Waisak, Malang Umat Buddha menggalang dana untuk pengungsi Rohingya
- keren989
- 0
Aksi ini merupakan bentuk kepedulian terhadap kemanusiaan umat Buddha di vihara bersama masyarakat muslim setempat.
MALANG, Indonesia – Ratusan umat Buddha merayakan Waisak 2559 BE di Vihara Padepokan Dhammadipa Arama, Kota Batu, Selasa, 2 Juni 2015. Peringatan tiga peristiwa suci Sang Buddha ini berlangsung sejak pagi hari dan puncaknya pada Selasa malam pukul 23.18 WIB.
Selain memperingati hari-hari keagamaan, umat Buddha di Kota Batu juga melakukan aksi kemanusiaan. Mereka menggalang dana untuk pengungsi Rohingya asal Myanmar yang saat ini berada di Aceh. Aksi ini merupakan bentuk kepedulian terhadap kemanusiaan umat Buddha di vihara bersama masyarakat Muslim setempat.
“Ini kasus kemanusiaan, jadi kami wajib membantunya. “Hal ini juga sesuai dengan ajaran Buddha, membantu sesama manusia demi kebaikan bersama,” kata Kepala Biara Padepokan Dhammadipa Arama, Bhante Khantidharo, Selasa.
Umat Buddha mulai menggempur vihara di Jalan Soekarno, Kelurahan Mojorejo, Kecamatan Junrejo, Kota Batu. Tepat di pintu masuk vihara terdapat sebuah kotak yang biasa disebut kotak amal, dilapisi kertas perak dan bertuliskan “Selamatkan Rohingya”. Selama berada di vihara, terpampang spanduk besar bertuliskan Red Rohingya, disusul kekhawatiran tuan rumah terhadap berbagai tindakan radikal yang bertentangan dengan nilai-nilai kemanusiaan dan sikap pemerintah Myanmar terhadap Muslim Rohingya.
Pengunjung vihara juga tidak segan-segan mengisi kotak amal di pintu masuk selepas beribadah dan saat meninggalkan vihara yang dirintis 44 tahun lalu.
Penggalangan dana untuk Rohingya merupakan salah satu wujud sikap antara umat Budha dengan komunitas Muslim setempat yang disebut Majlis Taklim dan Dakwah Khusnul Khotimah.
Pada tanggal 29 Mei 2015, kedua komunitas berbeda agama tersebut merumuskan 5 sikap sikap menjelang perayaan Waisak tahun ini. Sikap tersebut antara lain meliputi:
1. Kami umat Buddha di Batu sangat prihatin atas peristiwa kekejaman yang terjadi di Myanmar terhadap umat Islam Rohingya. Untuk itu kami meminta Kedutaan Besar Myanmar di Jakarta segera menghentikan (tindakan kekejaman).
2. Kami bersedia mengirimkan surat pernyataan ke Kedutaan Besar Myanmar untuk menghentikan kekerasan di Myanmar
3. Kami sangat mengharapkan kerjasama seluruh masyarakat di Indonesia untuk bersama-sama menghentikan kekerasan dan pembantaian terhadap Muslim Rohingya di Myanmar
4. Kami mengimbau seluruh vihara di Malang dan Batu untuk memasang spanduk “Rohingya Merah”.
5. Pernyataan ini siap kami publikasikan melalui media massa, baik cetak maupun elektronik.
“Rencananya kami menunggu hingga 7 Juni 2015 sebelum mengirimkannya ke pengungsi Rohingya di Aceh,” kata Bhante Khantidharo.
Bhante Khantidharo menandatangani pernyataan sikap bersama perwakilan Dewan Taklim dan Dakwah Khusnul Khotimah.
Tolak kekerasan Rohingya
Peristiwa yang terjadi di Myanmar dan menimpa umat Muslim Rohingya membuat sedih umat Buddha di kota Batu. Mereka mengutuk tindakan brutal dan tidak manusiawi tersebut. Mereka juga tidak percaya bahwa umat Buddha di Myanmar mampu melakukan berbagai perbuatan buruk hingga Muslim Rohingya memilih meninggalkan Myanmar.
“Mereka adalah umat Buddha atau Buddha sejati. Sekarang ada orang yang berpakaian seperti biksu di pagi hari, dan di malam hari mereka pergi ke hotel dan berganti pakaian sebelum masuk klub malam“Itu terjadi di Malang, Makassar, dan Yogyakarta,” kata Banthe yang tampak tegar di usia 84 tahun.
Apapun yang terjadi di Myanmar, menurutnya, umat Buddha tetap mengedepankan persaudaraan dan menolak kekerasan. Maka ketika sejumlah orang yang memperkenalkan diri sebagai Majlis Taklim dan Dakwah Khusnul Khotimah mengunjungi vihara beberapa hari lalu dan mengutarakan niatnya, para biksu menyambut baik tawaran tersebut.
“Mereka datang ke sini dari Kota Malang. “Sebelumnya kami belum pernah bertemu dan tidak mengenal satu sama lain, kami berbicara dan membuat pernyataan sikap,” ujarnya.
Selanjutnya, pihak kuil akan segera mengirimkan pernyataan sikap tersebut ke Kedutaan Besar Myanmar di Jakarta.
“Besok (Rabu, 3 Juni) kami kirimkan pernyataan sikap yang kini sudah diterbitkan situs web kita,” kata Banthe.
Selain membuat pernyataan, pihak pura juga mencetak 20 spanduk tertulis Selamatkan Rohingya dan berisi keprihatinan dan sikap umat Buddha terhadap Muslim Rohingya di Myanmar. Spanduk tersebut akan dibagikan dan diberikan kepada 20 tempat ibadah di wilayah Malang Raya untuk dipajang, seperti yang dipajang di Vihara Padepokan Dhammadipa Arama. —Rappler.com