• October 6, 2024
Tingkat kepercayaan warga Bandung terhadap Ridwan Kamil kian menurun

Tingkat kepercayaan warga Bandung terhadap Ridwan Kamil kian menurun

Tingkat kepercayaan warga Bandung kini hanya 56%, turun 27% sejak dilantiknya Ridwan Kamil-Oded Danial pada September 2013.

BANDUNG, Indonesia – Walikota Bandung Ridwan Kamil dikenal sebagai pemimpin yang kreatif dan inovatif. Selama hampir dua tahun memimpin Bandung, kota ini berhasil melakukan sejumlah terobosan menarik. Namun, apakah warga menyukai upaya Wali Kota yang mempertemukan dirinya dengan wakilnya, Oded M. Danial?

Hasil survei terbaru Lingkaran Kajian Informasi dan Demokrasi (eLSID) menunjukkan hal sebaliknya. Berdasarkan survei tersebut, terjadi penurunan tingkat kepercayaan masyarakat terhadap dua partai pengusung Partai Gerindra dan Partai Keadilan Sejahtera (PKS). Hal ini juga menunjukkan bahwa ekspektasi masyarakat terhadap pasangan RK-Oded semakin berkurang.

“Penurunan yang terjadi mencapai 27 persen,” kata Dedi Barnadi, peneliti eLSID, dalam merilis hasil Survei Sosial Komunitas Penilaian Kepuasan Masyarakat Terhadap Kinerja Ridwan Kamil & Oded di Bandung, Rabu 27 Mei 2015.

Hasil ini berbeda dengan survei serupa yang dilakukan pasca pelantikan pasangan tersebut pada September 2013.

“Dalam survei yang kami lakukan pasca pelantikan pada September 2013, sebanyak 83 persen warga Bandung merasa yakin pasangan tersebut bisa membawa pemerintahan yang lebih baik ke Bandung,” ujarnya.

Kini tingkat kepercayaan warga Bandung terhadap pemimpinnya hanya 56%.

Dalam survei terbarunya, eLSID mengambil 415 responden dengan tingkat kepercayaan terhadap survei mencapai 95 persen. Adapun margin kesalahan 5,1 persen. Populasi yang diambil adalah penduduk kota Bandung yang berusia 17 tahun ke atas dengan menggunakan metode sampling multifase.

Namun dalam survei yang digelar pada 12-17 April, 60% warga masih percaya RK dan Oded bisa membuat Bandung menjadi lebih baik. Sedangkan hanya 2,7% yang merasa kurang yakin.

“Jumlah warga yang menilai normal sebanyak 36,8 persen, sedangkan yang tidak yakin sebanyak 2,5 persen,” imbuhnya.

Menurut Pengamat Politik Universitas Padjadjaran Muradi, menurunnya ekspektasi warga ditunjukkan oleh tiga hal, yakni usulan reformasi birokrasi yang tidak berjalan baik. Apalagi program yang digulirkan selalu tidak sesuai dengan harapan warga.

Program Pemkot sendiri hanya menyentuh permukaan saja, belum menyentuh dasar-dasarnya. Kita hanya perlu melakukan hal-hal mendasar terlebih dahulu yaitu kesehatan, pendidikan, dan kesejahteraan sosial,” kata Muradi.

Poin terakhir adalah pengelolaan anggaran pendapatan dan belanja daerah (APBD). Basis pergerakan program yang dilakukan Wali Kota selama ini selalu mengandalkan dana Corporate Social Responsibility (CSR), padahal Bandung memiliki APBD yang cukup besar, sekitar Rp5 triliun.

“Ayo kita bergerak berdasarkan APBD, bukan program CSR. CSR hanyalah pelengkap. Memanfaatkan dana APBD sebaik-baiknya. “Memerintah Bandung secara lebih integratif dan komprehensif,” kata Muradi.

Menurut Muradi, jika pekerjaan rumah Wali Kota bisa selesai dalam waktu satu tahun, maka akan mudah untuk melanjutkan pemerintahan hingga tiga tahun ke depan.

Kalau tidak, Kang Emil (sapaan Ridwan Kamil) akan terjebak dalam permasalahan khas pemerintahan Bandung seperti dulu, katanya.

Ridwan Kamil menjawab, birokrasi Pemkot Bandung mendapat beberapa penghargaan nasional pada masa kepemimpinannya.

“Kami hanya menggunakan fakta ketika kami menilai,” katanya.

Diakuinya, Kota Bandung sempat mendapat rapor merah pada November 2013 atau dua bulan setelah dirinya dan rekannya Oded dilantik. Meski demikian, pihaknya melakukan reformasi birokrasi melalui beberapa cara.

Hasilnya, Pemerintah Kota Bandung dianugerahi penghargaan oleh Ombudsman pada tahun 2014 sebagai kota dengan reformasi pelayanan publik tercepat.

“Jumlah rapor hijau hampir semuanya,” ujarnya.

Penghargaan lain diperoleh dari Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK). Lembaga antirasuah memberikan penghargaan antikorupsi kepada Kota Bandung.

“Ada tiga penghargaan. KPK menilai Kota Bandung korup dengan segala budayanya, Alhamdulillah bersih dan relatif lebih baik,” ujarnya.

Menurut Emil, penghargaan dari kedua lembaga negara tersebut menjadi bukti reformasi birokrasi sedang berjalan di Bandung.

“Apakah Ombudsman dan KPK tidak ilmiah? “Sangat ilmiah karena menggunakan parameter dan juga merupakan lembaga yang dihormati,” jawabnya.

Ia mengaku siap menerima kritik apa pun, namun harus berdasarkan fakta.

“Saya menerima kritik apa pun, tidak ada masalah. Tapi saya harap itu adalah fakta. “Penghargaan itu menjadi tolok ukur,” ujarnya. —Rappler.com

judi bola terpercaya