• September 20, 2024

Rayakan Idul Fitri ala Indonesia di luar negeri

Meski jauh dari kampung halaman, WNI di luar negeri tetap bisa menikmati suasana Idul Fitri dengan berkumpul, merayakan, dan menyantap hidangan khas Idul Fitri.

JAKARTA, Indonesia — Merayakan Idul Fitri jauh dari kampung halaman tidak selalu menyedihkan. Anda dapat melakukan beberapa aktivitas unik meskipun Anda adalah minoritas di negara orang.

Inilah kisah mereka yang merayakan Idul Fitri di luar negeri.

Menari bersama anak-anak Indonesia di Australia

Hingga dua tahun lalu, Raissa Azalia Mustafa (12) selalu pulang dari Jakarta ke Lamongan, atau ke Sambas, tempat asal orang tuanya. Namun sejak tinggal di Australia, kebiasaan merayakan Idul Fitri berubah.

“Di Indonesia kalau mudik ke kampung ramai sekali. “Setiap lebaran banyak teman yang dibagikan, banyak angpao yang dibagikan, dan bisa makan kue kampung yang enak,” kata Raissa.

Tahun ini, Raissa merayakan Idul Fitri bersama sejumlah warga Indonesia lainnya dalam halal bihal yang diselenggarakan oleh Adelaide Islamic Studies Community (KIA) di Flinders University, Australia Selatan, pada Sabtu 18 Juli.

“Saya juga senang dengan Idul Fitri kali ini. “Kamu bisa menari Saman lalu bermain bersama teman-teman,” kata Raissa.

Lain cerita dengan Fathi Fauzan Pakkanna. Baru berusia 12 tahun, Fathi menunjukkan kepiawaiannya berperan sebagai dai cilik. Ia fasih melantunkan ayat-ayat Alquran dan hadis beserta maknanya.

“Saat Anda menerima bantuan, bersyukurlah; Kalau ditimpa musibah, bersabarlah,” kata Fauzan mengutip salah satu anjuran yang tertulis dalam Alquran kepada hadirin yang antusias menyimak pidatonya.

Meski jauh dari kampung halaman, mereka menikmati perayaan ala Indonesia dengan makanan khas Idul Fitri seperti opor ayam, ketupat, rendang dan lain-lain.

Hal serupa dialami Pia Zakiyah yang merayakan Idul Fitri saat menjadi guru bahasa Indonesia di sebuah sekolah di Geelong, negara bagian Victoria, Australia.

Menjadi minoritas di Australia: Tidak ada suasana Idul Fitri

Lahir dan besar di Bandung, Jawa Barat, ia rindu suasana Idul Fitri di kampung halamannya. “Saya sangat merasakan perbedaan lebaran di sini (Australia) dan di Indonesia,” kata perempuan berusia 24 tahun ini.

“Tidak ada nuansa lebaran yang selalu ditemui di Indonesia sebelumnya, seperti masyarakat mudik, membuat kue lebaran, ketupat dan opor, iklan striptis di televisi, atau masyarakat heboh membeli baju gendang.”

Ia bersama rekan-rekannya menghabiskan waktu Idul Fitri dengan menunaikan salat Ied di KJRI Kota Melbourne, dan halal bihalal bersama sesama WNI di sana.

Namun, diakuinya hal itu hanya bersifat sementara karena Pia akan kembali ke tanah air pada akhir tahun nanti. Dia telah mengajar di Geelong selama lebih dari 5 bulan.

Cerita menarik seputar Ramadhan di luar negeri?

“Selama bulan Ramadhan saya tidak terlalu merasakan nuansanya karena di sini saya minoritas. Jadi orang-orang bertanya-tanya mengapa saya tidak makan atau minum di siang hari. “Sampai-sampai mereka takut saya mati,” ujarnya.

Sholat Idul Fitri berjamaah di Inggris

Bagi Karina Adelita, ini adalah Idul Fitri keduanya di negara lain, dan yang ketiga tanpa keluarga.

“Pada tahun 2011 saya melakukannya menukarkan Lalu tahun lalu IM (Indonesia Mengajar), jadi Sudah normal,” ujar mahasiswa pascasarjana Corporate Communication and Public Relations, University of Leeds ini.

Tidak sulit baginya menjalani kehidupan sebagai pelajar Muslim Indonesia. “Di Leeds, alhamdulillah, orang Indonesia dan kami cukup banyak di dekat satu sama lain. “Di sini juga ada organisasi bernama KIBAR (Keluarga Islam Indonesia Inggris Raya) yang biasanya menyelenggarakan acara keagamaan.”

Hidup tanpa keluarga di Inggris, Karina dan rekan-rekan mahasiswa Muslim asal Indonesia memilih salat berjamaah di Masjid Agung Leeds dan bersilaturahmi di rumah warga negara Indonesia.

Bersama istri saya menikmati makanan Indonesia di Amerika

Di tengah rindu keluarganya di Yogyakarta, Aichiro Suryo, mahasiswa pascasarjana Kebijakan Publik Universitas Chicago, menikmati Idul Fitri pertama di Amerika.

Di sana, Chiro menghadiri salat Idul Fitri dan merayakan Idul Fitri di KJRI serta menikmati berbagai masakan khas Indonesia.

“Obat rindu kampung halaman,” kata Chiro.

Satu hal yang disyukuri Chiro adalah istrinya menemaninya merayakan Idul Fitri di Amerika.

“Idul Fitri jauh dari rumah, saya pasti rindu. Tapi untungnya ada seorang wanita di sini, jadi… secara permanen “Indonesia ada di depan mata kita.” —Dengan laporan dari Haryo Wisanggeni dan Abdul Qowi Bastian/Rappler.com

Singapore Prize