Pelajaran hidup dari orang kaya yang bangkrut
- keren989
- 0
Tiga orang berbagi cerita tentang bagaimana mereka dulunya hidup nyaman dan sejahtera, hingga kemudian mereka harus kehilangan segala kenyamanan tersebut.
Kita sering mendengar kisah sukses tentang bagaimana seseorang membangun kekayaan dari ketiadaan, seorang gadis cantik dari desa yang kemudian menjadi model dan menjalani kehidupan mewah dan glamor. Mudah bagi kita untuk berasumsi bahwa mereka akan berhasil mempertahankan posisinya.
Kenyataannya, kisah sukses tidak selalu berakhir seperti dongeng, “…dan mereka hidup bahagia selamanya.”
Tiga orang berbagi cerita tentang bagaimana mereka dulunya hidup nyaman dan sejahtera, hingga kemudian mereka harus kehilangan segala kenyamanan tersebut. Kita bisa belajar sebanyak mungkin dari kegagalan orang lain dan juga dari kisah sukses mereka.
Terbawa oleh kehidupan yang baik
Kakek Armand (28) bekerja sebagai PNS dan memiliki karir yang cukup sukses. Ia berhasil mengembangkan usahanya dan memiliki beberapa properti. Dengan segala kemudahan yang ada, nampaknya ia lupa mengajari anaknya untuk terus belajar dan mengejar cita-citanya. “Dari kecil bapakku selalu ada di rumah, bahkan beliaulah yang datang menjemputku dari sekolah,” kata Armand.
Ibunya yang menikah dengan ayahnya sejak kuliah mengungkapkan, biaya rumah tangga mereka ditanggung sejak awal oleh kakek dan nenek Armand.
Hingga suatu saat tulang punggung keluarganya, kakeknya, meninggal dunia. “Saya masih di taman kanak-kanak dan sejak saat itu kami bertahan hidup uang warisan kakek,” kata Armand.
Tidak ada lagi yang mencari uang, tidak ada lagi sumber penghasilan.
Ayah Armand belum mengetahui cara menjalankan bisnis dan sama sekali belum mempunyai pengalaman karena belum menyelesaikan kuliahnya. “Saat itu sangat sulit bagi semua keluarga untuk mulai menabung atau mencari cara untuk kembali menjalankan bisnis kakek yang terbengkalai,” ujarnya. Enam tahun kemudian, warisannya habis.
Mereka mencoba menjual perhiasan dan beberapa rumah. Sayangnya, hal itu tidak banyak membantu. “Karena tidak bisa berbisnis, ayah saya memilih mencoba berjudi dan tidak lebih menang dibandingkan kalah,” kata Armand.
Ketika keadaan semakin mendesak, ayah dan ibunya bekerja membantu usaha kakaknya. “Biayanya tidak besar, tapi membantu saya tetap kuliah sehingga sekarang saya bisa mendapatkan penghasilan sendiri,” kenangnya.
Tanpa kendali dan perencanaan
“Ibu saya tidak ahli dalam mengatur keuangan,” kata Dimas. Saat masih kecil, orang tuanya bercerai sehingga ibunya harus bekerja sambil mengasuh Dimas sendiri. Mungkin mereka berdua bisa hidup aman jika saja ibu mereka tidak terbiasa hidup mewah. “Hidup dari gaji ke gaji, ada kalanya kita tidak mampu membayar tagihan, ”kenangnya. Kondisi memprihatinkan tersebut memberikan pengalaman tidak bisa menonton TV dan juga harus bertahan hidup dengan uang Rp 100.000 selama dua minggu.
Akhirnya rumahnya di kawasan Menteng (Jakarta Pusat) terjual, namun gaya hidupnya tetap tidak berubah. Bukan hanya uang yang habis, masalah bertambah dengan banyaknya hutang. “Tagihan kartu kredit itu banyak sekali, 100 juta rupiah! “Tidak ada tabungan, investasi, bisnis,” ujarnya.
Cara yang dilakukan Dimas dan ibunya adalah dengan menjual barang dan jasa mulai menabung, antara lain memasak makanan sendiri, membeli baju baru setiap dua bulan, dan makan di warung makan. Kuncinya, kata Dimas, adalah berhemat dan memiliki pengendalian diri.
Berhenti bekerja terlalu cepat
Mulai dari pekerja biasa hingga punya bisnis sendiri Penjualan barang-barang itu membuat orang tua Mira berpikir bahwa apa yang mereka miliki cukup untuk memenuhi kebutuhan mereka seumur hidup. Di puncak kesuksesannya, ayah Mira memilih berhenti bekerja.
“Ayah awalnya bilang dia lelah dan ingin mulai bersantai, dia bilang dia sudah tua – akhir empat puluhan. “Ada pembicaraan bahwa dia akan melanjutkan bisnisnya,” katanya.
Namun, dia masih terlalu muda saat itu untuk memahami apa yang sedang terjadi. Ketika usaha dilanjutkan, keuntungan yang diperoleh turun hingga nol. Akibatnya Mira tidak bisa melanjutkan studi dan harus langsung bekerja.
“Rasanya sangat tiba-tiba baru menyadari bahwa uangnya memang telah habis,” ujarnya. “Masalahnya, saya punya adik yang masih sekolah, juga SMP. Hanya saja ayah akan malu jika harus kembali bekerja dengan orang lain karena dia sudah mempunyai usaha sendiri.”
Karier Mira di bidang perhotelan bisa dibilang bagus, namun kini ia harus menghidupi seluruh keluarganya. “Apa yang aku tidak mengerti tentang ayah adalah alasannya berhenti bekerja) “Ketika semuanya berjalan baik atau kenapa tidak diperhitungkan secara matang agar kondisinya tidak berakhir seperti ini,” sesal gadis itu. – Rappler.com
Tips di atas berasal dari Zaitun Langsungsebuah website yang membekali perempuan Indonesia dengan pengelolaan keuangan pribadi.