• November 23, 2024
Kesenjangan digital antara perempuan dan laki-laki masih besar di Indonesia

Kesenjangan digital antara perempuan dan laki-laki masih besar di Indonesia

Ini adalah ringkasan yang dibuat oleh AI, yang mungkin memiliki kesalahan. Untuk konteksnya, selalu rujuk artikel selengkapnya.

Di Indonesia, tidak ada kebijakan TIK, atau rencana broadband nasional, yang secara khusus menyebutkan gender atau mendorong akses perempuan terhadap Internet dan TIK.”

JAKARTA, Indonesia – Pesatnya perkembangan teknologi dan penyebaran ponsel pintar di Indonesia tidak cukup untuk mendorong perempuan mengakses Internet dan memberdayakan perempuan dengan teknologi.

“Perjalanan masih panjang sebelum seluruh masyarakat Indonesia dapat memanfaatkan potensi ICT (teknologi komunikasi informasi) secara maksimal. Jalan ini bahkan lebih panjang lagi bagi anak perempuan dan perempuan di daerah perkotaan yang berpendapatan rendah. “Di Indonesia, belum ada kebijakan TIK, maupun rencana broadband nasional yang secara khusus menyebutkan gender atau mendorong akses perempuan terhadap Internet dan TIK,” kata Wakil Direktur ICT Watch Widuri dalam rilis yang diterima Kamis 22 Oktober. .

Minimnya akses dan penggunaan TIK di kalangan perempuan terlihat dari temuan penelitian, dimana kurang dari 30 persen perempuan pengguna Internet menggunakan Internet untuk mencari informasi penting mengenai hak-hak mereka (kesehatan, hak reproduksi dan hukum).

Namun, separuh pengguna internet perempuan menggunakan internet untuk mencari pekerjaan. Hal ini menunjukkan potensi besar yang dimiliki Internet untuk membantu pemberdayaan ekonomi perempuan.

Oleh karena itu, Widuri berharap pemerintah dapat menerapkan target konkrit terhadap akses perempuan terhadap Internet dan TIK.

“Pemerintah harus terus meningkatkan inisiatif pendidikan masyarakat untuk meningkatkan literasi digital melalui program pelatihan dan peningkatan kapasitas,” ujarnya.

Penelitian ini didasarkan pada survei terhadap ribuan masyarakat miskin perkotaan, baik laki-laki maupun perempuan, di sembilan negara berkembang, termasuk Jakarta di Indonesia.

Di seluruh kota yang diteliti, perempuan yang diwawancarai mengatakan bahwa kurangnya pengetahuan dan tingginya biaya merupakan dua hambatan terbesar dalam mengakses Internet.

Dibandingkan laki-laki, perempuan 1,6 kali lebih mungkin mengatakan bahwa hambatan mereka dalam mengakses Internet adalah kurangnya pengetahuan. Terlebih lagi, harga satu gigabyte data setara dengan 76 persen pendapatan bulanan masyarakat garis kemiskinan di negara-negara yang diteliti.

Menurut penelitian, akses perempuan terhadap pendidikan merupakan salah satu faktor utama yang menentukan tingkat penggunaan internet mereka.

Dengan asumsi variabel lain tetap, perempuan miskin perkotaan yang berpendidikan minimal sekolah menengah pertama memiliki peluang enam kali lebih besar untuk mengakses Internet dibandingkan perempuan miskin perkotaan yang berpendidikan lebih rendah.

Kota-kota dengan tingkat kesenjangan gender tertinggi di bidang pendidikan seperti Nairobi (Kenya), Kampala (Uganda), Maputo (Mozambik) dan Jakarta (Indonesia) juga merupakan tempat di mana terdapat kesenjangan gender terbesar dalam akses internet, sedangkan kesenjangan gender di akses internet mengalami penurunan di kota-kota yang tingkat pendidikan perempuan melebihi laki-laki (New Delhi, India dan Manila, Filipina). — Rappler.com

BACA JUGA:

Hongkong Hari Ini