Peringkat korupsi di Indonesia membaik, namun tetap korup
- keren989
- 0
Jokowi pernah berjanji akan menerbitkan Peraturan Presiden pemberantasan korupsi pada 100 hari pertama menjabat. Siapa tahu posisi Indonesia bisa membaik tahun depan.
Alhamdulillah, peringkat Indeks Persepsi Korupsi (CPI) Indonesia membaik. Transparency International (TI) yang berkantor pusat di Berlin mengumumkan bahwa CPI Indonesia berada pada peringkat 107 dari 175 negara pada tahun 2014. Tahun lalu menduduki peringkat 114 dari 177 negara yang disurvei TI. Peringkatnya memang membaik, tapi ya, negara ini masih cukup korup.
Dalam rilis terbaru, Sudan, Korea Utara, dan Somalia menjadi tiga negara paling korup di dunia. Sedangkan Denmark, Selandia Baru, dan Finlandia menjadi negara yang paling bersih dari korupsi.
Selain itu, hasil survei TI menemukan peningkatan korupsi di Turki, yang peringkat CPI-nya turun signifikan tahun ini. Turki juga memiliki peringkat korupsi terendah di antara negara-negara berkembang yang dikenal sebagai BRIC – Brazil, Rusia, India dan Tiongkok.
“Korupsi adalah masalah semua negara, sehingga pusat keuangan global di Uni Eropa dan Amerika harus bekerja sama dengan negara-negara dengan pertumbuhan ekonomi pesat untuk menghentikan korupsi,” demikian pernyataan Transparency International, seperti dikutip Kompas (3/12). . .
Posisi Indonesia jauh di bawah Singapura (7), Malaysia, Filipina, dan Thailand (85).
Indonesia hanya lebih baik dari Vietnam (119), Timor Leste (133), Laos (145), serta Kamboja dan Myanmar (156). Indonesia juga lebih baik dari Rusia (136), Ukraina (142), Paraguay (150), Kolombia (161) dan sejumlah negara di Afrika.
“Reformasi birokrasi belum berjalan. “Lembaga penegak hukum harus memperkuat komitmen mereka dan mengambil tindakan nyata untuk memberantas korupsi,” kata Natalia Soebagio, dari Transparasi International di Indonesia.
Jadi, peringkat CPI Indonesia sudah naik namun masih flat. Menyebalkan sekali. Padahal slogan antikorupsi setiap hari mendominasi ruang publik, juga dalam perbincangan di media sosial.
Mengingat pemerintahan sebelumnya gagal memperbaiki CPI Indonesia secara signifikan, kini saatnya Presiden Joko “Jokowi” Widodo menunjukkan pemerintahannya berbeda. Revolusi Rohani. Langkah awalnya agak mengecewakan, dengan menunjuk seorang jaksa agung dari salah satu anggota partai politik. Meski Jaksa Agung bertugas di lembaga penegak hukum, prestasinya tidak menonjol. Namun, Presiden menegaskan pilihannya adalah pilihan yang tepat.
Saya termasuk orang yang sulit percaya bahwa seseorang yang berasal dari partai politik bisa mandiri dari kepentingan partai politiknya ketika menjabat di pemerintahan, apalagi di lembaga penegak hukum. Tapi saya ingin mengikuti pendapat Pak Jokowi. Mari kita lihat, dalam 100 hari ini, kasus apa saja yang terselesaikan. Termasuk hal-hal terkait politisi di sekitar partai politik yang berkuasa.
Melihat rangking CPI ini, saya jadi teringat berita Metro TV bulan Juni lalu Dua janji 100 hari Jokowi. Ini tautannya.
Mengingat berita ini berasal dari media yang sangat pro terhadap Jokowi-JK, saya menilai bisa dipercaya keakuratannya.
Apa program 100 hari pertama Jokowi?
Pertama, Perpres percepatan izin usaha, kata Jokowi dalam acara tersebut Tanyakan pada kandidat Dari TV kereta bawah tanahKamis (5/6) malam.
Kedua, Perpres pemberantasan korupsi, sambung calon presiden yang didukung PDIP-NasDem-PKB-Hanura-PKPI itu.
Menurut berita TV kereta bawah tanah, Jokowi mengatakan, penerbitan produk hukum Peraturan Presiden (Perpres) untuk mempercepat pemberian izin usaha bertujuan untuk merangsang investasi yang pada akhirnya membuka lapangan kerja baru. Kemudahan dan kecepatan perizinan berusaha tidak hanya diperuntukkan bagi investor atau pengusaha skala besar, namun juga bagi usaha kecil dan menengah yang meskipun kecil namun berperan sangat penting dalam menggerakkan kegiatan perekonomian daerah.
Sementara itu, Perpres antikorupsi dikeluarkan oleh Jokowi agar perang melawan korupsi semakin nyata. “Itulah yang dibutuhkan. “Ada niat dan kemauan yang jelas dari presiden baru ini untuk memberantas korupsi,” tegas Jokowi.
“Kalau proyek besar pasti tidak bisa selesai dalam 100 hari. “Kalau proyeknya kecil, tidak akan dipertimbangkan,” kata Jokowi.
Mari kita wujudkan Perpres yang dijanjikan Presiden. Pada tahun 2015, indeks persepsi korupsi Indonesia membaik secara signifikan. Setidaknya sama dengan Malaysia dan Thailand. Apakah Anda selalu kalah dengan mereka? —Rappler.com
Uni Lubis, mantan Pemimpin Redaksi ANTV, menulis blog tentang 100 hari pemerintahan Jokowi. Ikuti Twitter-nya @unilubis dan membaca blog pribadinya unilubis.com.