• October 8, 2024

Pengungsi Rohingya, yang ditolak oleh angkatan laut Indonesia, dibantu oleh nelayan Aceh

KUALA LANGSA, Indonesia – Ratusan pengungsi asal Myanmar dan Bangladesh resah karena disuruh pergi oleh angkatan laut Indonesia dan Malaysia. Tak disangka, mereka justru selamat berkat kebaikan para nelayan Aceh yang membawa mereka ke darat dan memberi makan.

Marzuki Ramli, 45 tahun, nelayan asal Kuala Langsa, sedang melaut dengan kapal pukat pada Kamis malam 14 Mei 2015 bersama 30 nelayan lainnya. Dia berada di perahu berukuran 26 x 6 meter, sekitar 35 mil di lepas pantai.

Sebuah perahu nelayan kecil tiba-tiba lewat dan meminta pertolongan.

“Hei, pergilah ke sana, ada orang yang terapung di laut. “Kalau terlambat datang bisa mati semua,” kata orang tersebut, seperti diceritakan Marzuki kepada Rappler, Jumat, 15 Mei.

Marzuki dan nelayan lainnya segera mendatangi kerumunan orang terapung. Jaraknya sekitar 5 mil atau 1 jam perjalanan dari tempat mereka memancing.

Sesampainya di sana, para nelayan langsung menarik para pengungsi keluar dari laut satu per satu. Perahu Marzuki hanya mampu menampung 250 orang.

Marzuki segera menghubungi nelayan lainnya, dan tibalah 5 kapal nelayan yang membantu Marzuki mengevakuasi para pengungsi. Totalnya ada 672 orang yang terdiri dari laki-laki, perempuan dan anak-anak.

Begitu perahu nelayan merapat, para pengungsi langsung melompat ke dalam perahu, kata Marzuki.

Butuh waktu dua jam bagi Marzuki dan 5 kapal lainnya untuk melakukan evakuasi karena langit sangat gelap dan ombak tinggi.

Dua orang diduga preman tertinggal di tengah laut.

“Dari pengakuan para pengungsi, ada dua orang yang diduga sering memukul, bukannya berkelahi, kami malah bertahan,” ujarnya.

Ada lagi orang yang tewas di kapal dengan tangan terputus yang juga tertinggal.

Nelayan memasak untuk pengungsi yang kelaparan

Saat ditemukan, para pengungsi hanya mengenakan celana pendek dan celana semata kaki. “Kebanyakan dari mereka tidak memakai pakaian, dan badannya lemah,” kata Marzuki.

Setelah memikat para pengungsi, para nelayan mengambil perbekalan air minum dan makanan. Gula dan kue pun langsung disantap para pengungsi yang kelaparan.

Karena jumlahnya tidak mencukupi, para nelayan memutuskan untuk mengambil stok berasnya dan memasaknya untuk para pengungsi.

“Untuk memasaknya memakan waktu sekitar 20-30 menit,” ujarnya. “Kami bahkan makan dengan tangan karena piringnya tidak cukup.”

Mereka kemudian dibawa ke Teluk Langsa dan ditangani oleh polisi setempat dan pemerintah daerah.

Kisah kebaikan nelayan Aceh terhadap pengungsi tidak hanya sebatas menyelamatkan mereka. Pada gelombang pengungsi sebelumnya, masyarakat Aceh membantu dengan memberikan makanan ke tempat pengungsian.

Bahkan ada beberapa warga Aceh yang ingin mengadopsi anak pengungsi.

“Saya sangat ingin ikhlas merawat anak-anak Rohingya. Apalagi mereka beragama Islam. Sesama umat Islam, kita harus saling membantu. “Khusus pada saat konflik Aceh, penderitaan akibat perang juga kami alami,” kata Ilyas, warga Aceh.

(BACA: Warga Aceh Ingin Adopsi Anak Imigran Rohingya)

Mereka ditangguhkan oleh Angkatan Laut karena masalah kedaulatan

Para pengungsi yang hendak menuju Malaysia digiring ke tengah laut oleh nakhoda kapal. Saat mereka mendekati Indonesia, mereka mengatakan sebuah kapal TNI Angkatan Laut mendekat, memberi mereka makanan dan minuman lalu menyuruh mereka pergi.

Dalam keadaan terpuruk karena mesin kapal mati dan beberapa hari terapung di laut, sebuah kapal milik Angkatan Laut Malaysia mendekat. Sekali lagi mereka hanya diberi makanan dan minuman. Perahu mereka kemudian ditarik ke laut oleh Angkatan Laut Malaysia.

“Kami dilepas di tengah laut, dekat perairan Indonesia,” kata Sahidul, salah satu pengungsi.

(BACA: 672 Pengungsi Bangladesh dan Rohingya Ditemukan Kembali Nelayan Aceh)

Panglima TNI Jenderal Moeldoko membenarkan penolakan tersebut.

“Bagi suku Rohingya, selama mereka melintasi Selat Malaka, jika menghadapi masalah di laut, maka kita harus membantu mereka. Kalau kekurangan air atau makanan, kami bantu, karena saling berkaitan manusia. Tapi kalau mereka masuk ke wilayah kita, tugas TNI menjaga kedaulatan, kata Moeldoko.

Jika pengungsi dibiarkan masuk ke wilayah Indonesia, maka akan menimbulkan permasalahan sosial, menurut Moeldoko.

“Misalnya orang Timur Tengah yang dulu ke Australia disita Di sinilah muncul permasalahan baru. “Mengurus bangsa Indonesia saja tidak mudah, jangan terbebani lagi dengan masalah ini,” ujarnya.

Soal nasib mereka saat itu karena tidak ada yang mau menampung mereka, kata Moeldoko, itu urusan Menteri Luar Negeri.

“Tugas komandan adalah memastikan kawasan itu tidak bisa dimasuki. Kalau kita buka akses, akan terjadi eksodus di sini.” — Rappler.com

SGP hari Ini