Pertarungan terakhir Roger Federer melawan Novak Djokovic
- keren989
- 0
Tahun ini, Novak Djokovic berpotensi mengulangi prestasi epiknya di Grand Slam: meraih tiga trofi dalam setahun. Siapa yang bisa menghalanginya di AS Terbuka?
Dua tahun lalu, Roger Federer benar-benar berada di titik terendahnya. Kolektor gelar juara terbanyak Grand Slam dalam sejarah tenis dunia dianggap selesai. Jangankan kembali meraih gelar paling bergengsi di dunia tenis, ia baru mencapai final di turnamen reguler terengah-engah.
Rentetan kegagalan Federer mencapai puncaknya ketika ia keluar dari empat besar peringkat tenis dunia untuk pertama kalinya sejak 2003, tahun di mana ia memenangkan gelar. Grand Slam dia yang pertama di Wimbledon.
Salah satu penyebabnya adalah cedera punggung. Performa Federer usai menjalani operasi perbaikan cederanya sungguh bagus menjatuhkan. Banyak yang menilai petenis berusia 34 tahun itu sudah selesai.
Selain itu, para pemain tenis generasi muda mulai mendominasi panggung saat itu. Dari petenis Spanyol Rafael Nadal, Novak Djokovic (Serbia), hingga petenis asal Inggris Andy Murray.
Saat itu, sebagian orang mengira Federer berada di akhir kariernya. Serangkaian 17 judul Grand Slampencapaian terbanyak dalam sejarah yang diraihnya diperkirakan tidak akan meningkat.
Namun, mentalitas petenis Swiss itu berkata sebaliknya. Federer berdiri. Dia membangun kembali warisan– miliknya. Tahun ini ia menduduki peringkat kedua dunia di belakang Novak Djokovic.
Kini, pada ajang Amerika Terbuka (US Open) yang digelar pada 31-13 Agustus di New York City, Amerika Serikat, Federer menjadi salah satu penantang terbesar Novak Djokovic. Peluang petenis lain yang mendominasi panggung sebelumnya diragukan.
Rafael Nadal misalnya. Pasca cedera pergelangan tangan dan operasi usus tahun lalu, performanya terus menurun. Peringkatnya turun. Ia kini bahkan harus bersiap turun ke peringkat kedelapan dunia. Performanya belum kembali seperti semula.
Faktanya, tahun ini dia tidak pernah berhasil melewati babak perempat final Grand Slam. Itu belum termasuk kekalahannya di Roland Garros, lapangan yang dianggap favorit Nadal.
“Ini memang musim terburuk saya dalam 11 tahun terakhir. Tapi saya rasa saya masih bisa menjadi pemain yang berbahaya (di AS Terbuka). Hal terpenting bagi saya adalah bermain di level tinggi lagi. “Saya yakin saya semakin dekat dengan hal itu,” kata Nadal Tur Dunia ATP.
Begitu juga dengan Andy Murray. Namun, peluang petenis asal Skotlandia itu lebih banyak dibandingkan Nadal. Petenis berusia 28 tahun ini memiliki rekor impresif: ia mengalahkan Djokovic pada 16 Agustus di Montreal Masters. Padahal, selama dua tahun terakhir, ia selalu kalah dari Djokovic.
Banyak yang yakin Murray akan terus melaju setidaknya ke perempatfinal.
“Rasanya tubuh saya dalam kondisi yang baik. Tahun ini saya memenangkan lebih banyak pertandingan dari sebelumnya. Saya merasa sangat bersemangat di sini,” kata Murray seperti dikutip BBC.
Dengan situasi di grup elite Empat Besar Faktanya, peluang Federer justru lebih besar. Apalagi, karakter Federer yang pernah membawanya merajai dunia tenis mulai pulih.
Federer dikenal sebagai petenis dengan karakter bermain yang sangat fleksibel. Dia bisa bermain agresif garis dasar, tapi tiba-tiba berada di depan gawang. Dia juga bisa diandalkan memaksa pukulan, namun dengan presisi dan teknik yang lebih lengkap.
Sementara itu, keahlian Djokovic lebih spesifik. Ia dianggap sebagai pemain dengan servis terbaik (segera membuat lawan kehilangan poin) dalam sejarah tenis dunia. Berbeda dengan Federer yang “sekitar”, Djokovic cenderung bermain agresif garis dasar.
Meski demikian, Djokovic tentu tak ingin peluangnya meraih tiga gelar juara Grand Slam dalam waktu satu tahun ia ditangkap. Setelah Prancis Terbuka direbut Stanislas Wawrinka, kompatriot Federer, hanya AS Terbuka yang mampu mencapai angka tersebut. Sebab, Djokovic sudah menguasai Australia Terbuka dan Wimbledon.
Tiga Grand Slam setahun dari sekarang dia akan mengulangi prestasi epik tahun 2011. Saat itu, petenis berusia 28 tahun itu menjuarai Australia Terbuka, Wimbledon, dan AS Terbuka. Tinggal satu gelar lagi yang membuat namanya kembali tercatat dalam sejarah tenis dunia.
Bagi Federer, Grand Slam itu bisa menjadi monumen mahkota kembali dia ada di acara tenis dunia. Sejak 2013, dia belum pernah memenangkan satu pun Grand Slam. Peringkatnya kini berada di empat besar, namun tanpa trofi Grand SlamFederer masih bukan siapa-siapa.
Hanya ada dua kemungkinan bagi Federer. Pertama, kalahkan Djokovic di AS Terbuka dan menambah gelar juara Grand Slam tanggal 18. Kedua, kalah dan saksikan Djokovic kembali mendominasi pentas tenis dunia. Untuk waktu yang lebih lama. —Rappler.com