• November 25, 2024

DALAM FOTO: Munirpad di Den Haag

Ini adalah ringkasan yang dibuat oleh AI, yang mungkin memiliki kesalahan. Untuk konteksnya, selalu rujuk artikel selengkapnya.

Suciwati mengatakan: “Saya yakin apresiasi ini tidak sembarangan, nama Munir ada di sini karena perbuatannya, sayangnya bukan di tanah kelahirannya sendiri.”

JAKARTA, Indonesia —Nama Munir Said Thalib Al-Kathiri — Aktivis hak asasi manusia (HAM) yang tewas di pesawat 11 tahun lalu saat terbang menuju Amsterdam – akan terkenal tidak hanya di tanah kelahirannya, tapi juga di negeri Tulip, Belanda.

Apakah walikota Den Haag-lah yang akhirnya menempelkan nama Munir pada jalan untuk sepeda tersebut.

Peresmian dilaksanakan pada Selasa, 14 April 2015. Rambu jalan Munir bertuliskan “Munirpad: Munir Said Thalib 1965-2004, pembela perlindungan hak asasi manusia di Indonesia(Jalan Munir: Munir Said Talib 1965-2004, Pejuang Hak Asasi Manusia).

Suciwati, istri Munir yang juga aktif memperjuangkan keadilan bagi suaminya, memberikan sambutan pada pembukaan jalur Munirpad. Ia mengatakan, suatu kehormatan besar bisa mengenang Munir. (BACA: Nama Munir diabadikan di sebuah jalan di Den Haag)

Berikut pidato lengkap Suciwati pada pelantikan di Den Haag:

semua temanku,

Sore yang indah ini kita semua menyaksikan peristiwa langka yaitu diresmikannya Jalan Munir (Munirpad) di Den Haag. Munir, warga negara Indonesia, orang biasa, orang yang berani karena keyakinannya pada kebenaran, kini namanya diabadikan sebagai nama sebuah jalan di Belanda.

Suatu kehormatan besar dan tentunya suatu hal yang luar biasa bagi kota Den Haag untuk melanggengkan nama Munir. Saya yakin apresiasi ini tentu bukan sembarangan, nama Munir hadir karena perbuatannya, sayangnya bukan di tanah kelahirannya sendiri. Bukan di negara tempat ia dilahirkan dan dibesarkan bersama orang lain yang mengaku senegaranya.

Tidak diberikan oleh Ibu Pertiwi kepada siapa dia bersumpah setia sepanjang hidupnya.

Bagi Munir, pahlawan adalah seorang martir kebebasan yang tidak dikenal, yang meninggal di medan perang dan dikuburkan tanpa kuburan. Nilai-nilai yang kita yakini, kebaikan yang kita lakukan, tidak perlu diingat. Munir hanya bekerja tanpa henti dan senantiasa mendorong kemanusiaan dan hak asasi manusia di Indonesia (untuk hadir dan dimasukkan dalam ruang kehidupan bernegara). Hidup bermasyarakat yang berkeadilan sosial tanpa penindasan dan menjunjung tinggi nilai-nilai hak asasi manusia tanpa kekerasan. Ini adalah satu-satunya mimpi Munir.

Suasana peresmian Munirpad di Den Haag, Belanda

Kami hadir untuk kembali menyegarkan ingatan bahwa perjuangan perlindungan hak asasi manusia bersifat universal karena tidak ada sistem politik, ekonomi, dan budaya yang sempurna, bebas dari diskriminasi dan eksploitasi. Hak Asasi Manusia merupakan sebuah konseptualisasi untuk mengisi kelemahan atau kesenjangan dalam sistem yang ada dan menjadikannya seimbang.

Walikota Den Haag Joziaas Van Aartsen memberikan sambutan pada peresmian Munirpad

Bahwa kita merayakan bahwa kenangan di sini di Belanda melalui kenangan akan Munir bukanlah bukti pengkhianatan terhadap nasionalisme, melainkan bukti kesadaran bahwa perlindungan hak asasi manusia merupakan sebuah cita-cita yang dijunjung tinggi dan dapat diperjuangkan oleh semua orang. orang dari negara mana pun. bahkan.

Mudah-mudahan ini menjadi batu loncatan bagi pemerintahan baru Indonesia untuk segera menangkap dalang pembunuhan Munir.

Suciwati Munir berbincang dengan Wali Kota Den Haag Joziaas Van Aartsen usai peresmian Munirpad

Terima kasih kawan, telah menghargai perjuangan suamiku dengan cara yang luar biasa ini. Saya sendiri, sebagai perempuan yang setia mendampinginya, tidak pernah berkeinginan agar Munir diabadikan di suatu tempat sebagai nama sebuah jalan. Aku hanya ingin kehadirannya sebagai laki-laki normal yang menyayangiku, menemaniku menjadi seorang ayah dan membesarkan anak-anak kami. Terima kasih atas dorongan Anda yang tiada henti dalam pencarian keadilan ini. Dan hari ini aku bahagia karena aku mendengar kalian semua berkata bahwa suamiku tidak mati sia-sia.

Suciwati Munir
14 April 2015

Peresmian Ruang Munir di kantor Amnesty International, Amsterdam, 13 April 2015.

Pada 13 April lalu, Direktur Amnesty International Belanda, Eduard Nazarzki juga meresmikan Kamer Munir atau kamar Munir. Ruangan tersebut berfungsi sebagai tempat pertemuan.

Nama-nama aktivis hak asasi manusia global lainnya juga diabadikan di ruang pertemuan kantor Amnesty International. “Munir telah melakukan upaya luar biasa untuk memperbaiki situasi hak asasi manusia di Indonesia. “Beliau adalah orang yang berani dan gigih dan kami sangat merindukan Munir,” kata Eduard. – Rappler.com

Singapore Prize