• September 20, 2024

Yang aku rindukan dari Ramadhan

Insya Allah ini hari terakhir Ramadhan 1436 Hijriah. Wakil Presiden Jusuf Kalla kemarin berharap perayaan Idul Fitri 1 Syawal 1436 bisa berlangsung bersama antara pemerintah, umat Nahdlatul Ulama, dan Muhamadiyah pada tahun ini.

Kedua ormas Islam terbesar ini beberapa kali merayakan Idul Fitri di hari berbeda. Biasanya pihak Muhammadiyah yang menggunakan cara penyelesaian akan melakukannya pertama merayakan 1 Syawal.

Nahdlatul Ulama menggunakan metode rukyat hilal yang bekerjasama dengan pemerintah. Demikian pula, perbedaan telah lama diterima sebagai hal yang lumrah. Islam membawa kedamaian. Idul Fitri membawa kita, umat Islam, kembali ke alam. Semoga.

Di penghujung Ramadhan selalu ada perasaan memanjang. Sedih rasanya berpisah dengan bulan suci yang membawa rahmat, dimana ibadah kita dijanjikan pahala yang berlipat ganda oleh Allah SWT. Di bulan Ramadhan, Allah SWT begitu dermawannya.

(BACA: Bismillah, yuk mulai Ramadhan tahun ini)

Sebagaimana sabda Nabi SAW, “Pada bulan biasa pahala setiap amal shaleh dikalikan 10 kali lipat, namun pada bulan Ramadhan pahala amal wajib dikalikan 70 kali lipat dan amal sunnah disamakan dengan pahala amal wajib di luar bulan Ramadhan. Ramadhan (HR Muslim).”

Akhir bulan Ramadhan juga membuat kita rindu dengan apa yang biasa kita lakukan selama Ramadhan. Kali ini saya tidak akan membahas tentang ibadah ya. Saya bukan seorang ahli. Namun saya mencoba mengingat apa yang saya alami semasa kecil selama bulan Ramadhan. Beberapa di antaranya juga dialami saat dewasa, juga dialami oleh generasi anak-anak saya.

Takjil

Di bulan Ramadhan yang namanya Terima kasih tiba-tiba populer. Dicari setiap hari. Arti kata “takjil” dalam bahasa Indonesia adalah buru-buru berbuka puasa.

Saya menemukan materi yang diunggah Ahmad Sadariskar di takjil. Pada masa Nabi Muhammad SAW ia menggunakan kurma. Namun sebenarnya bisa juga dengan air biasa. Kini kita mengenal berbagai macam jajanan untuk takjil. Mulai dari kolak pisang, hingga kolak salak (bukan dari biji salak ya? Ada cendol, bubur labu sumsum, aneka jajanan gorengan. Yang paling populer adalah es krim buah buatan sendiri.

Biasanya saya minum kombinasi cincau hitam, sari buah enau atau kelapa, dan serut timun suri alias melon yang banyak dijual saat Ramadhan. Tentunya setelah melakukan takjil, minumlah teh manis. Jika ada kurma, makanlah terlebih dahulu.

Variasinya banyak, mulai dari jajanan takjil, hingga kue tradisional manis seperti klepon, nagasari, dan lapis Manado. Mungkin makanan manis ini menjadi penyebab sebagian orang yang berpuasa saat puasa mengalami kenaikan berat badan. Tujuannya adalah untuk menurunkan berat badan.

(BACA: Puasa Bikin Gemuk? Hindari dengan Tips Ini)

Kini menyediakan jajanan takjil bahkan sudah menjadi kebiasaan di kompleks, di tingkat lingkungan, di mana pun. Saya mendapat cerita bahwa di Masjid Sunda Kelapa kawasan Menteng, Jakarta, setiap harinya dihidangkan ribuan porsi jajanan takjil. Makan besar dan lengkap untuk berbuka puasa. Nasi kotak, bahkan dari restoran ternama. Maklum, kawasan sekitar masjid dihuni oleh para pejabat dan orang-orang yang mampu secara ekonomi.

Di Yogyakarta, konsumsi ayam meningkat saat Ramadhan. Pemberian jajanan takjil ini dilakukan secara bergilir antarwarga, seperti di dekat rumah orang tua saya, di Pondok Gede. Rata-rata isi jajanan takjil adalah nasi, ayam goreng atau ayam asin kecap, sepotong sayur, kerupuk dan buah. Juga segelas air mineral kemasan untuk istirahat sejenak.

Ibu mertua saya bercerita bahwa ayam sering dimasukkan dalam jajanan takjil, anak-anak kecil yang setiap hari berburu takjil akan bersorak, “Ayam!” Maksudku ayam lagi.

Di berbagai masjid dan musala di Indonesia, saat berbuka puasa di masjid, biasanya kita diberikan jajanan takjil sekotak. Di arena Masjidil Haram, Mekkah, Arab Saudi, banyak masyarakat yang berdonasi menjelang berbuka puasa dengan menyediakan ratusan kantong kurma, disusun di atas piring kertas kecil bersama segelas air minum dan sebuah buah pisang.

Pemberian jajanan takjil merupakan bagian dari empati sekaligus bagian bagi mereka yang tidak bisa berbuka puasa di rumah. Bulan Ramadhan adalah bulan berbagi.

Minum lebih banyak, makan lebih banyak buah

Ini harus dilakukan setiap saat. Tapi puasa adalah pengingat bagiku. Karena saya khawatir akan dehidrasi, apalagi di musim kemarau seperti ini, saya menghitung dengan cermat dan disiplin dalam konsumsi air.

Segelas teh hangat saat berbuka puasa. Dua gelas air putih (bisa termasuk es buah) saat makan. Empat gelas air antara waktu Isya dan sebelum tidur. Tiga gelas air saat sahur. Minimal 8 gelas cairan, sebaiknya lebih. Di bulan-bulan lain, padahal keinginan itu ada, saya suka lupa. Begitu pula dengan asupan buah dan sayur segar.

Lebih mementingkan menu sehari-hari

Ini adalah pengalaman saya sebagai seorang anak, dan juga sebagai seorang ibu. Saat aku masih kecil, aku selalu penasaran dan bertanya pada ibuku, “Hari ini kita akan makan apa untuk berbuka puasa?”

Sekarang, setelah saya dewasa dan menjadi seorang ibu, saya tahu akan sedikit memusingkan jika menanyakan pertanyaan seperti itu setiap hari. Untung anak saya mudah memakannya. Yang penting ada tempe dan sambal serta bawang putih. Lauk pauk dengan kandungan protein seperti ayam, telur, ikan menjadi bonus. Biarkan nafsu makannya meningkat.

Kalau dipikir-pikir, semasa kecil mengetahui menu apa yang akan disantap saat berbuka sepertinya menambah semangat saya untuk menuntaskan puasa. Intinya, kami peduli dengan menu gizi seimbang. Ini juga harus dilakukan di bulan-bulan lain, bukan?

Buka puasa bersama teman lama menjadi reuni

Putus menjadi alasan untuk bertemu dengan teman lama. Tidak selalu tepat waktu. Namun banyak orang memanfaatkan bulan Ramadhan untuk berkumpul kembali dan berhubungan kembali.

Berbagai kantor atau organisasi juga mengadakan acara puasa. Acara keluarga pun memanfaatkan bulan suci ini.

Sholat di masjid

Pulanglah lebih awal agar bisa berbuka puasa di rumah, mengaji, saya tidak akan membahas detailnya. Ini juga yang membuat saya rindu bulan Ramadhan.

Tahun ini saya hanya sesekali salat berjamaah ketika ada kesempatan buka puasa bersama. Bukan kinerja yang bagus. Hal ini juga membuat saya sedih, dan saya berdoa agar saya mendapat kesempatan untuk bertemu Ramadhan lagi tahun depan.

Menulis cerita Ramadhanku atau cerita #Ramadhan juga tidak berjalan mulus setiap harinya. Banyak hal, termasuk lebih mudah merasa lelah. Jadi tidurlah lebih awal, atau bangun terlambat. Faktor “U”?

Ramadhan tahun ini saya juga bersyukur bisa menemani anak-anak saya berbuka puasa di rumah. Apakah kamu punya hal lain yang membuatmu kangen melihat bulan Ramadhan lagi?

Balik lagi ke bacaan di atas, poin 1 sampai 3, kenapa isinya berhubungan dengan makanan ya? Ya, mungkin karena Anda terpengaruh dengan perubahan pola makan akibat puasa.

Namun persoalan kerinduan itu serius, dan mudah-mudahan Allah SWT mengizinkannya. Doa perpisahan di bulan Ramadhan seperti yang disampaikan suami saya di grup WhatsApp keluarga kami adalah:

Allahumma la taj’al hadza akhiral ahdi bishiyamina lyyahu fain jaltahu faj’alni marhuman wa la taj’ani mahruman.

Ya Tuhan, tolong jangan jadikan Ramadhan ini sebagai puasa terakhirku. Namun meskipun ini Ramadhan terakhirku, jadikanlah aku hamba yang Engkau ampuni, jangan jadikan aku hamba yang terhalang dari ampunan dan magfira-Mu. Amin.

Bukankah itu membuatnya semakin sedih? memanjang membaca doa itu? Semoga saja hal ini terkabul.

Selamat Hari Raya Idul Fitri 1 Syawal 1436 H sahabat dan keluarga. Kami mohon maaf sebesar-besarnya atas segala kekeliruan dan kekeliruan, baik lisan maupun tulisan, termasuk di media sosial. —Rappler.com

Uni Lubis adalah jurnalis senior dan Eisenhower Fellow. Dapat disambut di @UniLubis.

Artikel ini adalah bagian dari Cerita Ramadhan.


sbobet