• October 6, 2024
Keluarga Korban Bom Bali Bertemu Ali Imron (Bagian 2)

Keluarga Korban Bom Bali Bertemu Ali Imron (Bagian 2)

“Masih sedikit orang yang menyadari bahwa jihad seperti ini salah,” kata Ali Imron.

Ali Imron dijatuhi hukuman penjara seumur hidup karena perannya dalam bom Bali tahun 2002 yang menewaskan lebih dari 200 orang. Sedangkan saudaranya yang juga pelaku divonis hukuman mati.

Suami Ni Luh Erniati dan Nyoman Rencini yang sedang bekerja pada malam kejadian juga menjadi korban. Sementara itu, Jan Laczynski kehilangan lima sahabatnya.

Untuk pertama kalinya, keluarga korban berhadapan dengan Ali Imron, satu-satunya pelaku jaringan bom Bali yang masih hidup.

(BACA: Keluarga Korban Bom Bali Bertemu Ali Imron (Part 1))

Ada Ni Luh Erniati, Nyoman Rencini, keduanya asal Bali, dan warga negara Australia, Jan Laczynski, duduk di kursi plastik di ruang pertemuan Lapas.

Suasana ruangan ini sangat mencekam saat Ali Imron masuk.

Dia menjabat tangan Jan tetapi Jan menolak dan meletakkan kedua tangannya di depan dada. Dia kemudian duduk di kursi menuju mereka. Jarak mereka hanya sekitar satu meter.

Ni Luh Erniati menatapku dan bertanya apakah ada batasan dalam bertanya. Saya bilang, dia bebas bertanya apa saja.

“Yah, aku ingin tahu bagaimana keadaannya, Tuan. Ali merasa ketika melihat dampak kejadian tersebut tidak hanya pada sasaran yang ditentukan. Namun berdampak juga bagi orang lain, karena banyak umat Islam di sana juga yang terkena dampaknya, dan kami juga orang Bali yang tidak tahu apa-apa, dan juga anak-anak kami yang kehilangan masa depannya. Ini yang saya dapat dari Pak. Ali ingin mendengarnyakata Erni.

Jawab Ali Imron.

“Makanya, begitu kejadian, saya dengar bomnya meledak. Saya berada di Jalan Imam Bonjol dekat perempatan Teuku Umar, saat ledakan bom masih terdengar keras dan saya mendengarnya di sana. Aku tidak bisa bicara, aku tidak bisa. “Karena Anda membayangkan bom sebesar ini pasti memakan banyak korban,” ujarnya.

“Bahwa jihad yang kita lakukan itu salah, jadi bukan berarti begitu lho. Baru setelah dia ditangkap barulah dia menyadari kesalahannya. Karena sampai sekarang pun kita disebut Jihadis Indonesia, hanya sedikit orang yang menyadari bahwa jihad seperti itu salah. Jika mereka mampu melakukan sesuatu yang lebih besar, mereka akan melakukan pengeboman yang lebih besar lagi.

Erni mempertanyakan apakah kejadian serupa bisa terulang kembali.

“Ini terjadi lagi. Nah makanya aku bersyukur, maksudnya bersyukur, bukan itu yang aku syukuri. Bomnya meledak di Bali ya? Saya bersyukur saya termasuk salah satu pelanggar yang menyadari kesalahan saya dan menyesalinya. Agar saya bisa menasihati orang lain ketika kesadaran saya seperti itu.

“Wah alhamdulillah kami alumni Afganistan. Kalau perang Afganistan itu ada sekitar ratusan orang, bahkan sampai 400 orang. ,” jawab Ali.

Nyoman Rencini menatap dingin Ali Imron. Ia merasa kesal karena akan ada bom lagi dan tidak yakin Ali Imron sudah berubah.

“Tapi kamu bilang begitu setelah kamu melakukannya saat disuruh mengambil mobil kan? Bukankah itu bukti kalau kamu sedang mengemudi saat itu? Kamu baru sadar kalau mobil itu ada di belakangmu, kan?”kata Rencini.

“Makanya, Kak,” Ali mencoba menjawab. Makanya saya jelaskan tadi, kita ini organisasi yang berjamaah, seperti halnya di Polri ada Panglima yang memberi perintah kepada bawahannya. Jadi aku adalah bawahannya.”

Mereka pun menanyakan sanksi apa yang akan ia terima jika tidak menaati perintah tersebut?

Ali mengatakan dirinya pasti akan diusir karena dianggap pengkhianat.

Rencini tidak terima. “Tapi bukankah lebih baik daripada harus banyak korban seperti ini, Tuan?” Dia bertanya.

Laczynski juga menjawab.

“Saya ingat bertanya kepada Anda tidak lama setelah saya dijatuhi hukuman di pengadilan. Aku tidak jauh ketika kamu keluar. Saya bertanya, ‘Ali, apakah kamu benar-benar menyesal? Apakah Anda menyesal atas perbuatan Anda?’ Dan pertanyaanku adalah, apakah kamu benar-benar minta maaf?” dikatakan Laczynski.

“Sekarang kalau kalian perhatikan, sayalah yang menanggung beban paling besar, bukannya yang dieksekusi. Mereka yang dieksekusi hanya akan dibenci oleh korbannya. “Tapi kalau saya, keluarga anak-anak Muklas pun akan membenci saya, keponakan saya akan membenci saya,” kata Ali.

“Karena sikapku, aku dibenci oleh para korban, keluarga korban, dan dibenci oleh teman-temanku. Jadi sebenarnya saya mempunyai beban yang paling besar. Tapi saya tidak takut, malah saya pernah berkunjung ke sini sekali, karena sikap saya yang mengaku bersalah. “Karena saya terlibat bom Bali dan saya menyesal, saya dicap pengkhianat oleh teman-teman saya.”

Cerita selanjutnya, kita akan mengetahui apakah keluarga korban bom Bali menerima penyesalan Ali Imron. —Rappler.com

Berita ini berasal dari panggilan Asiaprogram radio mingguan KBR.

judi bola online