• October 6, 2024

Saudara-saudara meninggal dalam berbagai kecelakaan raksasa

Ini adalah ringkasan yang dibuat oleh AI, yang mungkin memiliki kesalahan. Untuk konteksnya, selalu rujuk artikel selengkapnya.

Saryanto ingin mengikuti jejak sang kakak dan menjadi anggota TNI AU. Namun, sama seperti saudaranya, dia meninggal dalam kecelakaan yang sangat besar

SLEMAN, Indonesia—5 Oktober 1991, pesawat Hercules C-130 yang ditumpangi Sudiyono, 22 tahun, dari Jakarta menuju Bandung jatuh. Saat itu, Sudiyono, warga Kalongan, Maguwoharjo, Depok, Sleman meninggal dunia. Seluruh keluarganya berduka, termasuk adik bungsunya, Saryanto.

Saryanto sangat dekat dengan Sudiyono. Meski terpaut usia yang jauh, ia selalu bermimpi menjadi seperti kakak laki-lakinya. Sejak melihat Sudiyono berseragam taruna TNI Angkatan Udara (AURI), Saryanto bertekad menjadi taruna TNI AU kelak jika sudah besar nanti.

Mimpi itu menjadi kenyataan. Setelah lulus SMA, ia diterima di STM Penerbangan Adi Sucipto. Setelah lulus dari sana, ia masuk Akademi Angkatan Udara sebagai taruna.

“Dia juga mau masuk AU karena mendiang kakaknya. Dia ingin menjadi seperti saudaranya. Alhamdulillah sekarang sudah tercapai, kata Muryanto (48), kakak Saryanto, saat ditemui di rumahnya, Rabu 1 Juli 2015.

Sayangnya, mimpi Saryanto justru membawa nasib serupa dengan kakaknya, Sudiyono. Dua puluh empat tahun setelah kakak laki-lakinya meninggal, Saryanto, yang berpangkat Kopda, juga meninggal dalam kecelakaan serupa. Dia meninggal pada usia 38 tahun.

Pada Selasa, 30 Juni 2015, sebuah pesawat Hercules C-130 yang terbang dari Medan menuju Tanjung Pinang jatuh beberapa menit setelah lepas landas. Saryanto adalah salah satu prajurit di pesawat tersebut.

Sayangnya nasibnya sama dengan kakaknya. Saya dan keluarga merasa sangat terpukul, kata Muryanto.

Kejadian ini kembali membuat keluarga besar Saryanto merasakan duka yang mendalam.

Firasat Putra Kopda Saryanto

Jasmin Alia Afifah, putri pertama Saryanto dan Anna Werdiningsih (30) yang baru berusia 7 bulan, menangis tiada henti. Kejadiannya sehari sebelum ayahnya berangkat dengan pesawat Hercules C-130 yang jatuh di Medan.

Seolah mendapat firasat buruk, Jasmin terus menangis. Namun begitu ayahnya menggendongnya, Jasmin langsung terdiam dan tertidur. Anehnya, Jasmin kembali menangis saat akan didudukkan di tempat tidur atau digendong oleh ibunya. Sepertinya dia tidak ingin meninggalkan pelukan ayahnya.

Saat ayahnya sedang mengemasi pakaiannya, Jasmin mengendap-endap dan mengacak-acak pakaian ayahnya yang tertata rapi di atas tempat tidur.

“Saat ayahnya mengemasi pakaiannya dan bersiap berangkat, kacau (mengacak-acak) lagi. “Dia terus begini sambil menangis seolah dilarang pergi,” kata Suroso (53), salah satu kakak Saryanto.

Namun air mata Jasmin tidak ditampung oleh keluarga. Saryanto masih pergi.

Suroso masih tidak percaya jika kedua adiknya, yakni Sudiyono dan Saryanto, harus bernasib sama. “Dalam keluarga yang bertugas di TNI AU hanya ada dua orang, Saryanto dan kakak laki-lakinya Sudiyono. “Keduanya meninggal, keduanya akibat kecelakaan Hercules,” ujarnya.

Saryanto sendiri merupakan anak bungsu dari bersaudara. Saat kejadian, dia sedang bekerja di Pekanbaru Riau. Dia meninggalkan seorang istri dan anak perempuan. Pada Mei lalu, Saryanto baru saja memboyong istri dan anak dari rumah mertuanya di Sambilegi, Maguwo, Sleman ke Riau. —Rappler.com

agen sbobet