• November 23, 2024
Aktivis lingkungan hidup di Aceh menyerukan kepada pemerintah untuk secara serius mengatasi perburuan gajah sumatera

Aktivis lingkungan hidup di Aceh menyerukan kepada pemerintah untuk secara serius mengatasi perburuan gajah sumatera

31 ekor gajah sumatera ditemukan mati di Aceh sejak tahun 2012

BANDA ACEH, Indonesia – Sejumlah aktivis lingkungan hidup yang tergabung dalam Gerakan Sahabat Gajah Indonesia menyerukan kepada pemerintah daerah dan masyarakat setempat untuk menghentikan pembunuhan gajah sumatera di Aceh.

Seruan itu disampaikan saat aksi damai di depan Masjid Raya Baiturrahman, Banda Aceh, Jumat (12/9), menyusul tewasnya tiga ekor gajah sumatera yang diduga kuat sengaja dibunuh, awal September lalu.

Dua bangkai gajah dewasa ditemukan pada Senin (7/9) di kawasan perkebunan kelapa sawit milik PT Dwi Kencana di Desa Jambo Reuhat, Kecamatan Banda Alam, Kabupaten Aceh Timur. Sepekan sebelumnya, seekor gajah mati ditemukan di dekat Sungai Cengeh, Desa Panggong, Kecamatan Krueng Sabee, Kabupaten Aceh Jaya.

Saat ditemukan, gading ketiga gajah tersebut sudah tidak ada lagi sehingga kuat dugaan mereka sengaja dibunuh. Parahnya lagi, bangkai dua ekor gajah di Jambo Reuhat itu sangat tragis karena kepalanya terpenggal.

“Kami khawatir gajah sumatera di Aceh menjadi sasaran para pemburu gading. “(Aksi) ini sepertinya dibiarkan begitu saja,” kata koordinator aksi, M. Syafri Al Hayat. “Ini adalah tanggung jawab dan kepedulian bersama. Kami meminta pihak berwenang untuk bertindak tegas dan menghukum para pembunuh gajah.”

Menurut Al Hayat, gajah sumatera merupakan hewan yang mendapat tempat di hati masyarakat Aceh. “Di era Kerajaan Aceh Darussalam abad ke-16, gajah merupakan hewan kebanggaan dan sangat dihormati. “Kerajaan Aceh mempunyai pasukan seribu gajah,” ujarnya.

“Masyarakat Aceh juga mempunyai nama kehormatan untuk gajah yaitu Po Meurah dan Teungku Rayeuk.”

Aksi ini diharapkan dapat menunjukkan kepada dunia bahwa masih banyak masyarakat Aceh yang peduli terhadap keberlangsungan gajah sumatera.

“Kami ingin menunjukkan bahwa tidak benar masyarakat Aceh diam dan menyaksikan gajah dibunuh. Kami memprotesnya. Ketiadaan gajah akan berdampak pada kehidupan hutan di Aceh secara keseluruhan. Artinya juga berdampak pada kehidupan manusia, lanjutnya.

Sahabat Gerakan Gajah Indonesia menyerukan kepada pemerintah untuk mengambil tindakan terhadap pembunuh gajah di Aceh dan memburu para penyelundup gading. Mereka juga berharap presiden terpilih Joko “Jokowi” Widodo dan Jusuf Kalla berkomitmen kuat untuk melindungi gajah dan hewan langka lainnya di hutan Indonesia.

Kepala Divisi Humas Polda Aceh (Kabid Humas Polda), Kompol Gustav Leo mengatakan, pihaknya serius mengusut kasus kematian gajah di Aceh karena “kami berkepentingan untuk memprosesnya secara maksimal dalam konteks hukum. pelaksanaan.”

“Untuk kasus di Aceh Timur, ada empat orang saksi yang diperiksa. Mereka merupakan karyawan salah satu perusahaan perkebunan kelapa sawit di sana. Namun sejauh ini belum ada yang ditetapkan sebagai tersangka, jelas Gustav.

Sementara kasus di Aceh Jaya menurutnya masih dalam tahap penyelidikan.

90 gajah mati dalam tiga tahun

Dede Suhendra, pemimpin proyek World Wildlife Fund (WWF) Indonesia di Aceh, mengatakan dalam siaran persnya, setidaknya 90 gajah sumatera telah mati di Aceh, Riau, dan Lampung sejak tahun 2012. Dari jumlah itu, 31 terjadi di Aceh.

“Dari seluruh kasus kematian gajah pada periode tersebut, tidak ada satu kasus pun yang berhasil dibawa ke pengadilan,” kata Dede seraya mendesak pemerintah dan penegak hukum lebih serius dalam menyelesaikan penyidikan seluruh kasus kematian gajah.

Data yang dirilis awal tahun 2014 oleh Lokakarya Forum Gajah dan Kementerian Kehutanan di Bogor menyebutkan perkiraan populasi gajah sumatera di alam liar diperkirakan mencapai 1.724 ekor, termasuk sekitar 500 ekor di Aceh.

“Populasinya terus menurun akibat fragmentasi habitat, konflik manusia-hewan, perburuan dan perdagangan ilegal,” kata Dede.

Persatuan Internasional untuk Konservasi Alam (IUCN) dalam daftar merahnya yang dirilis pada tahun 2011 meningkatkan status subspesies gajah sumatera (Elephas Maximus Sumatranus) dari “terancam” menjadi “kritis” (c.sangat terancam). Akibatnya, gajah sumatera menjadi satu-satunya subspesies gajah di dunia yang terancam punah.

Jenderal Suhefti Hasibuan, Kepala Badan Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Aceh, mengatakan perburuan gading gajah di Aceh cukup tinggi dalam beberapa tahun terakhir. Untuk mengatasi perburuan gading gajah dan satwa liar lainnya di Aceh, BKSDA akan meningkatkan koordinasi dengan pihak kepolisian agar lebih serius dalam menegakkan hukum dan menindak pelaku pelaku perburuan gajah.

“Penegakan hukum dalam dua tahun terakhir berjalan baik di Aceh, namun diperlukan langkah yang lebih serius untuk meminimalisir perburuan gading gajah,” ujarnya.

Menurut dia, perburuan gajah terjadi karena gajah memasuki perkebunan masyarakat dan merusak tanaman warga. Gajah-gajah tersebut merusak perkebunan karena diganggu oleh aktivitas pembukaan lahan oleh masyarakat. —Rappler.com

unitogel