Jaga toleransi dengan membaca Al-Qur’an di pura
- keren989
- 0
Ini adalah ringkasan yang dibuat oleh AI, yang mungkin memiliki kesalahan. Untuk konteksnya, selalu rujuk artikel selengkapnya.
Candi tertua di Bogor, Jawa Barat ini menjadi saksi bisu toleransi antar umat beragama di kawasan itu. Pintu selalu terbuka bagi siapa pun dari agama apa pun untuk masuk dan berdoa.
BOGOR, Indonesia— Lima pria berkumpul di sebuah kuil untuk pengajian mingguan. Mereka sedang duduk di belakang patung dewi Buddha. Usai salat Isya, mereka berpindah ke dapur pura untuk menikmati makan malam.
“Sudah berjalan hampir 3 tahun. Setiap Jumat malam jangan mungkin kosong. Kalaupun ada satu orang, pasti ada dua orang, kata Suryana.
Epul Saefullah memimpin resital malam ini. “Pada sendok bagaimana dengan di sini Itu kuil, kan? Memang paling bicara Biara ini, tapi kami tidak melihat seperti apa. Kami hanya tidak melihat ke sana. Yang penting adalah kita.”
Candi Pan Kho dibangun pada tahun 1704 dan diyakini sebagai candi tertua di Bogor. Lebih dari separuh penduduk sekitar candi beragama Islam, sisanya keturunan Tionghoa.
Sesepuh daerah Abraham Halim menjelaskan, pihak pura selalu bersikap toleran terhadap agama lain.
“Dari awal sudah terbuka. Tapi istilahnya orang malu masuk ke sini. Hanya orang-orang yang akan beribadah di sana. Tapi sejak 2007 saya punya banyak teman di sana juga karena saya tidak beribadah di sana, mungkin begitu juga,” kata Abraham.
“Saya pengelolaan ada banyak orang di sekitar yang juga datang ke sini. Kebetulan teman-teman Ciomas banyak yang sering berziarah ke tempat ini. Ya, aku Obrolan-ngobrol dengan mereka yang rutin berziarah ke tempat ini. Ya, bagaimana jika saya melakukan hal seperti ini setiap Jumat malam. Ya silahkan. Saya berbicara dengan manajer dan itu tidak menjadi masalah. Banyak penduduk setempat juga berpartisipasi.”
Namun kini masyarakat yang tinggal di sekitar candi merasa cemas. Pemerintah Bogor akan menormalisasi aliran Sungai Ciliwung yang mengalir di sepanjang candi. Pemerintah punya beberapa rencana, kata Marse Hendra Putra, Kepala Subbidang Sarana Fisik Bappeda Kota Bogor.
“Yang pertama mungkin terkait peraturan pengelolaan sampah. “Karena di kawasan Pulau Geulis kita belum mempunyai sistem pengelolaan sampah, artinya dalam skala regional dalam hal ini bisa 3 R. Ini yang rencananya akan kita usulkan nanti,” kata Marse.
“Kemudian ada penataan jalan lingkungan karena kami melihat jalan lingkungan tersebut kurang tertata dengan baik. Lalu juga kedepannya akan seperti apa fungsi dari bangunan itu sendiri. “Ini juga mencakup drainase dan pengolahan air limbah domestik, yang berarti tata graha.”
Namun Kuil Pan Kho terletak di dekat sungai. Dan warga khawatir candi tersebut akan tergusur akibat rencana baru pemerintah.
“Itu tetap. Tadi saya katakan, kami tidak punya pemikiran untuk mengubahnya, tapi hanya mengaturnya saja. Pihak kota tidak berpikir akan merobohkan dan menggantinya, tidak. Kami hanya menata kawasan tersebut menjadi kawasan yang ramah lingkungan.”
Sekretaris Vihara Pan Kho Chandra mendukung rencana pemerintah dengan satu syarat.
Yang penting jangan merusak tatanan yang ada dan tidak mengganggu masyarakat yang sudah ada, kata Chandra.
“Mereka sudah lama tinggal di sini. Ingin membersihkan Tolong, jika ingin menambah tempat wisata silahkan. Kami bekerja sama. Tapi kalau tatanannya diubah, semua yang sudah ada jadi kacau, warga TIDAK selalu.”
Seorang warga setempat bernama Asep mengaku bangga dengan toleransi yang ada di pura tersebut.
“Saya belum pernah mendengarnya di daerah mana pun,” kata Asep.
“Ini juga sesuatu yang patut dibanggakan. Oleh karena itu, sebagai warga pulau, saya juga bisa membantu sedikit banyak untuk melestarikan budaya yang ada. “Kalau bisa diwariskan ke anak cucu kita, jangan sampai hilang budayanya.” — Rappler.com
Berita ini berasal dari panggilan Asiaprogram radio mingguan KBR.