• September 20, 2024

Ahok dan Djarot berselisih paham soal sertifikasi pekerja seks

Apa alasan Ahok menginginkan lokalisasi dan sertifikasi pekerja seks? Dan bagaimana tanggapan perwakilannya?

JAKARTA, Indonesia – Gubernur dan Wakil Gubernur DKI Jakarta tampaknya berbeda pandangan dalam mencari dan mensertifikasi pekerja seks.

Sekretaris Daerah DKI Jakarta Saefullah menjadi orang pertama yang menyuarakan gagasan Gubernur Basuki “Ahok” Tjahaja Putnama untuk membangun tempat khusus prostitusi dan sertifikasi pekerja seks di Jakarta.

“Jadi seperti di Filipina. “Kalau memang dia bekerja sebagai PSK (PSK), dia punya sertifikat,” kata Saefullah media, Senin, 27 April. “Sertifikat tersebut menegaskan bahwa pelacur tersebut melakukan praktik prostitusi karena dia bersertifikat.”

Para pekerja seks bersertifikat tersebut nantinya akan ditempatkan di apartemen khusus prostitusi, kemungkinan di Kepulauan Seribu. Lokalisasi, menurut Saefullah, diperlukan agar penyebaran prostitusi dapat dilacak sehingga nantinya dapat diatur dengan mudah, termasuk untuk mengatasi permasalahan HIV/AIDS.

“Bisa juga terkait dengan itu (HIV/AIDS). Belajar dari Surabaya, lokalisasi Dolly ditutup. Namun dampaknya menusuk kemana-mana, kanan, kiri dan hampir dimana-mana. “Itu semakin sulit dikendalikan,” kata Saefullah seperti dikutip Gatra.

Menurut Ahok, selain sakit, pembinaan juga akan lebih mudah dengan adanya lokalisasi.

“Kalau kita ada di satu tempat, kita akan mudah mengendalikannya. Kita bisa tahu siapa mereka, dan kita selalu tahu di mana mereka berada,” kata Ahok. media.

“Di tempat itu, pemerintah daerah bisa secara perlahan menyadarkan mereka dengan mengirimkan ustadz ketika para PSK tersebut tidak bekerja. “Sore harinya bisa datang pendeta, pendeta, kyai, atau guru pura dan membantunya melakukan perpindahan agama,” lanjut Ahok.

Wacana inilah yang nantinya akan dipaparkan ke publik untuk mengukur reaksi masyarakat.

Sementara itu, Wakil Gubernur Djarot Saiful Hidayat langsung menyatakan ketidaksetujuannya terhadap rencana lokalisasi tersebut.

“Lokalisasi? Apakah Anda ingin melakukan lokalisasi? Sudah banyak lokalisasi di sini. Tapi tersembunyi. Kalau dilegalkan, kami kira kami membenarkannya. Benarkan praktik-praktik tersebut ya, tidak,” kata Djarot seperti dikutip BeritaSatu.

Baginya, lebih baik fokus memberantas praktik prostitusi di pemukiman.

“Sekarang fokus kami jangan sampai apartemen dan kos-kosan ini disalahgunakan untuk prostitusi. Kami fokus pada hal itu. “Bukan hanya untuk prostitusi, tapi kami tegaskan tidak boleh membiarkan orang yang tidak jelas masuk ke sana.”

Pernyataan Djarot merujuk pada meninggalnya pekerja seks Deudueh Alfisyahrin baru-baru ini di kosnya di kawasan Tebet, Jakarta Selatan.

Ahok sendiri menyadari ide ini akan menuai banyak pertentangan, namun ia merasa cukup yakin dengan rencana tersebut. Baginya, dengan lokalisasi yang memadai dan dukungan spiritual bagi para pekerja, prostitusi pada akhirnya bisa hilang.

“Saya yakin profesi prostitusi baru bisa mewujudkan hal ini ketika mereka sudah berpindah agama. “Harus ada gerakan spiritual yang membantu mereka berpindah agama,” kata Ahok Detik.com.

“Kita bisa berdebat. Oleh karena itu, tergantung pada pilihan kita bagaimana menyelesaikan masalah tersebut.

Prostitusi dan kemunafikan di Jakarta

Bagi Ahok, kontroversi lokalisasi sebenarnya bermula dari penolakan warga terhadap keberadaan prostitusi sebagai masalah sosial yang sulit diperbaiki.

“Kami lebih memilih yang munafik,” kata Ahok, Selasa. “Saat ini kita hanya berpura-pura ya?”

Menurut Ahok, prostitusi tidak akan pernah bisa diberantas meski dilarang. Lokalisasi adalah satu-satunya cara untuk mengatur pelanggar dan lokasi serta meminimalkan penyebarannya.

Saya sadar lokalisasi tidak akan terpenuhi dan pembubaran lokalisasi adalah suatu kebanggaan, kata Ahok.

—Rappler.com/dengan laporan dari Narendra Adhiaksa


game slot gacor