• November 28, 2024

Memanusiakan Sukarno

Bung Karno mengajarkan kita bahwa ide-ide besar tidak harus datang dari orang-orang hebat.

Banyak sudut pandang yang bisa kita petik dari sosok presiden pertama Indonesia, Soekarno. Tapi tentu saja kita tidak perlu membicarakan skandal pribadi apa pun yang mungkin dia alami. Yang penting bagi saya adalah mengapa dan bagaimana Sukarno hidup sebagai rakyat biasa. Sesuatu yang bisa membuat kita belajar bagaimana menghargai kehidupan. Tapi, ya, itu jika Anda mau.

Soekarno adalah sebuah paradoks. Beliau mempunyai visi besar tentang nusantara, tentang Indonesia bersatu. Dalam banyak kesempatan, kita dapat dengan mudah memahami visinya melalui jargon. Seperti Nasakom, Kontrev, Ngak Ngik Ngok dan Trisakti. Namun lebih dari itu, Sukarno mengajarkan kepada kita bahwa ide-ide besar tidak harus datang dari orang-orang hebat. Ide Marhaen misalnya.

Namun di sisi lain, Soekarno juga punya ambisi. Ambisi untuk menjadi besar, diakui dan klise. Kenapa Jakarta? Pasti Jakarta, kata Bung Karno suatu ketika di lapangan Ikada.

“Uni Soviet punya Moskow, Jerman punya Berlin, dan kita harus punya Jakarta,” ujarnya. Keberadaan Gelora Bung Karno (GBK) hadir karena kebutuhan ruang setelah Jakarta dipilih oleh Federasi Asian Games sebagai tuan rumah Asian Games IV pada Agustus 1962.

Hal ini barangkali kemudian menjadi semacam kebijakan ke bawah yang dilakukan pemerintah pascaSoekarno. Fokus pada pembangunan fisik seperti gedung dan jalan nampaknya menjadi ukuran keberhasilan pemerintah.

Ketimbang meningkatkan kualitas manusia, pemerintah saat ini lebih fokus pada pembangunan fisik. Tapi, oh iya, kita tentu tidak bisa menyalahkan semua kesalahan pada Soekarno, hanya ahli warisnya saja yang mungkin gagal memahami sosok lelaki hebat itu.

Cara pandang saya yang besar di Jawa memandang Soekarno mungkin sama dengan mereka yang besar di Aceh, Papua, dan Kalimantan. Di luar Jawa, sosok Sukarno mungkin lebih banyak disalahartikan sebagai agresor.

Beberapa orang menganggapnya sebagai orang yang ingkar janji. Bung dibenci karena tidak bisa menepati janjinya yang disebut-sebut melahirkan pemberontakan DI/TII dan pecahnya persekutuan Daud Beureueh.

Kepada masyarakat Kalimantan, Bung Besar mungkin patut mendapat penjelasan mengapa Sultan Hamid II, pencipta dan pengkonsep lambang Garuda Pancasila, dianggap pengkhianat negara. Apa itu Bali Connection dan kenapa sampai sekarang, sejak dibubarkan pada tanggal 5 April 1950 karena tuduhan konspirasi dengan orang Barat dan APRA, kehormatan Sultan tidak dihormati.

Sosok manusia Ir.Soekarno terlihat dalam biografinya Bung Karno: Juru Bicara Bangsa Indonesia oleh Cindy Adams. Kita tahu bagaimana Sukarno memperlakukan tahanan politik. Tindakan yang paling ekstrim adalah penugasan kepada mantan teman sekamarnya, Kartosuwirjo.

“Saya memenjarakan musuh-musuh negara, namun saya tidak tega membiarkan burung-burung terkurung dalam sangkar,” kata Sukarno kepada Adams.

Kami percaya bahwa Sukarno adalah manusia, mungkin dia hanyalah orang yang terlalu banyak bebannya, terlalu banyak mitosnya, dan terlalu banyak keinginannya yang rumit. Tentang Adam, Soekarno bercerita, dirinya sering dikutuk seperti bandit dan disembah seperti dewa. Dalam kehidupannya, Sukarno tak jauh dari hal-hal yang kontradiktif; pertarungan antara keberuntungan dan kemalangan yang berujung pada tragedi.

Sukarno menginginkan kemerdekaan bagi Papua. Namun hingga saat ini, banyak masyarakat Papua yang gagal memahami hal tersebut. Upaya pembebasan Papua yang dilancarkan Sukarno masih dipandang oleh sebagian intelektual Papua sebagai bentuk lain dari kolonialisme. Namun tidak semua orang berpendapat demikian, John Waromi, seorang penyair Papua, pernah memuji Sukarno yang mengirimkan relawan untuk mendidik Papua, berbeda dengan Soeharto yang mengirimkan tentara dan transmigran.

Soekarno masih harus berjuang di jalan politik hingga saat ini. Sosoknya kerap muncul di jalan, di baliho ketika musim pemilu tiba. Ia menjadi sosok yang dijual, bahwa Sukarno barangkali masih menjadi inspirasi hingga saat ini. Namun hanya sedikit yang benar-benar peduli untuk secara serius mempelajari sosoknya di luar politik, di luar skandal, dan di luar semua kontroversi yang melingkupinya.

Kita terlalu sibuk dengan slogan-slogan sang kakak, hingga lupa mengingatnya sebagai orang normal. Di usianya yang masih belia, ia memikul beban berat dan menjadi tokoh terdepan dalam upaya memerdekakan suatu bangsa.

Saat ini, bertahun-tahun setelah kematiannya, kita lebih sibuk berdebat di mana kampung halaman orang besar itu, dibandingkan bertanya mengapa ia digulingkan. Tapi, ah, bukankah sejarah memang ada untuk dilupakan? —Rappler.com

Arman Dhani adalah seorang penulis lepas. Penulisannya bergaya satir penuh sarkasme. Saat ini ia aktif menulis di blognya www.kandhani.net. Ikuti Twitter-nya, @Arman_Dhani.


Result SGP