Tragedi Hercules: Sulitnya mengidentifikasi jenazah
- keren989
- 0
Pihak keluarga ingin membawa pulang jenazah, namun tim DVI masih bekerja.
MEDAN, Indonesia— Erianto, 32 tahun, warga Kepulauan Natuna, tiba di RS Adam Malik sejak Rabu, 1 Juli. Ia sudah mengenali jenazah adiknya, Karminto, yang menjadi korban jatuhnya pesawat Hercules.
“Saya melihat ke dalam kantong jenazah dan memeriksanya sendiri,” ujarnya kepada Rappler saat ditemui di posko sebelum kematianKamis 2 Juli.
Ia mengira setelah berhasil diperiksa, keluarganya bisa segera membawa pulang jenazah sepupunya. Namun sepertinya ada prosedur yang harus mereka lalui. Salah satunya adalah identifikasi resmi dari Tim Identifikasi Korban Bencana.
Ia mengaku bingung kenapa tak segera diperbolehkan mengambil jenazah tersebut. Bukan hanya dia, tapi juga keluarga lain di Natuna.
“Teman-teman lain banyak yang sampai di Medan, tapi sekitar pukul 17.00 posko ini ditutup,” ujarnya.
Bahkan, kata Erianto, mereka sangat berharap tim DVI bisa bekerja cepat agar jenazah tidak terlalu lama tertinggal di ruangan. “Tolong beritahu pihak keluarga, mungkin pihak keluarga bisa mengenalinya,” ujarnya.
Dengan kondisi tersebut, kata Erianto, pihak keluarga merasa kesulitan. “Kamu tidak bisa masuk,” katanya.
Berapa lama dia harus menunggu? Erianto mengatakan, tim DVI berjanji seluruh korban akan teridentifikasi hari ini.
Polisi: Kami akan menggunakan tes DNA
Sementara itu di tempat tersendiri di posko pemeriksaan post mortemKepala Puskesmas Mabes Polri Brigjen Arthur Tampi mengatakan, kondisi jenazah sulit diidentifikasi karena sudah tidak utuh lagi dan hancur berkeping-keping.
Tim DVI harus memastikan identitas jenazah dengan tes DNA, karena pemeriksaan rekam gigi dan sidik jari sudah tidak bisa dilakukan lagi.
Untuk memudahkan identifikasi, polisi mengumpulkan data sebelum kematian keluarga.
Berapa lama waktu yang dibutuhkan tim DVI untuk melakukan tes DNA? “Paling cepat 2 kali 24 jam,” ujarnya. Namun waktunya masih belum jelas, semua tergantung data sebelum kematian Dan pemeriksaan post mortem yang tersedia.
Arthur optimis seluruh jenazah akan teridentifikasi, seperti saat tim DVI mengidentifikasi jenazah korban jatuhnya pesawat Air Asia awal tahun ini. “Tidak ada batasan, proses identifikasi ini akan terus dilakukan hingga selesai. “Kami bahkan bisa menguji DNA tulangnya,” katanya.
Mengapa sisa-sisa tentara lebih cepat dikenali?
Dalam proses identifikasi ini, keluarga korban merasa diabaikan. Dari pantauan Rappler, keluarga korban beberapa kali mengeluhkan pelayanan tim DVI. Mereka dinilai lebih waspada dalam menghadapi keluarga dibandingkan militer.
Erianto dan keluarganya termasuk yang memprotes hal tersebut. “Yang dari Malang (Jawa Timur) sudah ada sejak kemarin,” kata adik Erianto yang enggan disebutkan namanya.
Namun Arthur membantah tuduhan tersebut. Ia mengatakan tidak benar adanya perlakuan istimewa terhadap keluarga militer.
Prajurit militer lebih cepat dikenali karena alat peraga yang mereka kenakan, seperti seragam. Ada juga data odontogram dari unit, ujarnya. Ditambah fitur-fitur khusus lainnya yang ditambahkan oleh keluarga.
Sementara hingga saat ini, sudah ada 55 jenazah yang dipulangkan dari 142 kantong jenazah yang dikirim ke rumah sakit. —Rappler.com