• September 22, 2024

Pahit manisnya bisnis gula

Berapa banyak gula yang Anda konsumsi setiap hari? Saat saya minum teh atau kopi, saya suka yang pahit. Misalnya, mengonsumsi minuman bersoda berarti mengonsumsi sekitar 9 sendok teh gula dari botol berukuran 330ml.

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) merekomendasikan wanita mengonsumsi 5-6 sendok teh gula per hari. Pria bisa mendapatkan 8-9 sendok teh. Bahasa yang digunakan WHO adalah konsumsi gula harian sebaiknya dibatasi hanya 5% dari jumlah kalori yang didapat dari makanan setiap harinya. Artinya, makanan utama yang dikonsumsi adalah nasi, kentang, atau roti sebagai sumber karbohidrat.

Jujur saya sempat bingung saat mengetahui bahaya kelebihan gula tidak hanya datang dari minuman bersoda saja. Kandungan gula pada makanan cepat saji, misalnya ayam goreng, berkisar 22 gram atau setara dengan lima setengah sendok teh. Artinya, dengan mengonsumsi sepotong ayam, saya melampaui batas konsumsi gula per hari yang dianjurkan WHO. Apalagi jika Anda terlalu banyak mengonsumsi gula tanpa berolahraga. Sumber obesitas yang lengkap.

WHO mencatat bahwa komplikasi penyakit akibat obesitas membunuh sekitar 3,4 juta orang dewasa setiap tahunnya. Jurnal medis Lancet merilis studi tentang obesitas tahun lalu. Indonesia menduduki peringkat ke 10 obesitas di dunia.

Bisnis gula manis impor

Saya mengawali artikel ini dengan menanyakan tentang konsumsi gula pasir. Apa bedanya dengan penjelasan tentang konsumsi gula? Karena yang paling mudah diukur adalah konsumsi gula pasir (atau gula merah, tapi biasanya untuk memasak).

Setiap hari kita mengukur konsumsi gula. Kandungan gula pada makanan dan minuman yang kita beli, apalagi dalam kemasan, cukup tinggi. Sulit untuk mengukurnya. Tapi bisnis yang bagus.

Industri makanan dan minuman Indonesia yang mempunyai omzet sekitar Rp 1.000 triliun (target 2014), sangat bergantung pada pasokan gula. Angka target turnover tersebut meningkat sebesar 8% dibandingkan tahun 2013.

Yang digunakan industri makanan dan minuman adalah gula rafinasi. Ini adalah jenis gula kristal atau putih gula mentah (gula mentah) yang telah melalui proses pemurnian untuk menghilangkan molase sehingga warnanya menjadi putih bersih dan cerah.

Jadi, jika industri makanan dan minuman terus tumbuh karena kemampuan kelas menengah juga tumbuh, maka dipastikan kebutuhan gula industri atau gula rafinasi akan semakin meningkat.

Hingga saat ini, Indonesia merupakan negara pengimpor gula terbesar kedua di dunia setelah Tiongkok. Kebutuhan gula nasional saat ini sebesar 5 juta ton per tahun. Tahun ini, permintaan diproyeksikan meningkat menjadi 5,7 juta ton.

PProduksi nasional, baik dari pabrik gula milik Badan Usaha Milik Negara (BUMN) maupun swasta, saat ini berada pada kisaran 2,4-2,8 juta ton. Nah, jika melihat peningkatan permintaan industri makanan dan minuman yang ditunjukkan dengan pertumbuhan, maka solusi yang ada di hadapan Anda adalah impor.

“Inilah yang harus dilakukan. Kalau tidak, bagaimana kita bisa memenuhi kebutuhan industri makanan dan minuman?” kata Menteri Perindustrian Saleh Husin.

Selasa sore, 14 April, saya mewawancarai Saleh, politisi Partai Hanura yang ditugaskan mengelola sektor industri oleh Presiden Joko “Jokowi” Widodo. Wawancara kami dilakukan melalui telepon.

Saleh jujur, dalam konteks industri gula misalnya, posisi kementerian yang dipimpinnya adalah memastikan permintaan terpenuhi.

“Jika pasokan gula untuk mereka terganggu maka industri makanan dan minuman akan terganggu. “Yang besar sudah ada yang ekspor,” kata Saleh Husein.

Akhir Maret lalu saya mengundang Presiden Direktur PT Rajawali Nusantara Ismed Hasan Putro untuk mengobrol di Pasar Santa, tentang pahit manisnya bisnis gula. PT RNI merupakan badan usaha milik negara yang juga mengelola sejumlah pabrik gula.

Kami juga mempunyai Badan Usaha Milik Negara berupa PT Perkebunan Nasional yang memiliki pabrik gula. Terdapat 11 pabrik gula swasta, dan 52 diantaranya dioperasikan oleh perusahaan milik negara.

Ismed mengeluhkan komitmen pemerintah dalam memajukan industri gula. Presiden Jokowi telah mencanangkan swasembada pangan, termasuk gula. Niat swasembada gula sudah diteriakkan sejak masa Presiden Susilo Bambang Yudhoyono.

“Tapi kami terus mengimpor. “Tidak ada niat serius dari pemerintah untuk mengurangi impor, termasuk memaksa pabrik yang mengimpor gula rafinasi untuk segera mendirikan perkebunan tebu,” kata Ismed.

Ia merujuk pada impor gula rafinasi yang terjadi tak lama setelah Jokowi mendeklarasikan swasembada gula. Pada kuartal pertama tahun ini, izin impor gula mentah telah diterbitkan sebanyak 672.000 ton.

Kemudian pada kuartal II, beredar informasi Kementerian Perindustrian meminta tambahan impor sebanyak 1,5 juta ton, termasuk untuk bulan September. Menteri Perdagangan Rachmat Gobel memutuskan hanya memberikan izin impor sebanyak 945.643 ton.

“Untungnya Menteri Perdagangan mencegatnya. Pola serupa terjadi pada tahun 2013-2014 yang berakhir dengan kelebihan impor yang kemudian merembes ke pasar konsumen. Baik gula mentah maupun gula rafinasi untuk industri. Tidak boleh dijual ke pasar konsumen. “Tapi ini yang terjadi dua tahun lalu,” kata Ismed.

Bisnis gula tebu pahit

Impor sangat menarik kepercayaan karena marginnya sangat besar. Juga tidak dikenakan pajak pertambahan nilai, seperti pajak sebesar Rp550 per kilogram jika pabrik gula membeli tebu petani.

Diakui Saleh, kepatuhan terhadap aturan pendirian perkebunan tebu terkendala persoalan lahan. Mencari lahan untuk perkebunan tebu tidaklah mudah. Untuk pabrik gula 10 ribu TCD, dibutuhkan lahan seluas 20.000 hektar dalam satu hamparan. Ismed pun mengakui sulitnya negara tersebut.

“Saat itu Pak Dahlan Iskan, Menteri BUMN, pernah dijanjikan lahan seluas 100.000 hektar oleh Gubernur Lampung dan Kalimantan Timur. Padahal, luasnya hanya 100 hektare, ujarnya.

Selain penegakan aturan pendirian perkebunan tebu, ada permasalahan lain yang kerap membuat pahit bisnis gula. Infrastruktur irigasi tua, berusia lebih dari setengah abad. Pabrik gula di Indonesia rata-rata berusia 100 tahun sehingga kalah bersaing dengan pabrik gula di Thailand dan Vietnam.

Rendemen atau rasio kandungan gula tebu di pabrik gula Indonesia jauh tertinggal dibandingkan pabrik gula modern di Thailand dan Vietnam. Kedua negara ini merupakan sumber impor gula Indonesia.

“Di Indonesia rata-rata rendemen pabrik gula 6%. “Thailand bisa 9-12%,” kata Saleh.

Pasalnya, selain irigasi zaman dahulu, juga belum ada penemuan baru varietas benih tebu unggul. Kalau soal varietas, masalahnya ada di Kementerian Pertanian. Masalah lainnya adalah mekanisasi.

“Kami menggunakan hingga 16 varietas. Rata-rata semua PTPN seperti ini. Dalam satu petak terdapat 4,5 varietas. Bagaimana Anda ingin menjadi efisien? “Harusnya cukup 3 varietas per perkebunan untuk satu tanaman, dibagi menjadi tanam awal, tengah, dan akhir,” kata Ismed.

Di Thailand, mesin sudah digunakan untuk memanen tebu. Indonesia masih menggunakan tenaga manusia. Bahkan ada yang berusia lanjut, karena generasi muda lebih memilih bekerja berseragam di pabrik, atau menjadi tukang ojek, dibandingkan menjadi penebang pohon. Karena angkatan kerja menua, tebu sering kali ditebang hari ini dan diangkut besok.

“Kualitas tebu jelas turun. “Tidak mengherankan jika hasil panen rendah, produktivitas rendah,” kata Ismed.

Masalahnya, investasi mekanisasi juga mahal. Kenaikan harga gula nasional tidak lebih dari 3% setiap tahunnya, padahal upah minimum regional bisa naik hingga 15% per tahun. Ismed mengatakan, “Industri tebu Indonesia, khususnya BUMN, sedang dalam keadaan matahari terbenam. Saat itu Maghrib, sebelum Isya.”

Dua pabrik gula RNI yang berlokasi di Malang, PG Krebet Baru 1 dan 2, selama tiga tahun berturut-turut menjadi yang terbaik, juga dari segi rendemen. Tahun ini mereka juga mengalahkan sektor swasta.

RNI juga mendirikan pabrik gula berkapasitas 6.000 TCD (ton tebu per hari), di Cirebon, dengan nilai investasi Rp 2,1 triliun. Pabrik ini akan memproduksi bioetanol dan listrik, selain produk utama gula tebu.

Jokowi memerintahkan pembangunan 10 pabrik gula untuk swasembada. Ia harus rajin membaca apa saja yang perlu dilakukan untuk mewujudkan programnya.

Catatan buat saya setelah reservasi di Pasar Santa adalah, pilihlah gula tebu yang warnanya agak keruh. Ini yang asli. Berhati-hatilah dalam membeli gula pasir putih mengkilat karena bisa jadi gula rafinasi tersebut merupakan gula rafinasi impor yang telah menyusup ke pasaran. Mana yang Anda pilih? — Rappler.com


Uni Lubis adalah mantan pemimpin redaksi ANTV. Ikuti Twitter-nya @unilubis dan membaca blog pribadinya unilubis.com.


taruhan bola online