• October 10, 2024

Diskusikan kembali isu pangan transgenik

Benih transgenik dinilai mampu meningkatkan produktivitas pangan-pertanian. Isu vital di tengah persoalan harga beras yang mahal dan tekanan impor. Masalah keamanan dan penolakan terhadap Monsanto terus berlanjut.

Pada hari Minggu tanggal 30 Mei 2015, saya sedang berbelanja di toko Co-Op di kampus University of California di Davis, Amerika Serikat. Toko yang dijalankan dengan pola kooperatif mudah ditemukan di seluruh Amerika, serta di negara-negara Eropa. Konsumen senang berbelanja di sana karena menjual produk organik hasil panen petani. Di Negeri Paman Sam, petani tergabung dalam kelompok penekan (pressure groups) (kelompok penekan), dan mereka dianggap maju dalam menerapkan teknologi dan menyerap informasi terkini. Tren penggunaan pangan organik menyebar dimana-mana, terutama di kalangan kelas menengah terpelajar. Kami melihat tren serupa terjadi di Indonesia.

Bahkan di negara-negara maju yang produsen dan konsumennya melek informasi, ketakutan terhadap konsumsi produk non-organik, terutama yang menggunakan benih hasil rekayasa genetika, masih kuat. Minggu lalu, koalisi petani organik di Oregon mengklaim telah mengalahkan Monsantoraksasa produk pertanian, dalam keputusan pengadilan yang melarang penggunaan benih hasil rekayasa genetika (organisme yang dimodifikasi secara genetik) di salah satu kawasan pertanian di Amerika. Kemenangan melawan Monsanto, yang identik dengan produksi transgenik, dipandang penting bagi kelangsungan perusahaan produk pertanian organik.

Menurut mantan ketua inovasi nasional Profesor Zuhal, kemampuan melakukan rekayasa pada tingkat DNA (asam deoksiribonukleat), bekerja dengan kemajuan biokimia, mikrobiologi, dan teknologi informasi untuk memungkinkan teknologi biologi “menciptakan” makhluk hidup baru sesuai keinginan. Inilah yang biasa disebut GMO.

Lompatan ini terjadi pada tahun 1977, menyusul penemuan bahwa rekombinasi DNA dapat terjadi antar organisme: dari hewan ke tumbuhan atau sebaliknya, atau bahkan dari organisme lain. “Inilah cikal bakal revolusi pertanian pangan,” tulis Zuhal dalam bukunya Gelombang inovasi ekonomi.

Petani Oregon tidak sendirian dalam menentang produk transgenik. Tahun depan, produk pertanian, termasuk yang sudah menjadi makanan, dijual di wilayah Vermont bersifat wajib mencantumkan label khusus jika diproduksi dari GMO. Gubernur Peter Shumlin menandatangani peraturan pelabelan GMO pada bulan Mei 2014, dan mendapat tantangan dari industri makanan. Mulai 1 Juli 2016, produsen makanan yang mengandung GMO wajib memberi label pada kemasannya dengan informasi ini.

Monsanto identik dengan GMO. Di Indonesia kita mengenalnya sebagai produk transgenik. Perusahaan ini memproduksi benih hasil rekayasa genetika, sehingga tanaman menjadi lebih tahan terhadap penyakit termasuk virus dan bakteri, serta dapat ditanam sepanjang tahun tanpa khawatir akan kondisi kekeringan (toleransi terhadap kekeringan), dan menghasilkan produksi yang lebih tinggi dalam satu bidang tanah dibandingkan dengan menggunakan benih biasa, bahkan yang sudah dimurnikan. Di Indonesia kita mengenal varietas padi dataran tinggi yang diperuntukkan bagi lahan kering. Varietas tersebut tidak diperoleh melalui proses modifikasi genetik.

Benih transgenik dan produktivitasnya

Produk Monsanto sebenarnya banyak digunakan di Amerika dan sekitar 28 negara. Agus Pakpahan, ahli agronomi yang saat ini duduk di komisi keanekaragaman hayati, mengatakan total luas lahan yang menggunakan GMO di dunia mencapai sekitar 180 juta. Pemerintah melalui Kementerian Pertanian bahkan sedang mempertimbangkan Penggunaan benih transgenik menjadi solusi produktivitas tanaman.

Hal ini menjadi semakin penting bagi Indonesia, negara dengan jumlah penduduk terbesar keempat di dunia.

Kenaikan harga beras sejak awal tahun, hebohnya isu “beras plastik”, dan janji Presiden Joko “Jokowi” Widodo untuk mencapai swasembada pangan dalam tiga tahun pemerintahannya telah melemahkan isu pangan. produktivitas tanaman merupakan isu penting. Komoditas yang disasar untuk swasembada adalah beras, jagung, kedelai, dan kemudian gula. Saat ini kami masih memenuhi kebutuhan dalam negeri dengan mengimpor keempat produk tersebut. Jagung terutama digunakan untuk pakan ternak.

Indonesia merupakan importir kedelai terbesar dari Amerika. Sekitar 90 persen kedelai digunakan untuk industri tahun dan tempe, produk pangan olahan yang paling digemari masyarakat. Belum pernah dijelaskan secara jelas apakah kedelai yang didatangkan Indonesia dari AS menggunakan benih transgenik atau GMO. Duta Besar AS untuk Indonesia pernah jaminan bahwa kedelai yang diimpor dari AS aman.

Monsanto memproduksi benih transgenik untuk kedelai, jagung, bunga matahari, dan produk susu. Ketakutan terhadap produk makanan transgenik sebagian berasal dari aspek kesehatan konsumen. Misalnya soal alergi, resistensi terhadap antibiotik. Ada juga perdebatan kuat tentang pertimbangan agama dan etika. Negara-negara lain, termasuk di Indonesia dan banyak negara, bahkan di awal artikel ini sedang berjuang melawan raksasa industri yang dianggap menciptakan ketergantungan petani terhadap penggunaan benih dari Monsanto.

Kontroversi GMO di Indonesia

Di Indonesia bahkan lebih jauh lagi. Kontroversi penggunaan benih transgenik muncul pada tahun 2001-2002, kita mengenal kasus kapas transgenik Bollgard di Sulawesi Selatan. Janji peningkatan produksi ternyata tidak terbukti. Petani marah. Cerita dapat diikuti di sinidan melibatkan nama mantan suami aktris Sophia Latjuba, Michael Villareal. Pasalnya, kasus dugaan suap kepada sejumlah pejabat Kementerian Pertanian agar mengizinkan penggunaan benih Monsanto untuk tanaman kapas di Sulawesi Selatan.

Kasus di atas kemudian dijadikan protes oleh aktivis anti GMO ketika Peraturan Menteri Pertanian No. 61 Tahun 2011 tentang Pengujian, Pelepasan dan Penarikan Varietas. Peraturan ini memberikan peluang untuk melakukan pengujian terhadap varietas transgenik yang dihasilkan oleh lembaga penelitian lokal. Agus Pakpahan tiga tahun lalu menyatakan, saat ini tersedia 13 varietas transgenik diuji untuk mendapatkan rekomendasi yang aman.

Saya mendapat informasi bahwa salah satunya, varietas tebu transgenik, telah lulus uji keamanan pangan dan keamanan lingkungan. “Untuk uji keamanan pakan dari Kementerian Pertanian, prosesnya belum selesai/ditentukan,” kata Agus. Jadi belum bisa dikomersialkan.

Benih tebu transgenik ini merupakan hasil kerjasama Fakultas MIPA Universitas Jember, PTPN XI, dan Ajinomoto.

Menarik untuk dinanti bagaimana peluncuran perdana produk GMO atau GMO ini terkait dengan target swasembada yang diusung Jokowi. Sejauh ini, Jokowi beberapa kali menyinggung soal perbaikan irigasi dan lahan pertanian untuk mendukung programnya. Persoalan benih transgenik tidak disebutkan.

Apakah masyarakat sekarang lebih nyaman dengan produksi pangan transgenik? Hal ini juga penting karena produktivitas yang tinggi diharapkan akan menghasilkan harga yang terjangkau oleh masyarakat.

Saya membuka kembali kenangan dan kontroversi mengenai produk transgenik ini karena saya saat ini berada di Amerika untuk mengikuti Program Literasi Bioteknologi di University of California di Davis. Saya akan berbagi dengan Anda perdebatan tentang aman atau tidaknya dan bagaimana pengembangan GMO dianggap sebagai lompatan penting dalam bioteknologi pangan. —Rappler.com

Uni Lubis adalah mantan pemimpin redaksi ANTV. Ikuti Twitter-nya@unilubis dan membaca blog pribadinya unilubis.com.


Keluaran SGP