Koalisi Prabowo bergerak untuk menguasai legislatif
- keren989
- 0
Ini adalah ringkasan yang dibuat oleh AI, yang mungkin memiliki kesalahan. Untuk konteksnya, selalu rujuk artikel selengkapnya.
Tampaknya Joko Widodo akan menang, namun partai pendukung Prabowo Subianto telah mengubah aturan dalam pemilihan Ketua DPR. Sekarang mereka akan memilih posisi di badan legislatif yang mereka dominasi
JAKARTA, Indonesia – Ketika Indonesia menunggu apakah Gubernur Jakarta Joko Widodo benar-benar akan dinyatakan sebagai presiden baru Indonesia akhir bulan ini, sekutu saingannya telah mulai bermanuver untuk mengambil kendali badan legislatif.
Sehari menjelang pemilu, 6 parpol pendukung mantan jenderal Prabowo Subianto menciptakan apa yang disebut koalisi permanen di Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) dan menyetujui perubahan Undang-Undang tentang Legislator tahun 2009.
Amandemen utamanya adalah mengubah cara pemilihan pimpinan DPR. Dulunya, jabatan tersebut secara otomatis diberikan kepada partai yang mempunyai kursi terbanyak di DPR, namun kini menjadi jabatan yang dipilih.
Dengan 109 kursi di DPR, Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDI-P) yang dipimpin Jokowi diperkirakan akan mendapatkan posisi Ketua DPR ketika kongres baru diadakan pada bulan Oktober.
Namun, koalisi 4 partai pimpinan PDI Perjuangan merupakan minoritas di DPR baru. Partai Gerindra yang dimotori Prabowo memimpin fraksi 6 partai yang menguasai 353 dari 560 kursi di legislatif. Artinya, mereka punya jumlah yang dibutuhkan untuk memilih pimpinan DPR dan mungkin menggagalkan program-program Jokowi jika ia terpilih menjadi presiden.
“Kami sangat kecewa dengan beberapa partai politik yang mendukung perubahan tersebut,” kata politisi PDI-P Eva Kusuma Sundari kepada Rappler, Kamis (10 Juli).
Memiliki posisi Ketua “seharusnya membantu memfasilitasi dan memperlancar komunikasi antara DPR dan Istana,” katanya.
Eva mengatakan LSM dan aktivis berencana untuk menggugat amandemen tersebut di Mahkamah Konstitusi Indonesia. Namun, ia menambahkan, politik sangatlah dinamis dan ada kemungkinan keberpihakan bisa berubah.
“Kami mengharapkan adanya perubahan, masing-masing partai akan merestrukturisasi kepemimpinan mereka,” katanya, seraya menambahkan bahwa posisi anggota parlemen akan dipengaruhi oleh pemimpin mereka.
Eva mengisyaratkan Partai Golkar, fraksi terbesar kedua di DPR dengan 91 kursi dan saat ini tergabung dalam koalisi Gerindra, bisa berpindah posisi. Pasangan Jokowi, Jusuf Kalla, berasal dari Golkar dan sering ada pembicaraan bahwa ketua umum partai saat ini, pengusaha yang kemudian menjadi politisi Aburizal Bakrie, akan kehilangan kepemimpinan partainya.
“Kami yakin Pak Kalla memiliki pengetahuan, keterampilan, dan pengalaman untuk mendukung para pemimpin senior di seluruh partai politik,” tambahnya.
Dalam wawancara dengan media asing pada hari Kamis, sehari setelah dia dan Prabowo menang pemilihan presiden di indonesia, Jokowi mengaku tidak berharap politik partai menjadi isu di DPR.
“Saat saya (Walikota) Solo, kami partai kuat yang terdiri dari 38% dari legislatif daerahtapi mereka tetap akan kalah saat pemungutan suara,” ujarnya.
“Di Jakarta (legislatif daerah), PDI-P hanya punya 11%, tapi tidak ada masalah. Ini hanya tentang komunikasi, komunikasi politik.”
Lihat postingan di bawah ini.
– Rappler.com