• October 8, 2024
‘The Fox’ karya Lucky Kuswandi menjadi perbincangan di Cannes

‘The Fox’ karya Lucky Kuswandi menjadi perbincangan di Cannes

Ini adalah ringkasan yang dibuat oleh AI, yang mungkin memiliki kesalahan. Untuk konteksnya, selalu rujuk artikel selengkapnya.

The Fox Exploits the Tiger’s Might bercerita tentang dua remaja laki-laki yang berjuang dengan seksualitasnya di sebuah kota kecil yang terdapat pangkalan militer.

Kabar menggembirakan bagi insan perfilman Indonesia. Rubah memanfaatkan kekuatan harimau Karya sutradara Lucky Kuswandi diputar dalam kompetisi Critic’s Week, Festival Film Cannes 2015, di Prancis tadi malam, Sabtu 16 Mei.

Film pendek berdurasi 24 menit ini bersama 9 film pendek luar negeri lainnya berhasil mengungguli 1.750 film lain yang akan diputar pada Critics’ Week. bagian independen Festival Film Cannes yang diadakan oleh Sindikat Kritikus Film Prancis.

Rubah memanfaatkan kekuatan harimau bercerita tentang dua remaja laki-laki yang berjuang dengan seksualitasnya di sebuah kota kecil yang terdapat pangkalan militer. Film ini juga menjelaskan hubungan antara seks dan kekuasaan.

Pemeran utama film tersebut, David, adalah anak seorang jenderal yang sombong, sedangkan Aseng berasal dari keluarga etnis minoritas yang menjual minuman keras ilegal.

Rubah memberi saya kebebasan untuk membahas tema kekuasaan dan seksualitas secara terbuka, jujur, dan dewasa,” kata Lucky dalam konferensi pers baru-baru ini di Jakarta.

“Kebebasan tanpa self-censorship atau sensor dari berbagai institusi untuk mengeksplorasi karya seni ini ternyata telah membuahkan prestasi yang bisa dibanggakan dunia internasional.”

Seksualitas dan hubungan kekuasaan

Sekitar 380 penonton menyaksikan pemutaran 5 film pendek pada Sabtu malam, salah satunya Rubah.

Usai pemutaran film, sutradara, pemeran, kru, dan produser diundang untuk menjawab pertanyaan dari penonton. Lucky dengan gamblang menjelaskan ide awal pembuatan film tersebut.

“Film ini dibuat tahun lalu saat Indonesia sedang sibuk dengan pemilihan presiden. Saat itu, salah satu calon presiden yang diduga terlibat pelanggaran HAM sedang mencalonkan diri. Calon presiden juga dekat dan merupakan kerabat sisa-sisa rezim diktator sebelumnya, kata Lucky seperti dikutip BBC.

“Dan pada tahun 1998, etnis Tionghoa menjadi salah satu korban kekerasan pada masa kediktatoran sebelumnya. Namun pada pemilu presiden lalu, banyak kelompok kaya etnis Tionghoa yang juga memberikan dukungannya terhadap calon presiden bermasalah tersebut, lanjutnya.

“Hal inilah yang membuat saya tertarik untuk mengungkap melalui film ini betapa cairnya relasi kekuasaan antara pihak yang menindas dan pihak yang tertindas.”

Gadis Taurusiasalah satu produser film ini, mengatakan hal ini setelah film tersebut diterima Rubah di kancah internasional semakin menunjukkan bahwa sudah saatnya industri film Indonesia menawarkan sesuatu yang berbeda kepada penontonnya.

Lucky Kuswandi sebelumnya pernah menyutradarai film pahlawan transgender Nyonya X Dan Selamat pagi, sore.

Ini merupakan kali pertama film Indonesia masuk Festival Film Cannes sejak saat itu Choet Nya’ Dhien pada tahun 1989. —Rappler.com


link sbobet