• September 24, 2024

Kasus Angeline membuat takut orang tua dan anak-anak

Lamanya terungkapnya kasus Angeline membuat takut anak-anak dan orang tua.

DENPASAR, Indonesia — Saat Rachel, teman sekelas Angeline (8 tahun), disambut hanya dengan senyuman, ia langsung ketakutan dan memeluk ibunya.

Ia terlihat selama lebih dari satu jam di depan rumah Angeline di Denpasar yang dipasang garis polisi setelah ia ditemukan tewas terkubur di halaman belakang rumah ibu angkatnya sekitar pukul 10.30 Wita, Rabu 10 Juni 2015.

Angeline ditemukan tim gabungan di dalam lubang yang berisi air. Di atas tumpukan itu ada sampah. Jenazahnya dibalut kain putih dengan boneka kecil.

“Aku takut diculik,” kata Rachel sambil memeluk Ni Made Pusni, ibunya.

Pusni mengatakan, sejak Angeline dikabarkan diculik di depan rumahnya lebih dari 3 minggu lalu, teman-teman sekelasnya sangat sedih dan takut. “Mereka juga takut diculik, apalagi Angeline butuh waktu lama untuk ditemukan. “Saya sedikit lega meski ditemukan seperti ini,” kata Pusni sambil menangis.

(BACA: Hilang 3 Minggu, Angeline Ditemukan Meninggal)

Wanita yang harus membesarkan keenam anaknya sendirian ini mengaku meminta Rachel untuk berdoa setiap malam agar dia tidak takut. “Saya mohon doanya setiap hari agar bisa cepat bertemu Angeline. “Anak saya dan teman-temannya terus memikirkan hal itu, apalagi banyak pejabat yang datang ke sekolah,” kata Pusni.

Sambil menggendong anaknya, Pusni dan puluhan tetangga lainnya terus mengawasi kerumunan polisi dan bercerita tentang kenangan bersama Angeline.

Hampir semua teman dan gurunya mengetahui bahwa Angeline setiap hari diminta bekerja untuk memberi makan puluhan ayam dan hewan peliharaan lainnya di rumahnya. Ia jarang bermain bersama teman-temannya di rumah, ia hanya sering terlihat berjalan sendirian menuju sekolahnya yang jaraknya lebih dari satu kilometer.

Media intens memberitakan banyaknya petugas yang datang ke rumah korban. Namun, belum banyak informasi perkembangan kasus dari polisi hingga ia ditemukan tewas.

Terakhir, Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Yohana Yambise mendatangi rumah korban pada pekan lalu dan tidak diperbolehkan masuk ke dalam rumah oleh warga, ibu angkat Angeline, Margareith Megawe.

Yohana kemudian berangkat ke sekolahnya. Saat itu, ia menyimpulkan kediaman Angeline tidak cocok untuk anak-anak karena penuh kandang ayam dan berbau tidak sedap. Selain itu, ada dugaan kekerasan yang dilakukan pengasuhnya.

Lamanya terungkapnya kasus ini membuat kepala sekolah dan guru berinisiatif melakukan pencarian Bali (semacam dukun) agar terlihat batiniah dan tidak kasat mata. Istilah dalam bahasa Bali, memperluas. Alhasil, Angeline dikabarkan masih berada di dalam rumah tersebut.

“Malam ini kami juga berencana untuk kembali berdoa bersama para guru di depan rumahnya,” kata Ketut Ruta, kepala sekolah Angeline sambil menunjuk sebuah pura kecil yang kebetulan berada di depan rumah yang dibangun warga sekitar. Itu bukan milik penghuni rumah Angeline.

Ruta pun mengatakan, dirinya meminta ibu angkatnya untuk menjaga Angeline, karena menurutnya anak tersebut kurang mendapat perhatian dan kabarnya ia kerap dimarahi. “Ibu angkatnya menjawab, mohon hati-hati jika ada yang memberi makan ayam saya di rumah,” kata Ruta.

Pihak sekolah juga mengaku kesulitan berkomunikasi dengan ibu angkat tersebut karena hanya datang saat pendaftaran sejak kelas 1 dan dipanggil oleh guru wali. Pihak sekolah pun memutuskan bahwa Angeline akan naik kelas ke kelas 3 meskipun ia tidak mengikuti ujian akhir karena bolos, namun dilihat dari nilai rata-rata ujian hariannya, ia cukup baik dan perilakunya di sekolah.

Tujuannya, kalau ketemu Angeline, dia punya motivasi untuk sekolah lagi. “Jadi tidak malu kalau tidak masuk kelas,” kata Ruta.

Tuduhan terhadap ibu angkatnya

Beberapa guru Angeline juga sering mengatakan bahwa Angeline sering terlihat lelah dan tidak terawat dalam kesehariannya. “Dia sangat kurus, tidak secantik foto yang ditampilkan di media, saya sering memberikan uang kepadanya karena dia tidak membawa bekal. “Dia berangkat sekolah jam 12.00, tapi jam 10 sudah masuk sekolah,” kata Dayu Widiyani, salah satu guru.

Para guru juga kecewa karena sejak dilaporkan diculik, ada satpam yang disewa penghuni rumah untuk mencegah siapa pun masuk. “Kami sudah memperingatkan Angeline bahwa dia akan terkena kekerasan,” kata Dayu.

Banyak tudingan dan tudingan yang dilontarkan terhadap ibu angkatnya, namun polisi belum bisa memastikan status kriminalnya.

Hingga Kamis, 11 Juni, polisi menetapkan nama mantan pekerja rumah tangga tersebut Agus sebagai tersangka pembunuhan Angeline. Menurut pengakuan Agus, ia juga memperkosa Angeline sebelum membunuhnya.

(BACA: Mantan pembantu rumah tangga yang diduga memperkosa dan membunuh Angeline)

Unit forensik RS Sanglah Denpasar yang memeriksa jenazah Angeline menyatakan, korban meninggal sekitar 3 minggu. Artinya sejak dia dikabarkan diculik.

“Usia suatu benda dapat dilihat dari pembusukannya. Penyebab kematiannya adalah pukulan benda tumpul di kepala sehingga menyebabkan pendarahan otak, jelas Ida Bagus Alit, salah satu ahli forensik saat dikonfirmasi.

Menurut ahli forensik, terdapat luka lebam di kepala, wajah, dan puntung rokok di punggung. Kemungkinan ada penyiksaan sebelumnya yang dilakukan pelaku. Ada pula bekas tali yang melingkari leher sang putri dengan kisah tragis ini. —Rappler.com

slot demo