Menghadapi ketidakpastian perekonomian, pemerintah meningkatkan daya saing industri
- keren989
- 0
Ini adalah ringkasan yang dibuat oleh AI, yang mungkin memiliki kesalahan. Untuk konteksnya, selalu rujuk artikel selengkapnya.
Ketidakpastian tersebut disebabkan oleh pergerakan dua poros perekonomian dunia yang belakangan ini bergerak berlawanan arah.
JAKARTA, Indonesia — Menghadapi kondisi perekonomian yang suram dan penuh ketidakpastian, Gubernur Bank Indonesia Agus Martowardojo mengingatkan pemerintah untuk mendorong daya saing industri.
“Sekarang saatnya pemerintah meningkatkan daya saing industri, melakukan penyesuaian teknologi agar ekspor kita tidak hanya bergantung pada sumber daya alam mentah,” kata Agus Kamis 27 Agustus 2015 dalam perbincangan di Jakarta.
Untuk mewujudkan hal tersebut, Agus menyoroti sejumlah permasalahan klasik yang harus dibenahi pemerintah.
“Kita harus menjaga kemandirian ekonomi, khususnya energi dan pangan. Namun kini pemerintah tidak bisa mandiri, misalnya dalam melarang impor. “Pemerintah juga harus memperkuat modal dasar pembangunan, khususnya di bidang pembangunan infrastruktur dan sumber daya manusia,” ujarnya.
Ekonom sekaligus Rektor Universitas Paramadina Firmanzah mengamini pernyataan Agus. Menurutnya, penguatan daya saing industri lokal harus menjadi prioritas pemerintah saat ini, apalagi di tengah situasi perekonomian global yang penuh ketidakpastian.
“Perekonomian kita bergerak seirama dengan perekonomian global. Nah, kedepannya saya melihat masih banyak ketidakpastian, karena saat ini ada dua vektor yang berlawanan arah. “Amerika mulai pulih secara ekonomi dan Tiongkok mengalami perlambatan,” kata Firmanzah.
“Yang perlu dilakukan pemerintah saat ini adalah meningkatkan daya saing industri kita.”
Terkait potensi krisis, mantan staf khusus presiden bidang perekonomian era Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) itu juga meminta masyarakat tidak perlu khawatir.
“Mengatakan bahwa perekonomian kita baik adalah sebuah kesalahan. “Tetapi kita tidak akan mengalami krisis seperti tahun 98. Faktor fundamentalnya berbeda,” ujarnya.
Dikelilingi di dalam dan di luar
Sementara itu di dalam negeri, laju pertumbuhan ekonomi melambat, nilai tukar rupiah terhadap dolar AS masih tertekan, dan pasar industri dalam negeri terancam oleh semakin kompetitifnya ekspor Tiongkok pasca devaluasi Yuan. — Rappler.com
Baca juga: