• November 26, 2024

Isi kemerdekaan dengan rasa malu | #RI70

Ini adalah ringkasan yang dibuat oleh AI, yang mungkin memiliki kesalahan. Untuk konteksnya, selalu rujuk artikel selengkapnya.

Belajar dari rasa malu seputar HUT RI ke-70.

Beberapa peristiwa seputar HUT ke-70 RI mungkin akan membuat Anda cemberut. Itu memalukan. Namun tentunya kita harus siap mengambil pelajaran dari kejadian tersebut, agar rasa malunya tidak sia-sia.

Sebelum kita membahas beberapa peristiwa tersebut, kita harus ingat bahwa semuanya dimulai pada tanggal 17 Agustus 1945. Jumat itu, sejumlah bapak dan ibu bangsa bertekad menegaskan Indonesia merdeka.

Kecerobohan mereka penting. Sedikit terlambat, status kemerdekaan kita dianggap sebagai hadiah dari Jepang yang harus pulang karena kalah perang. Para founding fathers menyelamatkan kita dari rasa malu. Berikut ini adalah kisah panjang upaya mempertahankan kemerdekaan, hingga jatuh bangunnya kita dalam memajukan bangsa.

Hampir 70 tahun pasca proklamasi, Elanto Wijoyono berdiri gagah di tengah persimpangan jalan di Yogyakarta. Dengan sepedanya, ia menghadang rombongan sepeda motor besar yang dikawal patroli polisi. Ia berjuang melawan arogansi yang dilindungi penguasa.

Yang terjadi selanjutnya adalah curahan pendapat yang mendukung dan menentang tindakan tersebut, terutama di media sosial. Mungkin kita salah satunya. Meski kalah karena ribut di Twitter atau Facebook, kami tak segan-segan tim media sosial Polri menjawab dengan cepat dengan pasal justru menjadi bumerang karena penjelasan pasal tersebut dianggap tidak meliput rombongan konvoi tujuh lusin.

Jika cek tersebut dibayar oleh pemohon, akan lebih memalukan lagi karena hubungan tersebut menjadi transaksi ekonomi. Mudah-mudahan tidak seperti itu.

Peristiwa lainnya adalah ketika kita melihat seorang mantan presiden, setelah 10 tahun absen, akhirnya tampil di upacara kenegaraan memperingati kemerdekaan. Selama satu dekade, Megawati tidak pernah menghadiri undangan Presiden Yudhoyono untuk duduk di barisan depan sebagai pemimpin bangsa. Mungkin bagian dari cepat selama 10 tahun apa yang pernah dia katakan.

Tahun ini Yudhoyono yang tidak hadir. Ia mengaku rindu dengan Pacitan setelah 10 tahun menjadi pengawas upacara. Skor sementara absen: 10-1 untuk keunggulan Megawati. Semoga kita bisa duduk bersama tahun depan.

Acara lain juga terus berputar di sekitar upacara. Di media sosial, kritik pun bermunculan karena Wakil Presiden Jusuf Kalla tidak menunjukkan rasa hormat saat Presiden Jokowi memberi hormat. Menggunakan kebebasan berbicara secara anonim, banyak orang yang mengumpat. Memalukan karena sebenarnya sudah sesuai protokol. Hikmahnya adalah kita belajar lebih banyak tentang protokol. Lain kali kita akan tahu apa yang harus dilakukan saat Indonesia Raya berbunyi.

Hal yang memalukan ini, pertama-tama, mengingatkan kita kembali bahwa masih banyak yang perlu kita lakukan dalam platform yang disebut kemerdekaan ini. Kita tidak perlu menghabiskan waktu untuk mengalami rasa malu atas suatu peristiwa, namun segera mengevaluasinya.

Kami melihat perilaku para pemimpin nasional untuk belajar dari kekurangan mereka. Kita perlu belajar untuk mempunyai opini yang baik agar tidak hanya membuat keributan. Kita mungkin harus belajar berani seperti Elanto dengan melihat hal-hal yang kita anggap biasa saja, meski timpang.

Bagi anda yang ingin aktif berbagi informasi tentang hal-hal yang bisa kita pelajari bersama di lingkungan kita, anda bisa menghubungi tim Rappler Indonesia di akun tersebut. Facebook.com/rapplerid, Twitter @rappleridatau hubungi kami di email editorial(at)rappler.com. —Rappler.com


taruhan bola online