untuk mengintegrasikan kebijakan di tingkat internasional, regional, dan nasional terkait penyebaran informasi perubahan iklim dan perumusan keputusan terkait petani dan nelayan.

“Setiap negara harus membangun sistem nasional untuk beradaptasi terhadap dampak perubahan iklim terhadap usaha perikanan dan budidaya ikan (budidaya perikanan),” kata Cassandra dalam diskusi panel mengenai teknologi adaptasi perubahan iklim.

Organisasi Pangan Dunia menyelenggarakan program ini Makanan untuk duniamulai menggunakan teknologi untuk menyediakan pasokan makanan yang mereka perlukan untuk didistribusikan kepada sekitar 500 juta orang di seluruh dunia setiap hari. —Rappler.com

Uni Lubis adalah mantan pemimpin redaksi berita dan terkini di ANTV. Ikuti Twitter-nya @unilubis


Togel Singapore Hari Ini