• November 29, 2024

Ritual air suku Tengger menjelang musim kemarau dan Ramadhan

Ini adalah ringkasan yang dibuat oleh AI, yang mungkin memiliki kesalahan. Untuk konteksnya, selalu rujuk artikel selengkapnya.

Ritual Grebeg Tirto Aji dilakukan oleh suku Tengger agar air melimpah sepanjang tahun untuk bercocok tanam dan kebutuhan sehari-hari.

MALANG, Indonesia — Sembilan perempuan bergiliran mengambil air suci dengan kendi dari Sendang Widodaren, Telaga Bidadari, di Air Mancur Wendit, Desa Mangliawan, Malang, Kamis, 11 Juni 2015.

Satu kendi air dari telaga yang diyakini keramat itu akan digunakan untuk kebutuhan sehari-hari 9 dusun dan desa yang dihuni suku Tengger. Air suci dipercaya membawa berkah di musim kemarau sekaligus menantang Ramadhan.

“Upacara marga Tengger, apapun identitas agama besarnya apapun, ritual ini dilakukan secara turun temurun oleh nenek moyang kita tanpa menambah atau mengurangi,” kata Ngationo, salah satu tetua Desa Ngadas.

Ritual bejana air ini disebut dengan ritual Grebeg Tirto Aji. Setelah para ibu mengisi kendinya dengan diiringi mantra, mereka menyerahkannya kepada 9 tetua suku Tengger untuk dibawa ke dusun dan desa masing-masing.

“Air di waduk kota akan kami tampung untuk digunakan bersama, bisa digunakan untuk bertani dan kebutuhan sehari-hari lainnya,” kata Ngationo.

Usai pembagian air, gunungan tumpeng yang terbuat dari berbagai hasil pertanian suku Tengger langsung direbut pengunjung Grebeg. Aneka sayuran seperti sawi, kentang, wortel, buncis, tomat, seledri dan aneka ubi pun langsung berpindah tangan dan beralih ke pengunjung mata air yang ikut serta dalam ritual tersebut.

Di akhir ritual, sejumlah penari wanita atau biasa disebut penari Tandak kemudian melemparkan sampur atau selendang kepada para pengunjung, mengajak mereka menari bersama dengan diiringi musik tayub Jawa.

Kehadiran penari Tandak ini merupakan wujud ungkapan rasa syukur sekaligus persembahan kepada para leluhur penjaga mata air tersebut agar selalu memberikan kesuburan berupa air yang berlimpah sepanjang tahun. Ritual ini mengajak warga Tengger yang awalnya tinggal di lereng gunung untuk mengingat betapa pentingnya air bagi kehidupan.

Sendang Widodaren atau Telaga Bidadari dipercaya sebagai tempat pemandian 9 bidadari turun dari kahyangan yang tergoda untuk mencicipi segarnya gemerlap air telaga di siang hari.

Di danau itulah juga diyakini bahwa Joko Tarub, seorang legenda rakyat, jatuh cinta pada salah satu bidadari dan mencuri selendang bidadari yang kemudian tidak bisa kembali ke kayangan, dan tinggal sementara di bumi.

Kesembilan wanita yang mengambil air melambangkan 9 bidadari suci yang turun dari surga. Wanita terpilih harus masih perawan dan belum pernah disentuh,

“Dukun kita bisa membedakan siapa yang perawan dan siapa yang tidak, air adalah sumber kehidupan dan perempuan adalah sumber kesuburan. “Wanita suci, seperti air suci ini, bisa mendatangkan kesuburan bagi pertanian,” kata Choirul Anam, perwakilan suku Tengger di Desa Pandansari, Kecamatan Poncokusumo.

Choirul mengatakan, warga berharap dengan musim bercocok tanam yang melimpah air ini, warga beragama Islam bisa menjalankan ibadah dengan tenang, tanpa khawatir akan kekeringan. — Rappler.com

akun slot demo