• October 9, 2024

Politik BBM semakin meningkat di era Jokowi-JK


Awal pekan ini, Presiden Joko “Jokowi” Widodo meluncurkan tiga kartu “ajaib” bagi masyarakat miskin, yakni Kartu Indonesia Sehat (KIS), Kartu Indonesia Pintar (KIP), dan Kartu Keluarga Sejahtera (KKS). Pro dan kontra pasti terjadi. Yang menonjol adalah kritik pakar konstitusi Yusril Ihza Mahendra yang menyebut penggunaan dana tanggung jawab sosial Badan Usaha Milik Negara (BUMN) untuk mencetak kartu melanggar aturan dan tidak memiliki payung hukum.

Kritik Yusril ditujukan kepada Menteri Koordinator Kebudayaan dan Pembangunan Manusia Puan Maharani. Menko Puan-lah yang mengkoordinir pelaksanaan lapangan atas janji kampanye Presiden Jokowi yang salah.

Saat saya hubungi melalui saluran komunikasi WhatsApp, Menko Puan mengatakan: “Memang benar CSR BUMN tidak digunakan. Payung hukumnya adalah APBN 2014. Dananya dari APBN 2014. KIS menggantikan istilah JKN yang hanya menggantikan dan memperluas cakupan dan manfaat JKN. KIP sebelumnya adalah BSM. Singkatnya, tx.”

JKN merupakan Jaminan Kesehatan Nasional yang merupakan produk berlakunya Undang-undang No. 40/2004 tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional. BSM adalah Bantuan Siswa Miskin yang dilaksanakan oleh pemerintahan Susilo Bambang Yudhoyono.

Peluncuran tiga kartu pilar ini dinilai menjadi sinyal kuat bahwa pemerintahan Presiden Jokowi-JK akan menaikkan harga bahan bakar minyak (BBM).

Resep ala JK

“Kalau menaikkan harga BBM, umumkan tengah malam. Pilih hari libur atau akhir pekan. Hal ini dapat meminimalkan jumlah pengunjuk rasa.” Resep ampuh ini datang dari Wakil Presiden Jusuf Kalla.

Ketika pemerintahan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dan Wakil Presiden JK menaikkan harga BBM pada Maret 2005, Menteri Koordinator Perekonomian Aburizal Bakrie mengumumkannya pada Jumat malam, efektif pukul 00:00 WIB. Tidak ada protes dalam jumlah besar. Juga tidak terstruktur dan sistematis.

Pekan sebelumnya, Wakil Presiden JK mengundang pemimpin redaksi ke rumah dinasnya di Jalan Diponegoro. JK menjelaskan secara rinci alasan mengapa harga BBM harus naik. Mengurangi beban subsidi yang harus ditanggung Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) menjadi alasan utamanya.

Reaksi media saat itu adalah meminta pemerintah memastikan seluruh persiapan dilakukan secara matang. Mulai dari program jaminan sosial bagi warga terdampak kenaikan harga, hingga data akurat masyarakat miskin yang berhak menerima bantuan langsung tunai.

Saat SBY menaikkan harga BBM pada 2008, JK dimintai nasihat. Sejak awal, sikap JK terhadap kenaikan harga BBM untuk mengurangi alokasi subsidi dalam anggaran sudah sangat jelas: Ia mendukungnya. Ditemui pada acara buka puasa tahun ini di rumah Ketua Menteri Perekonomian Tanjung, Pak JK dengan tegas mengatakan, “Penambahan BBM itu wajib. Kalau tidak, anggaran akan kolaps.”

Saat ini, masih ada pembahasan mengenai tiga skenario kenaikan harga BBM. Skenario pertama, kenaikan harga dilakukan sepenuhnya oleh pemerintahan SBY. Skenario kedua, harga BBM naik terus, 50 persen pada era SBY, selebihnya pada era pemerintahan Jokowi-JK. Tentu saja ada skenario ketiga, yakni kenaikan harga dilakukan sepenuhnya oleh pemerintahan baru, dan dilakukan pada November 2014.

Kita tahu bahwa skenario ketiga pada akhirnya akan terlaksana. SBY menolak mengumpulkan bahan bakar. Dalam wawancara di saluran YouTube Partai Demokrat, dia berkata: “Kalau alasan kenaikan bahan bakar adalah untuk mengurangi defisit, saya sudah menaikkan harga tahun lalu. Tahun ini tarif listrik dan gas naik. “Di sana harus diingat bahwa setiap Saat pemerintah menaikkan harga BBM, ada kelompok di DPR, fraksi yang menolak keras.”

Yang dimaksud SBY adalah akting Fraksi PDI Perjuangan melangkah keluar ketika membahas anggaran, implikasinya adalah menyerahkan harga BBM kepada mekanisme pasar. Anda bisa menyimak wawancara lengkap SBY di tautan ini.

PDI-P pernah menolak kenaikan harga BBM

Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDI-P) pernah mengedarkan white paper yang menolak kenaikan BBM dan mengusulkan opsi pengurangan defisit anggaran. Informasinya dapat dibaca di tautan ini.

Menaikkan harga bahan bakar bukan sekedar keputusan ekonomi. Nuansa politiknya sangat kental. Bahkan konsekuensi keamanan. Ketika pemerintahan SBY-JK menaikkan harga BBM pada tahun 2005, BLT diberikan kepada keluarga miskin dan semi miskin yang berjumlah 19,1 juta rumah tangga. Menteri Pendidikan menyiapkan alat peraga. Menteri Kesehatan menyiapkan bantuan kesehatan.

Sebuah majalah memunculkan judul sampul “Selalu Bingung Ya” sebagai akronim yang mengejek SBY karena dinilai enggan memutuskan kenaikan BBM. Tampil ke publik adalah duet Wakil Presiden JK dan Menko Perekonomian Aburizal Bakrie yang mendukung kebijakan pengurangan subsidi.

Kini JK kembali menjadi wakil presiden. Beberapa kali berbicara kepada publik, Presiden Jokowi menjelaskan bahayanya jika subsidi BBM terus membebani anggaran. Angka subsidi selama lima tahun terakhir, kata Jokowi, tercatat sebesar Rp714 triliun.

“Anggaran kesehatan Rp 202 triliun. Infrastruktur senilai Rp 577 triliun. Jadi, masih kalah dengan subsidi BBM, kata Jokowi.

Dalam pidatonya di hadapan Musyawarah Nasional Alumni Universitas Gadjah Mada, Jokowi menyatakan siap tidak populer dalam pengambilan keputusan pengurangan subsidi. Artinya, dia siap menaikkan harga BBM. Kapan dan berapa kenaikannya, itulah yang ditunggu masyarakat. Angka peredarannya berkisar Rp 2.000-3.000 per liter.

Sofyan Djalil, Menteri Koordinator Perekonomian, menyatakan seluruh persiapan kenaikan BBM sudah dilakukan. Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Suryamin menyarankan agar pemerintah sekaligus menaikkan Rp 3.000/liter agar tidak perlu dinaikkan lagi pada tahun depan. Menurut dia, seperti dikutip detikcom, kenaikan BBM akan memberikan dampak inflasi sementara sebesar 1,7 persen. Hal itu jika kenaikan dilakukan pada awal November.

Menurut Suryamin, dampak tidak langsung kenaikan harga BBM akan meningkatkan inflasi sebesar 1-2 persen, dan akan terjadi secara bertahap dalam 6-7 bulan ke depan. “Misalnya di bidang transportasi. Kenaikannya bertahap sehingga menyebar seperenam, kata Suryamin.

Wapres JK mengamini pernyataan Menko Puan. Dia mengatakan, kartu-kartu tersebut tidak berbeda dengan fasilitas asuransi serupa yang sudah ada, termasuk Kartu Jaminan Kesehatan yang diatur oleh Badan Penyelenggara Jaminan Sosial.

Ketua Menko Tanjung mengatakan saat acara perpisahan dengan pemimpin redaksi, sehari sebelum pelantikan Presiden Jokowi, pihaknya telah menyiapkan seluruh data dan software untuk mendukung peningkatan BBM. Tinggal membesarkan SBY atau Jokowi saja,” kata CT yang juga seorang pengusaha.

Melihat dukungan data dan kebutuhan mendesak pemerintahan Jokowi untuk merealisasikan pengalihan subsidi ke proyek infrastruktur dan pembangunan bagi masyarakat miskin, jelas bahwa kenaikan bahan bakar tidak dapat dihindari. Yang harus dikelola oleh Jokowi (dan PDI-P) adalah dukungan terhadap pemerintahannya yang baru dua bulan berkuasa dan masih menjalani bulan madu.

Jokowi mempunyai waktu yang panjang menjelang pemilu 2019 untuk mempertahankan atau menaikkan kembali popularitasnya jika berhasil mengatur berbagai kepentingan, terutama yang berasal dari PDI Perjuangan dan pendukungnya. —Rappler.com

Uni Lubis, mantan Pemimpin Redaksi ANTV, menulis blog tentang 100 hari pemerintahan Jokowi. Ikuti Twitter-nya @unilubis dan membaca blog pribadinya unilubis.com.


Togel Singapore Hari Ini