• October 9, 2024
Jemaah Haji Berisiko ‘Stroke Panas’

Jemaah Haji Berisiko ‘Stroke Panas’

Ini adalah ringkasan yang dibuat oleh AI, yang mungkin memiliki kesalahan. Untuk konteksnya, selalu rujuk artikel selengkapnya.

Tahun ini, suhu di Arab Saudi diperkirakan mencapai 50 derajat Celcius, jauh lebih tinggi dibandingkan tahun lalu yang hanya mencapai 43 derajat.

JAKARTA, Indonesia – Pemerintah mengimbau jamaah haji tahun ini bersiap menghadapi risiko serangan panas atau heat stroke. pitam panasakibat suhu tinggi di Arab Saudi yang disebabkan oleh pemanasan global.

Kepala Pusat Kesehatan Haji Kementerian Kesehatan (Kemenkes), Fidiansjah mengatakan, tahun ini suhu di Arab Saudi diperkirakan mencapai 50 derajat Celcius, jauh lebih tinggi dibandingkan tahun lalu yang hanya mencapai 43 derajat.

“Kenaikan suhunya sangat jauh, bahkan diperkirakan bisa mencapai 50 derajat. “Saat ini terpanas di Jakarta, hanya 30 derajat,” kata Fidiansjah usai rapat koordinasi persiapan ibadah haji 2015 di kantor Kementerian Koordinator Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (KemenkoPMK) di Jakarta Pusat, Selasa 11 Agustus.

Oleh karena itu risiko paparan pitam panas sangat besar, apalagi jika wukuf inti ibadah haji dilakukan di lapangan Arafah. Tahun lalu saja, 4 jemaah haji asal Indonesia meninggal dunia akibat penyakit tersebut pitam panas.

pitam panas adalah suatu kondisi dimana suhu tubuh bisa mencapai lebih dari 40 derajat Celcius atau lebih. pitam panas dapat disebabkan oleh peningkatan suhu lingkungan, atau aktivitas tinggi yang dapat meningkatkan suhu tubuh.

“Tendanya tidak seperti di Mina yang menggunakan AC. Di Arafah tidak ada AC. Jadi sama saja dengan tenda kita kamp “Dan disitulah runtuhnya jemaah, padahal itu inti (haji),” kata Fidiansjah.

Apalagi masyarakat Indonesia belum terbiasa dengan iklim di Timur Tengah.

“Orang Indonesia yang salat 5-10 menit sudah dehidrasi dan bisa saja pitam panas dan bahkan mereka yang tidak ingin kita mati,” kata Fidiansjah,

Selain suhu tinggi, jamaah haji juga harus mengantisipasi cuaca ekstrem selama menjalankan ibadah haji.

“Tahun lalu suatu malam turun hujan, keesokan harinya panas sumbangan. Cuacanya berubah-ubah, jadi suhunya tinggi, tapi tiba-tiba bisa hujan, bisa ada badai, kata Fidiansjah.

Menurutnya, hal tersebut tidak lepas dari pengaruh perubahan iklim global.

Oleh karena itu, Kementerian Kesehatan telah menyiapkan panduan bagi jamaah haji dan juga petugas di lapangan untuk menghadapi cuaca panas saat menunaikan ibadah haji.

“Tanggal 19 Agustus sudah kita lakukan perkenalan “(panduan) khusus bagaimana kita mengantisipasi kebutuhan cairan jamaah haji dan umrah karena 15 tahun ke depan diperkirakan masih hangat, sehingga buku ini ditunggu-tunggu oleh seluruh tenaga kesehatan dan jamaah,” kata Fidiansjah.

Selain itu, pada masa persiapan jemaah haji, Kementerian Kesehatan juga memberikan pembinaan penanganan cuaca ekstrem di Kementerian Agama (Kemenag).

“Kami juga menganjurkan agar tidak lagi memaksakan diri (saat haji), ibadah sunnah bukan ibadah wajib, jadi jangan bolak-balik antara rumah hangat dan masjid. “Sholat di kediaman sama mulianya, dan pahalanya sama,” kata Fidiansjah.

Selain itu, pemerintah juga menyiapkan alat penyiram air untuk digunakan jemaah selama berada di sana.

“Kami siapkan semprotan air, praktis juga untuk mendinginkan dan minum. “Itu air matang atau bisa juga air Zam-Zam, jadi bisa multifungsi,” ujarnya.

Kemenag juga menyampaikan akan menyiapkan air saat Wukuf di Arafah, yakni 1 orang mendapat 3 liter. “Ini juga kemajuan, kebutuhan minimal sudah terpenuhi,” kata Fidiansjah. —Rappler.com

BACA JUGA:

Singapore Prize