Satu lagi anak dikabarkan meninggal karena merokok di Riau
- keren989
- 0
PEKANBARU, Indonesia (UPDATED) – Merokok kembali memakan korban di Pekanbaru, Riau. Mahasiswa Ramadhani Lutfi Aeril, 9 tahun, meninggal karena sesak napas yang diduga akibat kabut asap.
Kata dokter, anak saya kekurangan oksigen, kata Ery Wirya, orang tua Lutfi, Rabu 21 Oktober. “Ada penyempitan di paru-parunya.”
Lutfi dibawa ke rumah sakit oleh orang tuanya pada Rabu dini hari karena sesak napas dan demam. Dokter yang bertugas memberikan oksigen kepada korban.
“Lutfi tidak pernah sakit selama ini. Dia adalah anak yang kuat. “Dia hanya demam tinggi selama dua hari terakhir,” kata Lili, ibu Lutfi.
Sebelum masuk rumah sakit pada Selasa malam, Lutfi meminta untuk membelikan nasi goreng. Setelah beberapa suap dia muntah.
“Dia muntah dan kejang-kejang lalu pingsan. Saya punya firasat keadaannya tidak baik pada saat itu. “Saya mohon maaf sebesar-besarnya,” kata Lili. “Dia berkata, nona-nona, dan berhenti. Demi Allah, aku tidak tega melihatnya.”
Siswa kelas 3 salah satu madrasah negeri di Pekanbaru ini akhirnya meninggal dunia pada Rabu pagi, 21 Oktober, setelah empat jam dirawat di RS Santa Maria.
“Sejauh ini anak saya tidak menderita penyakit lain. “Dia hanya mengeluh sesak napas sebelum dibawa ke rumah sakit,” kata Ery.
RS Santa Maria menolak memastikan kematian Lutfi kemungkinan disebabkan kabut asap.
“Namun secara umum sebenarnya banyak faktor yang menyebabkan serangan tersebut. Bisa jadi kondisi kabut asap yang kronis bisa menjadi pemicunya. Itu perlu menganalisa lagi,” kata dokter Yularni, manajer pelayanan medis Santa Maria.
Ramadhani Lutfi diyakini menjadi korban kelima di Pekanbaru yang meninggal akibat kabut asap yang berlangsung selama tiga bulan. Korban sebelumnya adalah Muhanum Anggriawati, 12 tahun, Nafiza 1,9 tahun, Umaryanta, 45 tahun, dan Iqbal Ali, 31 tahun.
Postingan untuk bayi dan balita
Sejalan dengan semakin banyaknya korban sakit akibat kabut asap, Pemerintah Kota Pekanbaru, Riau, membuka posko pengungsian bayi dan balita di tiga puskesmas.
Wali Kota Pekanbaru Firdaus telah menginstruksikan Badan Penanggulangan Bencana Daerah untuk membuka posko evakuasi bayi dan balita di Puskesmas Rawat Inap Sidomulyo, Puskesmas Rumbai, dan Puskesmas Tenayan Raya, kata Kepala BPBD Damkar Pekanbaru, Burhan. . Gurning, di Pekanbaru, Rabu, 21 Oktober.
Perintah ini diterima Selasa setelah tiga hari berturut-turut indeks baku mutu pencemaran udara (ISPU) berada pada level berbahaya.
Menurut Gurning, Puskesmas dibuka untuk memaksimalkan pelayanan dan terjun langsung ke sumber pengungsian. Dapat lebih menyasar bayi dan balita dari keluarga kurang mampu.
Wali Kota Pekanbaru Firdaus mengatakan, selain tiga puskesmas tersebut, terdapat 17 puskesmas dan puluhan puskesmas pendukung (Pustu) yang siap melayani masyarakat yang sakit akibat terpapar kabut asap.
“Bagi keluarga bayi dari keluarga tidak mampu yang ingin dievakuasi, cukup melapor ke Puskesmas atau Pustu terdekat, kemudian petugas akan datang menjemput atau mengantarkan ke posko pengungsian dengan menggunakan mobil ambulan Puskesmas atau tim Satkorlak. yang sudah mempersiapkannya,” kata Firdaus.
Asap tebal
Kondisi cuaca di Pekanbaru terus memburuk. Hingga Rabu sore, 21 Oktober, pukul 14.00 WIB, jarak pandang hanya 300 meter. Selain itu, polutan naik hingga 601psi.
Dari laman Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), sejak pagi hingga sore hari pukul 15.00, partikel di Pekanbaru terus meningkat dari 360 psi menjadi 600 psi. Status berbahaya itu berlangsung dari pagi hingga malam hari.
Warga Jalan Pangeran Hidayat, Kecamatan Kota Pekanbaru, Erma, 42 tahun, mengaku tenggorokannya cepat kering dan gatal.
“Jika Anda sering berada di luar, pernapasan Anda mulai menjadi sesak. “Anak-anak juga mulai batuk-batuk,” kata Erma yang pekerjaannya berjualan makanan di kawasan Pangeran Hidayat.
Kabut tebal juga membuat aktivitas di Bandara Sultan Syarif Kasim II Pekanbaru terhenti.
“Belum ada penerbangan sejak pagi. Jarak pandang terus menurun dari 600 meter menjadi 300 meter pada siang hari, kata Airport Services Manager Bandara CBD II, Hasnan.
Menurut Hasnan, sebanyak 60 dari 78 jadwal penerbangan telah dibatalkan hingga pukul 14.00 WIB.
“Sisanya 18 penerbangan masih melihat kondisi visibilitas.”
Dengan ditutupnya Bandara CBD II, berarti tidak ada penerbangan di bandara tersebut selama tiga hari.
Jumlah titik panas di Pulau Sumatera masih tinggi. Pada Selasa, 20 Oktober, Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika Stasiun Pekanbaru mendeteksi 633 titik api yang tersebar di tujuh provinsi di Pulau Sumatera.
Titik api terbanyak terpantau di Sumsel sebanyak 462 titik, kata Kepala Stasiun Sugarin BMKG Pekanbaru di Pekanbaru.
Provinsi dengan titik api terbanyak lainnya yang terpantau Satelit Terra dan Aqua pada Selasa pukul 05.00 WIB adalah Jambi 70 lokasi, Lampung 23 lokasi, Bangka Belitung 28 lokasi, Bengkulu 19 lokasi, Riau 25 lokasi, dan Sumatera Barat. dengan enam titik.
Di Riau sendiri, dari 25 titik api yang terdeteksi, 22 diantaranya terkonfirmasi merupakan titik api yang terindikasi kebakaran lahan dan hutan dengan tingkat kepercayaan di atas 70 persen.
Kebakaran tersebar di Meranti tiga titik, Indragiri Hili 12 titik, dan Indragiri Hulu tujuh titik, jelasnya.
Ratusan titik api yang terdeteksi di Pulau Sumatera mengakibatkan kabut tebal masih menyelimuti beberapa wilayah di Riau.
Memadamkan kebakaran hutan bukanlah tugas yang mudah. Upaya berbulan-bulan untuk melakukan hal tersebut terus menghadapi berbagai kendala.
Pada Rabu pagi, 21 Oktober, dua helikopter yang dioperasikan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Riau tidak mampu melakukan serangan bom air akibat kabut asap tebal.
“Kami punya dua helikopter bersiap Sejak pagi jarak pandang masih berkisar 500 meter dan belum memungkinkan untuk terbang, kata Kepala BPBD Riau Edwar Sanger, Rabu.
Kedua helikopter tersebut, kata Edwar, baru bisa terbang ketika jarak pandang mencapai 1.500 meter. — Laporan Antara/Rappler
BACA JUGA: