Kabut asap mengancam pariwisata Samosir dan memukul perekonomian lokal
- keren989
- 0
Ini adalah ringkasan yang dibuat oleh AI, yang mungkin memiliki kesalahan. Untuk konteksnya, selalu rujuk artikel selengkapnya.
“Saya turut prihatin kepada warga yang kesehatan dan perekonomiannya terdampak bencana asap akibat kebakaran hutan dan lahan.”
MEDAN, Indonesia – Bencana kabut asap yang terjadi selama berminggu-minggu tidak hanya berdampak pada kesehatan tetapi juga pariwisata, yang pada gilirannya berdampak pada perekonomian lokal.
Simak penuturan Dian Siallagan, petugas pos masuk kompleks wisata Batu Persidangan dan Batu Parhapuran Huta Siallagan, di Ambarita, Samosir, Sumatera Utara.
Biasanya pada bulan Juni hingga September arus kunjungan wisman cukup banyak, namun sekarang sudah tidak begitu ramai, kata Dian baru-baru ini.
Tak hanya Dian, Rockhudson Rumahorbo, pengelola angkutan antarkota di Pasar Tiga Raja, Parapat, juga khawatir dengan menurunnya jumlah wisman yang menghantam opini masyarakat.
Kabut asap masuk #DanauToba #Parapat Semakin tebal, samar-samar Anda bisa melihat Kota Motung, pulaunya #Samosir sudah tidak terlihat lagi
— ParapatNews (@ParapatNews) 2 September 2015
Kekhawatiran mereka memang beralasan. Wisatawan yang berkunjung merasa sangat terganggu dengan kabut asap tersebut. Saat bencana kabut asap tahun lalu, Pemerintah Kabupaten Samosir menyebut jumlah kunjungan wisatawan turun drastis.
Pemerintah Kabupaten Samosir menyatakan terjadi penurunan kunjungan sebesar 30% di kabupaten yang berada di tengah Danau Toba tersebut, akibat migrasi kabut asap dari Provinsi Riau.
— 104.6 SindotrijayaFM (@SindotrijayaFM) 14 Oktober 2014
Dua wisatawan asal Paris, Jonathan Daniels Rojas dan Lia Le Ster, menyukai wisata seni dan budaya di Sumatera, namun tidak bisa menikmati kunjungannya karena kabut asap.
“Saya turut berduka cita bagi masyarakat yang kesehatan dan perekonomiannya terdampak bencana asap kebakaran hutan dan lahan,” kata Jonathan mengenang pengalaman buruk Italia akibat bencana ekologi akibat deforestasi dan kebakaran hutan di masa lalu.
“Saya berharap Indonesia bisa segera menghentikan karhutla ini,” ujarnya.
Wisatawan asal Polandia, Zuzanna Kasprzyk, juga berharap pemerintah Indonesia bisa segera menghentikan kebakaran hutan dan lahan.
Bencana kabut asap tahun ini bukanlah hal baru di Indonesia. Hal ini telah terjadi sejak tahun 1997 di Sumatera dan Kalimantan. Enam presiden berganti pada periode tersebut, namun kebakaran hutan tidak pernah berhenti.
#beritaSAMOSIR Kabut Asap Riau di Danau Toba #Doa Untuk Riau pic.twitter.com/OEiPexsjYU
— Kabupaten Samosir (@Twit_Samosir) 16 Maret 2014
Tidak jelas berapa kerugian ekonomi akibat kebakaran hutan saat ini. Namun, 18 tahun lalu, kerugian akibat bencana kabut asap transnasional mencapai US$9 miliar, menurut data ASEAN. Kerugian tersebut dihitung dari total biaya kesehatan yang ditanggung masyarakat yang terpapar kabut asap serta hilangnya nilai ekonomi akibat kerusakan hutan dan lahan yang terbakar, serta sektor-sektor yang terkena dampak seperti pariwisata, transportasi dan pertanian. — Laporan Antara/Rappler.com
BACA JUGA: