Menunggu reformasi kepolisian
- keren989
- 0
Ini adalah ringkasan yang dibuat oleh AI, yang mungkin memiliki kesalahan. Untuk konteksnya, selalu rujuk artikel selengkapnya.
canda Gus Dur. Hanya tiga polisi yang jujur, yakni polisi patung, polisi polisi, dan Pak Hoegeng.
Bagaimana seharusnya kita mengingat dan menerjemahkan sosok Polisi? Apakah dia pelindung dan pengayom masyarakat, ataukah dia sosok yang ditakuti di persimpangan lampu merah? Berbicara tentang polisi, mau tak mau saya teringat kejadian tahun 2008. Tepatnya kejadian yang terjadi pada pementasan Taman Remaja Bandung, Helarfest di Bandung. Beberapa anak muda ditangkap polisi karena memakai kaos.
Ya, kaos, ada apa dengan kaos itu?
Kaos bergambar seseorang yang terlihat seperti petugas polisi sedang memegang tongkat pemukul berukuran besar. Bagian belakang kaos bertuliskan “SIAPA YANG HARUS DILINDUNGI DAN DILAYANI?”
Kaos ini dilengkapi dengan ilustrasi, konsep tersebut merupakan representasi dari pejabat yang korup dan sewenang-wenang. Insiden kaos tersebut kemudian melibatkan beberapa orang lainnya. Tercatat, dua pegawai toko pakaian dan produsen kaos diamankan polisi untuk dimintai keterangan di Polrestabes Bandung Pusat.
Kaos tersebut dinilai menyinggung dan mencederai citra polisi. Mereka yang merasakan hal ini jelas diperbolehkan untuk merasa tersinggung, namun seperti yang saya tanyakan di awal artikel. Bagaimana seharusnya kita melihat citra polisi? Apakah dia PNS yang harus tunduk pada masyarakat sipil atau yang lainnya? Secara pribadi, saya selalu malu dengan polisi, kehadiran mereka seringkali membuat saya lebih takut daripada rasa aman.
KontraS menyebut polisi merupakan pihak yang paling banyak melakukan tindakan kekerasan di kalangan aparat penegak hukum. Pada tahun 2014 saja, terdapat 25 kasus terkait penyiksaan yang dilakukan oleh polisi.
Ketakutan saya sepertinya beralasan. Dalam rangka Hari Anti Penyiksaan Sedunia, 26 Juni 2014, Kontras merilis data pemantauan kinerja polisi terkait hak-hak masyarakat sipil. KontraS kata polisi merupakan pihak yang paling banyak melakukan tindak kekerasan di kalangan aparat penegak hukum. Pada tahun 2014 saja, terdapat 25 kasus terkait penyiksaan yang dilakukan oleh polisi.
Angka tersebut meningkat dari laporan KontraS tahun 2012-2013 yang mencatat 17 laporan kasus. Yang lebih mengerikan lagi, menurut KontraS, dari kasus tersebut hanya 2 kasus yang dituntut dengan sanksi pidana dan 1 kasus yang dituntut dengan sanksi administratif. Kontras menduga bahwa peningkatan jumlah penyiksaan dilihat sebagai akibat dari tidak adanya hukuman bagi pelakunya.
Salah satu daerah yang paling banyak mengalami kekerasan akibat oknum aparat adalah Papua. KontraS transfer jika ada Sebanyak 361 penembakan terjadi di Papua selama periode 2011-2013. Dari jumlah tersebut, sebanyak 279 kasus penembakan dilakukan oleh aparat kepolisian. Sisanya 20 kasus dilakukan oleh TNI dan 63 kasus dilakukan oleh orang tak dikenal. Tentu saja tidak adil jika menyalahkan sebagian petugas polisi pada keseluruhan institusi.
canda Gus Dur. Hanya tiga polisi yang jujur, yaitu polisi patung, polisi tidur, dan Pak Hoegeng.
Lelucon ini mewakili situasi dimana tingkat kepercayaan polisi sangat rendah. Sosok mereka begitu jauh dan jauh dari masyarakat bahkan tak jarang menakutkan. Namun seiring berjalannya waktu, polisi semakin membaik, mereka kerap dikritik secara terbuka di media dan mampu tetap tenang. Tapi apakah polisi baik saat ini?
canda Gus Dur. Hanya tiga polisi yang jujur, yakni polisi patung, polisi polisi, dan Pak Hoegeng.
Belakangan ini nama Brigadir Polisi (Brigpol) Rudy Soik mulai dikenal masyarakat luas. Ia merupakan salah satu dari sedikit polisi yang mendapat simpati masyarakat karena menjalankan tugasnya dengan baik. Rudy Soik merupakan anggota tim penyidik mafia perdagangan manusia di NTT. Masyarakat mengetahui namanya karena ia melapor kepada atasannya, Direktur Kriminal Khusus Polda NTT Kompol Mochammad Slamet ke Komnas HAM karena diduga terlibat kasus perdagangan manusia.
Apa yang dilakukan Rudy Soik terhadap kasus perdagangan manusia di NTT tentu saja tidak bisa dibandingkan dengan kharisma Brigadir Norman. Bayangkan bila dulu semua media fokus mengeksploitasi musik rock caiya caiya Briptu Norman, perjuangan Rudy Soik hampir tidak ada sangkut pautnya. Mungkin gaya goyang ala India lebih penting di negeri ini dibandingkan orang merdeka yang dijual sebagai budak. Sekarang Rudy Soik terancam penjara Sebab, ia didakwa melakukan tindakan kekerasan terhadap warga sipil.
Budi Gunawan perlu membuktikan dirinya bersih dan bukan sekedar titipan. Tugas utama kepolisian Republik Indonesia adalah mengembalikan kepercayaan masyarakat bahwa lembaga ini bersih.
Sehingga ketika Jokowi akan memilih Kapolri yang baru, besar harapan akan adanya reformasi birokrasi yang lebih baik. Tentu saja reformasi ini hanya bisa terjadi jika Kapolri terpilih berkomitmen untuk meningkatkan kinerja dan mentalitas Polri. Sehingga ketika nama Budi Gunawan muncul, sebagian kalangan menilai dirinya tidak layak dipilih.
Alasan yang paling sering dikemukakan tentu saja karena dianggap najis. Ada yang menganggapnya bermasalah karena pernah disertakan di Jenderal Polisi dengan bankroll yang besar. Ada yang menilai dia bermasalah karena dianggap perpanjangan tangan Megawati yang pernah menjadikan Budi sebagai asisten. Namun bagaimana kita memandang Budi Gunawan sebagai calon Kapolri dan Polri secara institusi?
Budi Gunawan perlu membuktikan dirinya bersih dan bukan sekedar titipan. Tugas utama kepolisian Republik Indonesia adalah mengembalikan kepercayaan masyarakat bahwa lembaga ini bersih. Lebih dari itu, Polri harus kembali pada jati dirinya sebagai PNS. Caranya sederhana, dengan tidak memukul, menyiksa atau membunuh rakyat sendiri.
Saya tidak main-main, melihat cara kerja polisi saat menghadapi protes sungguh menakutkan. Sebisa mungkin saya tidak menghadapinya. Apalagi setelah melihat bagaimana aparat kepolisian di Rembang menghadapi ibu-ibu yang menolak pabrik semen. Dalam rekaman Seorang petugas berseragam terlihat memukuli perempuan-perempuan yang menolak pabrik semen Rembang. Jika mereka berani memukuli ibu-ibu lanjut usia, apalagi saya?
Meskipun saya tidak ingin berurusan dengan polisi, mereka sering kali membuat saya merasa tidak nyaman dan bukannya merasa aman.—Rappler.com
Arman Dhani adalah seorang penulis lepas. Penulisannya bergaya satir penuh sarkasme. Saat ini ia aktif menulis di blognya www.kandhani.net. Ikuti Twitter-nya, @Arman_Dhani.