• November 23, 2024
Penundaan tersebut tidak akan menggoyahkan dominasi Risma

Penundaan tersebut tidak akan menggoyahkan dominasi Risma

Ini adalah ringkasan yang dibuat oleh AI, yang mungkin memiliki kesalahan. Untuk konteksnya, selalu rujuk artikel selengkapnya.

Pasangan penantang Risma-Wisnu tidak bisa mendaftar setelah ibu calon wakil presiden tidak menyetujuinya.

JAKARTA, Indonesia – Pasangan Tri “Risma” Rismaharini-Wisnu Sakti Buana akhirnya menjadi satu-satunya calon pada Pilwali Kota Surabaya setelah tak pernah mendapat penantang hingga berakhirnya perpanjangan masa pendaftaran calon pasangan calon daerah 2015. pemilihan umum (pilkada).

Akibatnya Pilkada Surabaya 2015 diundur ke Pilkada Serentak berikutnya pada tahun 2017.

Pengamat Poltracking Institute Agung Baskoro mengungkapkan, situasi tersebut terjadi karena tingginya “biaya politik” bersaing dengan Risma yang didukung PDI-Perjuangan.

“Kinerja Bu Risma mendapat pengakuan dari masyarakat. Mengapa maju hanya untuk kalah?” Agung kepada Rappler, Selasa, 4 Agustus.

“Inilah yang dipertimbangkan oleh lawan-lawan politiknya. Dan bukan hanya gengsi politik di masyarakat yang menurun setelah kalah, tapi juga biaya politik yang dikeluarkan, ujarnya.

Pendaftaran calon kepala daerah dibuka mulai 23 Juli hingga 28 Juli 2015. Namun karena sejumlah daerah masih memiliki satu pasangan calon, Komisi Pemilihan Umum (GEC) memperpanjang masa pendaftaran hingga Senin, 3 Agustus.

Setelah masa perpanjangan, ternyata masih ada 7 daerah yang hanya punya calon tunggal. Surabaya adalah salah satunya.

(BACA: Tanpa Perppu, 7 Daerah Harus Tunda Pilkada)

Meski ditunda hingga tahun 2017, Agung meyakini penundaan tersebut tidak akan mengubah keadaan. Pasalnya, ia menilai pemilih di Surabaya merupakan pemilih yang cerdas dan kritis.

“Masyarakat Surabaya Itu seperti di kota-kota besar lainnya, cerdas, kritis dan terinformasi dengan baik. Mereka melihat kinerja dan rekam jejak. Jadi kalau lawan politik Bu Risma menganggap penundaan ke 2017 akan membuat mereka lebih kuat, itu hanya mimpi belaka, katanya.

Hilangnya Haries

Di detik-detik terakhir masa perpanjangan waktu, justru muncul pasangan kedua yakni Dhimam Abror-Haries Purwoko yang didukung Partai Amanat Nasional (PAN) dan Partai Demokrat.

Namun sesampainya di kantor KPU Surabaya untuk mendaftar, Haries tiba-tiba “menghilang”. Pasangan ini juga tidak dapat mendaftar.

Tentang media, Haries menjelaskan, ibu dan keluarganya tidak menyetujui dia mencalonkan diri di Pilkada Surabaya. Mereka tak ingin harga diri Haries rusak karena dianggap sebagai “kandidat pop” untuk mencalonkan diri. Hal inilah yang menjadi alasan tokoh pemuda Pancasila Surabaya itu akhirnya memilih mundur.

“Saya mundur dari pencalonan karena dianggap sebagai calon boneka. Lalu ibuku memanggilku dan menyuruhku mundur. “Saya menuruti keinginan ibu dan keluarga,” kata Haries.

(BACA: Dilema Penundaan Pilkada: Caleg Boneka Melawan Hak Kandidat Siap)

Pernyataan Haries juga dibenarkan Ketua Dewan Pimpinan Daerah (DPD) Partai Demokrat, Soekarwo.

“Haries Purwoko tidak diizinkan oleh keluarganya untuk mengajukan diri sebagai calon wakil Wali Kota Surabaya,” kata Soekarwo yang juga menjabat Gubernur Jawa Timur itu.

Nanti Soekarwo juga protes Ada dugaan kegagalan pencalonan Haries terkait dengan kegagalan skenario “barter” politik yang dirancang Partai Demokrat.

Saat ini Partai Demokrat juga mempunyai calon tunggal di Kabupaten Pacitan, Jawa Timur, yakni Indarto-Yudi Sumbogo. Rappler.com


Result SGP