• October 5, 2024
Dalam kasus Alfin Tusalamony, Menpora mengimbau para atlet dilindungi BPJS

Dalam kasus Alfin Tusalamony, Menpora mengimbau para atlet dilindungi BPJS

Keterlambatan pengobatan Alfin Tusalamony menjadi kekhawatiran banyak pihak. Kasus yang sama sering terjadi, bahkan sampai pemainnya meninggal.

Jakarta, Indonesia – Alfin Tuasalamony, pemain yang pernah menjadi andalan Persija Jakarta dan Timnas U-23, kini mengalami nasib malang.

Pemain multi posisi itu mengalami patah kaki kiri setelah ditabrak pengemudi mobil pada April 2014. Ia pun harus ditarik ke bawah dan menjalani beberapa operasi untuk pulih.

Ada tiga operasi yang harus dijalani pemain berusia 22 tahun itu. Operasi pertama menelan biaya Rp30 juta. Biaya sepenuhnya ditanggung oleh pelaku.

Untuk operasi kedua, penyerang mengangkat tangannya. Alfin juga menggunakan dana dari Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) milik pembunuh bayaran itu. Itupun ia masih harus membayar sebesar R20 juta plus dari kantongnya sendiri.

Masalah mulai muncul pada operasi ketiga. Alfin sudah tidak mempunyai dana lagi. Padahal, biaya yang dibutuhkan tidak sedikit. “Operasi ketiga mungkin masih satu tahun lagi. “Harganya besar, bisa puluhan juta,” kata Alfin, Sabtu 28 Juni.

Padahal, Alfin sudah memiliki posisi pembiayaan untuk operasi ketiga, yakni sisa gaji 3 bulan ditambah 85 persen gaji bulan lalu yang belum dibayarkan Persija Jakarta. “Kalau dibayar, biayanya cukup dan saya tidak bingung lagi,” kata Alfin.

Namun, seperti sebelumnya, Persija tidak membayarkan sisa gaji Alfin. Persatuan Sepak Bola Seluruh Indonesia (PSSI) yang membawahi Persija pun bungkam.

(BACA: Gaji Pesepakbola Lagi Menunggak, PSSI bungkam)

Melihat kesedihan Alfin, sejumlah pesepakbola menggalang dana untuk membantu pemain kelahiran Tulehu, Maluku tersebut. Mereka menggelar pertandingan amal di lapangan sepak bola Simprug, Jakarta Selatan, pada Minggu, 28 Juni, sore. Tema pertandingan amal tersebut adalah “Alfin Bisa”.

“Kami ingin menunjukkan bahwa kami hadir untuk membantu Alfin. “Ketika para petinggi sepak bola lebih memikirkan urusannya sendiri, kami hadir untuk membantu pemain yang membutuhkan,” kata legenda timnas Indonesia Bambang Pamungkas alias Bepe, Minggu.

Tak menentunya nasib pengobatan Alfin membuat Menteri Pemuda dan Olahraga (Menpora) Imam Nahrawi memerintahkan agar seluruh atlet memiliki jaminan kesehatan. Setidaknya dalam bentuk BPJS.

“Setidaknya kamu bisamenutupi. Ada jaminan meski bukan yang terbaik. Urusan Alfin tidak hanya berkaitan dengan sepak bola saja, melainkan semua atlet olahraga. “Ke depan harus ada kebijakan yang menjamin dan mengamankan mereka di BPJS,” kata Menpora, Senin 29 Juni malam di kantor Kemenpora.

(BACA: Dulu Pesepakbola Ingin Jadi PNS, Kini Ingin Jadi Tentara)

Agar menjadi aturan yang mengikat dan prosesnya tidak berbelit-belit, menteri kelahiran Bangkalan, Jawa Timur ini, segera menyiapkan proses hukum formal bersama BPJS. Kemenpora akan segera bergerak menyiapkan regulasi formal untuk bisnis ini.

“Mungkin mereka belum mempunyai peraturan atau payung hukum yang melindungi mereka.masukan datanya ada di BPJS. “Ini akan menjadi tugas Kemenpora,” kata Menpora.

Menpora tak hanya membahas peraturan tersebut, namun juga mengundang Alfin untuk dirawat di Rumah Sakit Olahraga Nasional (RSON) di Cibubur, Jawa Barat. Hal ini agar Alfin dapat ditangani secara maksimal oleh dokter spesialis yang mumpuni di bidang bedah olahraga.

Alfin bukanlah yang pertama

Dalam sepak bola Indonesia, sering terjadi permasalahan dengan klub dan PSSI yang mengabaikan jaminan kesehatan dan asuransi pemain. Alfin bisa jadi contoh terbaru yang mengabaikan standar kontrak pemain profesional.

Sebelum Alfin, ada Diego Mendieta yang sama sekali tidak memiliki asuransi kesehatan sehingga kesulitan mendapatkan pengobatan. Parahnya, klubnya Persis Solo juga belum membayar gajinya.

Saat itu, PSSI bungkam dan tidak memberikan sanksi apa pun kepada klub-klub yang gagal membayar gaji. Mendieta pun meninggal karena terlambat mendapat perawatan.

Salomon Begondo, menjadi contoh kedua klub di Indonesia yang mengabaikan kontrak, khususnya asuransi pemain. Ia tidak mempunyai cukup uang untuk berobat ketika menderita sakit maag akut. Rekan-rekannya membantu sesedikit mungkin dan dia tidak dapat dirawat dengan baik sebelum kematiannya. —Rappler.com

game slot pragmatic maxwin