Indonesia vs Thailand: Garuda Muda melawan sejarah
- keren989
- 0
JAKARTA, Indonesia – Duel klasik ajang balas dendam, pertarungan musuh bebuyutan, bisa jadi jadi judul laga Indonesia U-23 kontra Thailand U-23. Meski digadang-gadang akan menjadi laga yang sangat kuat, namun sungguh tidak adil jika membandingkan Indonesia dengan Thailand kali ini.
Sama-sama mampu lolos ke babak semifinal, Thailand berhasil mencatatkan rekor fantastis sebagai tim favorit juara. Berstatus juara grup B, Thailand memasuki babak semifinal dengan performa bagus, mencetak 16 gol dan hanya kebobolan satu gol dalam 5 pertandingan.
Thailand tidak pernah kalah dan selalu menang dengan selisih gol minimal dua gol. Bandingkan dengan Indonesia yang berstatus sebagai penerus grup A di antara Myanmar.
Sejauh ini tim Garuda Muda mencetak 5 gol saat kalah 2-4 melawan Myanmar dan menang 6-1 melawan Kamboja. Timnas hanya mampu mencetak 11 gol dan kalah satu kali di grup dari 4 pertandingan.
Melihat sejarah pertemuan beberapa waktu terakhir, memang sulit bagi Indonesia untuk meraih kemenangan saat bertemu tim Gajah Putih. Terakhir, keduanya bertemu di final SEA Games 2013 dan Indonesia kalah 0-1.
Pelatih Aji Santoso pun mengakui Thailand menjadi tim yang diunggulkan dan lebih diunggulkan dibandingkan timnya.
“Thailand memang tim terbaik di turnamen ini. Kami tidak diunggulkan. Mereka lebih favorit. Memang benar, tapi kami akan berusaha semaksimal mungkin. “Tidak ada yang mustahil dalam sepak bola,” kata Aji.
Komentar pelatih berusia 44 tahun itu mengandung dua makna, yakni perang urat saraf atau memang mengakui keunggulan lawan.
Sayangnya, dua pemain utama timnas itu tak bisa tampil di laga penentuan. Karena itu, rencana Aji adalah menurunkannya tim pemenang Ketika timnas menang 6-1 atas Kamboja (6/6) dan 1-0 atas Singapura pada 11 Juni, hal itu tak terwujud.
Dua pemainnya harus absen karena mendapat akumulasi kartu kuning. Keduanya adalah Abduh Lestaluhu (belakang kiri) dan Agung Prasetyo (belakang tengah).
“Cukup disayangkan karena saat kami membutuhkan tenaga mereka, mereka tidak bisa tampil. “Tapi saya sudah menyiapkan penggantinya,” jelas Aji.
Aji Santoso pun menjajal pemain pengganti kedua pemain tersebut pada laga melawan Singapura, Kamis 11 Juni 2015. Keduanya muncul sebelum menit ke-70. Saat itu, timnas sudah unggul 1-0 dan unggul jumlah pemain setelah pemain asal Singapura itu mendapat kartu merah.
Melihat kebiasaan Aji selama ini, besar kemungkinan Agung akan digantikan oleh Hansamu Yama. Namun perubahan ini sedikit memprihatinkan karena performa Hansamu beragam. Ia melakukan blunder saat Indonesia kalah 2-4 dari Myanmar di laga pertama.
Bek kiri ada Vava Mario Zagalo menggantikan peran Abduh. Vava terlihat bagus saat bekerja di posisi kanan atau kiri. Tapi ada pilihan lain.
Syaiful Indra Cahya yang biasa beroperasi di sisi kanan, bisa dipindahkan ke kiri karena di klubnya, Persija Jakarta, posisi Syaiful adalah bek kiri. Vava yang tampil apik di posisi bek kanan seharusnya bisa membenahi sayap pertahanan timnas.
Beruntungnya, Timnas tidak mempunyai kendala yang menentukan di lini tengah dan lini depan. Semua pemain bisa tampil. Dengan begitu, ada baiknya Aji tetap mempertahankan formasi 4-2-3-1. Hal ini untuk mengurangi formasi 4-3-3 dan 4-2-3-1 yang biasa dimainkan lawan.
“Tapi kami punya opsi untuk bermain 4-1-4-1. Nanti kita lihat mana yang efektif, kata pelatih berusia 44 tahun itu.
Formasi 4-1-4-1 digunakan satu kali pada turnamen ini. Namun hasilnya buruk, kalah 2-4 melawan Myanmar. Jadi ada baiknya Aji tidak mencoba formasi lain yang jelas-jelas gagal. Lanjutkan kerja baikmu tim pemenang dan membebaskan trio Evan Dimas Darmono-Paulo Sitanggang-Ahmad Nuviandani untuk saling berkreasi di berbagai posisi.
Secara gawang, Teguh Amiruddin menjadi pilihan terbaik. Kuartet beknya lengkap yakni Syaiful, Hansamu, Manahati Lestussen, dan Vava Mario. Dua gelandang bertahan tersebut adalah Zulfiandi dan Adam Alis. Sang striker masih dipercayakan kepada Muchlis Hadi Ning Syaifulloh yang dalam dua laga terakhir belum mencetak gol.
Thailand punya 7 pemain berbahaya
Ada 7 pemain Thailand yang patut diwaspadai Merah Putih. Dua di antaranya adalah Chanathip Songkrasin dan Chananan Pombuppha. Dua penggawa Timnas Gajah Putih itu cukup membuat kisruh lini pertahanan Garuda Muda.
Chanathip adalah Messinya Thailand. Dia punya kecepatan, dribbling, dan tembakan akurat. Meski tingginya hanya 158 cm, ia merupakan pemain yang berbahaya.
“Dia bisa menjadi pembeda di Thailand. Harus ada kehati-hatian khusus dan perhatian ekstra ketika dia berada di sepertiga ketiga pertahanan Indonesia, tegas Aji.
Sedangkan Chananan menjadi top skorer sementara tim Thailand dengan 4 gol. Skor tersebut sama dengan rekor gol Evan. Maka dari itu, laga ini sekaligus menjadi pembuktian siapa yang lebih tajam di antara keduanya.
Lantas siapa saja 5 pemain Thailand berbahaya lainnya? Aji enggan menyebutkannya. Ia tak ingin para pemainnya kebingungan dan khawatir.
“Yang pasti ada 7 pemain bagus di tim Thailand. “Dua-duanya, sisanya harus kita tangani secara maksimal,” kata Aji.
Motivasi ekstra Manahati
Kapten Timnas U-23, Manahati merupakan pemain yang penasaran dengan Thailand U-23. Ia merupakan salah satu pemain SEA Games 2013 yang tetap bertahan di tim Garuda Muda saat kalah 0-1 di final.
Insya Allah apa yang terjadi di SEA Games 2013 bisa terulang kembali. Kami berada di final. “Tapi kami juga mampu membalikkan keadaan di tahun 2013, kami mengalahkan Thailand untuk mencapai final,” kata Manahati, Jumat 12 Juni 2015.
Menurutnya, tekadnya untuk membalas kegagalan di SEA Games 2013 sangat besar. Selain dia, ada striker cadangan Yandi Sofyan yang turut merasakan sakitnya dihajar Thailand.
“Sekarang saya yakin inilah waktunya bagi kami untuk menang. Kami akan lebih optimal dari sebelumnya. Semoga semakin banyak fans Indonesia yang datang, kata Yandi. — Rappler.com